Pada malam hari, langit dipenuhi oleh objek-objek antariksa yang bermacam-macam. Di satu sisi, ketika memandang dan bicara tentang luar angkasa, sangat jarang kita temukan Indonesia di dalamnya.
Ada banyak objek-objek, mulai dari rasi bintang, planet, asteroid, dan sebagainya yang dinamakan berdasarkan peradaban Barat. Namun, Indonesia ternyata juga ikut menyumbang penamaan benda-benda langit, mulai dari bintang, planet, hingga asteroid.
Kawan GNFI tentu penasaran, apa saja benda di luar angkasa yang nenggunakan nama-nama Indonesia. Mari Kawan, kita pelajari bersama!
Tentang Penamaan Benda Langit
Objek-objek antariksa tidak bisa diberi nama secara sembarangan. Identifikasi secara teratur diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pendataan jutaan objek luar angkasa yang ada.
Tugas ini dilaksanakan oleh International Astronomical Union (IAU) atau Persatuan Astronomi Internasional yang berdiri sejak 28 Juli 1919.
Dalam dunia internasional, hanya IAU yang disepakati sebagai pihak berwenang untuk memberikan nama benda-benda antariksa, seperti asteroid, planet, bintang, dan benda langit lainnya.
Bintang dan Planet dengan Nama Khas Suku Nusantara
Terdapat sebuah bintang bernama “Dofida” dan planet yang mengitarinya bernama “Noifasui” yang memiliki nama khas Nusantara. Nama ini diambil dari bahasa Nias, Dofida berarti “bintang kita”, dan Noifasui bermakna “mengelilingi”.
Keduanya berada di rasi Centaurus, yang bisa terlihat jelas dari langit belahan bumi selatan, termasuk Indonesia.
Bintang Dofida sebenarnya sudah lama diketahui para astronom. Ia berjarak sekitar 124 tahun cahaya dari Bumi, mirip dengan Matahari baik dari segi massa, diameter, maupun suhu permukaannya.
Meski cahayanya terlalu redup untuk dilihat tanpa alat, Dofida bisa diamati dengan binokuler kecil.
Kemudian ada planet Noifasui, yang baru ditemukan pada 2004 lewat pengamatan teleskop di Australia. Planet raksasa ini bermassa 57 kali Bumi dan mengorbit sangat dekat pada bintang Dofida hingga setahun di sana hanya berlangsung 26 hari.
Kondisi panas ekstrem serta radiasi tinggi membuat Noifasui mustahil untuk dihuni.
Ilustrasi luar angkasa @ pxhere
Asteroid yang Dinamakan atas Kepala Observatorium Bosscha
Asteroid 2019 van Albada (1935 SX1)
Asteroid ini ditemukan pada 28 September 1935 oleh astronom Belanda H. van Gent. Namanya diambil dari Gale Bruno van Albada, kepala Observatorium Bosscha periode 1949–1958.
Van Albada dikenal sebagai perintis pendidikan astronomi di Indonesia dan menjadi guru besar astronomi pertama di ITB pada tahun 1951.
Asteroid 5408 Thé (1232 T-1)
Asteroid ini ditemukan pada 25 Maret 1971 oleh tim van Houten dan Tom Gehrels di Observatorium Palomar. Namanya diambil untuk menghormati Thé Pik Sin, kepala Observatorium Bosscha tahun 1959–1968, dan diberikan tepat pada ulang tahunnya yang ke-65.
Asteroid 12176 Hidayat (3468 T-3)
Asteroid ini mengabadikan nama Bambang Hidayat, astronom Indonesia yang meneliti bintang ganda dan bintang dengan garis emisi H. Ia memimpin Bosscha dari 1968–1999 dan pernah menjabat sebagai Wakil Presiden IAU (International Astronomical Union) pada 1994–2000.
Asteroid 12177 Raharto (4074 T-3)
Asteroid ini mengenang Moedji Raharto, dosen senior Astronomi ITB dan kepala Observatorium Bosscha periode 1999–2004. Ia menekuni riset struktur galaksi menggunakan katalog Hipparcos dan IRAS.
Asteroid 12178 Dhani (4304 T-3)
Asteroid ini dinamakan untuk menghormati Dhani Herdiwijaya, ahli Fisika Matahari dan kepala Observatorium Bosscha tahun 2004–2006. Ia meneliti bintang ganda, aktivitas magnetik Matahari, serta hubungannya dengan cuaca dan iklim.
Asteroid 12179 Taufiq (5030 T-3)
Asteroid ini terinspirasi dari Taufiq Hidayat, kepala Observatorium Bosscha 2006–2010. Ia menekuni penelitian Tata Surya dan transit planet di luar sistem kita. Selain itu, ia juga vokal memperjuangkan kelestarian Observatorium Bosscha dari dampak urbanisasi di sekitarnya.
Asteroid yang Dinamakan atas Tempat-Tempat di Indonesia
Asteroid 536 Merapi (1904 OF)
Ditemukan pada 11 Mei 1904 oleh G.H. Peters di Washington, asteroid ini dinamai dari Gunung Merapi (atau Marapi) di Sumatra Barat. Gunung tersebut pernah menjadi lokasi ekspedisi internasional untuk mengamati gerhana matahari tahun 1901.
Asteroid 754 Malabar (1906 UT)
Ditemukan pada 22 Agustus 1906 oleh August Kopff, asteroid ini dinamai dari pegunungan Malabar di Jawa Barat, yang terkenal dengan perkebunan tehnya. Nama ini juga terkait dengan ekspedisi gerhana Matahari tahun 1922 yang dilakukan oleh tim Belanda dan Jerman ke Kepulauan Christmas.
Asteroid 732 Tjilaki (1912 OR)
Ditemukan pada 15 April 1912 oleh A. Massinger di Heidelberg. Namanya diambil dari Sungai dan Desa Cilaki di Jawa Barat, yang berhulu di kawasan Gunung Malabar.
Asteroid 770 Bali (1913 TE)
Ditemukan pada 31 Oktober 1913 oleh A. Massinger. Nama Bali dipilih dari pulau yang dikenal dengan tradisi Hindu dan keindahan alamnya.
Asteroid 772 Tanete (1913 TR)
Ditemukan pada 19 Desember 1913 oleh A. Massinger. Asteroid ini dinamai dari Tanete, sebuah daerah di Sulawesi.
Penamaan berbagai macam benda langit membuktikkan bahwa Indonesia tidak luput dari peran antariksa internasional. Warisan budaya bangsa menjadi abadi dan dikenal hingga mancanegara. Bagaimana Kawan, semakin bangga dengan bangsa kita sendiri?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News