Bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan dalam pendidikan kejuruan? Pertanyaan inilah yang mendorong tim PKM-RSH IPB University turun langsung ke SMK Bakti Karya Parigi, Pangandaran, pada tanggal 12—13 Agustus 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul "Efisiensi Keberagaman dalam Pendidikan: Perspektif Blue Ocean dan Red Ocean dalam Pembentukan Pilar Karakter Sekolah Kejuruan."
Selama dua hari di lapangan, para mahasiswa tidak hanya datang untuk berkunjung. Mereka melakukan in-depth interview dengan pihak sekolah, menyebarkan kuesioner kepada siswa, serta mengamati langsung lingkungan sekolah dan sistem pembelajaran yang diterapkan.
Pendekatan ini memberi gambaran menyeluruh tentang bagaimana keberagaman hadir, dijaga, dan dikelola di sekolah yang sering disebut sebagai “miniatur Indonesia” tersebut.
Semua data yang dikumpulkan menjadi bahan penting untuk memahami bagaimana keberagaman hadir dan berperan dalam pembentukan karakter siswa, khususnya toleransi, cinta damai, dan percaya diri.
Salah satu temuan menarik adalah latar belakang siswa yang sangat beragam. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada pulayang berasal dari Malaysia. Keberagaman suku, budaya, dan pengalaman hidup ini tidak hanya memperkaya suasana belajar, tetapi juga menghadirkan tantangan tersendiri dalam membangun karakter siswa.
Program seperti Peace Generation, Pandu (Perwalian dengan warga lokal), hingga Festival 28 Bahasa menjadi ruang nyata di mana toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan ditanamkan.
Kebersamaan siswa yang berasal dari berbagai macam daerah
Kepala sekolah, Jujun Junaedi, menjelaskan bahwa sejak 2016 sekolah membuka beasiswa kelas multikultural sebagai solusi dari minimnya peminat sekolah swasta di daerah.
“Pertama nilai toleransi itu yang memang jadi salah satu output karakter siswa kita, makanya ketika lulus juga mereka disebutnya agen perdamaian,” ujarnya.
Pernyataan tersebut mempertegas bahwa pendidikan di SMK Bakti Karya tidak hanya menyiapkan keterampilan, tetapi juga membentuk pribadi yang mampu hidup damai di tengah perbedaan.
Pendidikan karakter di SMK Bakti Karya Parigi ini lebih banyak dilakukan melalui keteladanan. Seperti yang diungkapkan oleh Rendi, salah satu wali kelas sekaligus guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
“Kalau teori mungkin 20%, tetapi contoh nyata 80%. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat sehari-hari bersama teman-teman yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.”
Keberagaman yang dikelola dengan baik di SMK Bina Profesi Bogor ini tidak hanya membentuk toleransi dan karakter yang kuat, tetapi juga berdampak positif dalam meningkatkan kepercayaan diri para siswa.
Suasana dan kegiatan di sekolah mendorong para siswa untuk terus berani tampil. Bahkan, siswa yang awalnya pemalu kini mulai percaya diri menyampaikan pendapatnya di kelas maupun tampil di berbagai kegiatan sekolah.
Adanya kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka dan jurnalis juga turut memperkuat rasa percaya diri siswa karena dengan ini mereka dilatih dalam kepemimpinan, keterampilan komunikasi, serta interaksi dengan masyarakat sekitar.
Bagi tim PKM-RSH IPB University, pengalaman di SMK Bakti Karya Parigi bukan sekadar mengisi lembar riset. Lebih dari itu, mereka belajar bahwa sekolah kejuruan dapat menjadi “laboratorium nyata” tentang bagaimana perbedaan justru melahirkan kolaborasi.
Dari Pangandaran, mereka pulang dengan pemahaman bahwa pendidikan kejuruan bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga tentang membangun pilar karakter yang kuat melalui keberagaman.
SMK Bakti Karya Parigi menjadi contoh nyata bagaimana keberagaman bila dikelola dengan bijak akan melahirkan generasi yang tidak hanya kompeten secara akademik. Namun, juga siap menjaga perdamaian di tengah perbedaan dan masyarakat yang majemuk.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News