Perjalanan pengabdian mahasiswa IPB University di Thailand Selatan menghadirkan cerita yang kaya akan pengalaman, tantangan, dan inovasi. Selama kurang lebih satu bulan, mereka hidup berdampingan dengan masyarakat lokal, mengajar di sekolah, sekaligus belajar dari budaya yang berbeda.
Salah satu terobosan yang mereka hadirkan adalah SMART (Student Mastery of Arabic & English Training), sebuah program penguatan bahasa Arab dan Inggris yang mendapat sambutan hangat dari siswa maupun guru di Tawee Wittaya Islamic School, Pattani.
Program ini lahir dari pengamatan sederhana: meski bahasa Arab dan Inggris sudah diajarkan di sekolah, praktik berbicara masih sangat minim. Banyak siswa hanya menguasai kosakata dalam bentuk hafalan, namun merasa ragu saat diminta menggunakannya dalam percakapan.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri, terutama karena kemampuan berbahasa asing semakin dibutuhkan di era global.
Menjawab kebutuhan itu, mahasiswa IPB merancang SMART sebagai wadah belajar tambahan yang berbeda dari suasana kelas formal.
Belajar Bahasa lewat Cara yang Menyenangkan
Kegiatan SMART berlangsung selepas salat Ashar, dimulai pukul 16.00 hingga 17.00. Alih-alih sekadar duduk mendengarkan penjelasan, siswa diajak berinteraksi langsung. Mulai dari percakapan sehari-hari, permainan edukatif, hingga latihan public speaking yang mendorong mereka berani berbicara di depan teman-teman.
Metode ini terbukti efektif mencairkan suasana. Banyak siswa yang awalnya malu-malu, perlahan mulai percaya diri mencoba mengucapkan kosakata baru, meski terbata-bata. Guru pendamping, Ustadz Bassam, menyebut pendekatan ini sangat membantu.
“Anak-anak jadi lebih berani. Mereka tidak hanya belajar kata, tapi juga praktik. Itu yang sering hilang di kelas formal,” ujarnya.
Tantangan Bahasa dan Keterbatasan Waktu
Meski berjalan lancar, pelaksanaan program bukan tanpa kendala. Hambatan utama datang dari perbedaan bahasa pengantar. Siswa lebih terbiasa menggunakan bahasa Thai dan Melayu lokal, sementara mahasiswa IPB tidak menguasai bahasa Thai.
Komunikasi kadang tersendat, terutama saat menjelaskan materi yang lebih kompleks. Namun, keterbatasan itu justru memunculkan kreativitas: mahasiswa memanfaatkan gerakan tubuh, gambar, hingga permainan untuk menjembatani pemahaman.
Selain itu, waktu yang tersedia relatif singkat, hanya sekitar satu jam setiap hari. Hal ini membuat penyampaian materi harus ringkas, padat, dan tetap menyenangkan agar siswa tidak kehilangan fokus. Meski demikian, antusiasme siswa menjadi bahan bakar utama yang membuat kelas selalu hidup.
Lebih dari Sekadar Mengajar
Bagi mahasiswa IPB, program SMART tidak hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang pertukaran pengalaman. Mereka tinggal di lingkungan sekolah, melaksanakan salat berjamaah bersama guru dan murid, serta berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Dari sana, mereka belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang dijalankan masyarakat Pattani, mulai dari keramahan, solidaritas, hingga kebiasaan berbagi.
Kehangatan ini bahkan berlanjut setelah program selesai. Hingga kini, para mahasiswa masih saling bertegur sapa dengan guru dan siswa lewat media sosial. Ikatan yang terjalin menjadi bukti bahwa pengabdian bukan hanya tentang apa yang diberikan, tetapi juga tentang hubungan yang terbangun.
Dampak dan Harapan
Dampak program SMART mulai terlihat sejak pelaksanaan. Banyak siswa yang lebih aktif menggunakan kosakata sederhana dalam percakapan sehari-hari, baik dengan guru maupun teman. Rasa percaya diri mereka meningkat, terutama saat tampil dalam sesi public speaking.
Bagi guru, program ini menjadi tambahan positif yang melengkapi pembelajaran formal, karena memberikan ruang lebih banyak untuk praktik langsung.
Keberlanjutan program tersebut juga menjadi perhatian utama. Untuk itu, mahasiswa IPB menyerahkan estafet program kepada rekan-rekan mahasiswa berikutnya yang akan melaksanakan pengabdian di sekolah yang sama.
Dengan cara ini, SMART diharapkan dapat terus berjalan, berkembang, dan memberi manfaat jangka panjang bagi siswa di Tawee Wittaya Islamic School.
Kisah mahasiswa IPB di Thailand Selatan bukan sekadar cerita tentang mengajar bahasa. Lebih dari itu, ia adalah pengalaman belajar lintas budaya, membangun persahabatan, dan menemukan arti pengabdian.
Program SMART hanyalah salah satu dari banyak langkah kecil, tetapi dampaknya terasa nyata—baik bagi siswa yang lebih percaya diri berbicara dalam bahasa asing, maupun bagi mahasiswa yang pulang dengan bekal pengalaman hidup yang tak ternilai.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News