Bagi para petani di Indonesia, khususnya mereka yang bergantung pada tanaman padi sebagai sumber pendapatan mereka, hama wereng masih menjadi masalah besar yang sulit dihindari. Tampak sepele, serangga kecil ini memiliki efek yang sangat besar.
Wereng menyerang dengan mengisap cairan tanaman, menghentikan pertumbuhan padi, menguningkan daun, dan tanaman mati sebelum waktunya.
Serangan wereng dapat menyebabkan gagal panen yang signifikan dan merugikan para petani. Kondisi ini umum terjadi di banyak sentra produksi padi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Petani di Desa Sigentong, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, juga mengalami hal yang sama, di mana mayoritas penduduknya bergantung pada pertanian padi, telah berkali-kali mengalami serangan wereng, terutama selama musim tanam.
Munculnya hama di sawah membuat petani khawatir karena hasil kerja berbulan-bulan bisa hilang dalam sekejap.
Melihat situasi tersebut, mahasiswa KKN-T IPB University hadir ke lapangan dengan membawa semangat baru, mencoba menghadirkan solusi sederhana yang bisa membantu petani keluar dari permasalahan ini.
Mahasiswa membuat perangkap hama wereng berbasis cahaya selama kegiatan pengabdian masyarakat berlangsung.
Alat ini dibuat dengan cara yang mudah dipahami dan digunakan oleh petani. Selain itu, bahan yang digunakan tidak sulit ditemukan. Lampu, wadah penampung, dan beberapa komponen lainnya dapat dibeli secara murah di sekitar desa.
Metode kerjanya adalah dengan menggunakan daya tarik cahaya untuk menarik hama wereng pada malam hari.
Wereng akan masuk ke dalam wadah penampung yang berisi air setelah mendekati sumber cahaya. Dengan demikian, populasi mereka dapat ditekan tanpa perlu menyemprotkan pestisida kimia berulang kali.
Menurut salah satu siswa KKN-T IPB University, penggunaan pestisida yang berlebihan bukanlah solusi yang bijak. Jika dari kimia, mungkin menekan populasi hama dalam jangka pendek, tetapi pada akhirnya akan merugikan petani. Bisa juga mencemari air dan tanah di sekitar lahan pertanian.
Yang lebih mengkhawatirkan, apabila hama wereng disemprot dengan dosis tinggi, mereka dapat menjadi tahan terhadap zat kimia tertentu.
Akibatnya, petani akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam mengendalikan hama dan pada akhirnya harus membayar lebih banyak untuk pestisida yang lebih kuat.
Pemasangan Alat Perangkap Hama Wereng
Oleh karena itu, perangkap berbasis cahaya ini dianggap sebagai alternatif yang lebih aman, murah, dan ramah lingkungan.
Mahasiswa KKN-T IPB University berharap alat ini dapat menjadi solusi jangka panjang bagi petani untuk mengurangi serangan wereng tanpa harus selalu menggunakan pestisida.
Salah satu siswa mengatakan saat mereka melakukan praktik dengan petani di sawah, "Kami ingin menumbuhkan kesadaran pentingnya pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.”
Program KKN-T IPB University ini lebih dari sekadar memperkenalkan alat. tetapi juga melaksanakan kegiatan sosialisasi, pertemuan interaktif, dan praktik langsung pembuatan perangkap bersama para petani.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa IPB University membantu petani memahami konsep dasar pengendalian hama terpadu, yang tidak selalu memerlukan bahan kimia. Masyarakat Desa Sigentong sangat menyambut kegiatan ini.
Para petani tidak hanya memperoleh wawasan baru tetapi juga keterampilan yang dapat diterapkan secara praktis.
Salah satu petani menyatakan, "Selama ini kami hanya tahu cara penyemprotan untuk membasmi wereng. Dengan adanya alat ini, kami jadi punya pilihan lain yang lebih aman dan tidak merusak lingkungan.”
Wereng Terperangkap
Selain memberi manfaat praktis bagi petani, kegiatan ini juga menjadi wadah pembelajaran berharga bagi mahasiswa KKN-T IPB University. Mereka tidak hanya menguji penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, tetapi juga belajar langsung dari pengalaman nyata petani yang sehari-hari berkecimpung di sawah.
Pertemuan antara ilmu akademis dan kearifan lokal inilah yang diharapkan bisa melahirkan solusi nyata yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Program ini merupakan salah satu contoh nyata bahwa IPB University membantu mengembangkan pertanian desa berbasis inovasi.
Dengan menekankan teknologi tepat guna, mahasiswa KKN-T IPB University berusaha menunjukkan bahwa solusi efektif tidak selalu rumit atau mahal. Metode sederhana yang mudah digunakan dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar dan berkelanjutan.
Program tersebut diharapkan akan berlanjut di luar Desa Sigentong di masa mendatang. Perangkap wereng berbasis cahaya ini diharapkan dapat terus dikembangkan, diubah, dan digunakan di desa lain yang mengalami masalah serupa.
Peluang untuk mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia akan meningkat jika semakin banyak petani yang menggunakan teknologi ini.
Pada akhirnya, upaya ini diharapkan dapat menyebabkan pertanian yang lebih sehat, produktif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Inovasi sederhana tersebut menunjukkan bahwa kemajuan besar dapat dimulai dari tindakan kecil, berkat semangat gotong royong dan kolaborasi antara mahasiswa, perguruan tinggi, dan masyarakat desa.
Apa yang dilakukan mahasiswa KKN-T IPB University di Desa Sigentong adalah bukti bahwa kepedulian dan kreativitas generasi muda dapat benar-benar mempengaruhi ketahanan pangan negara.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News