spesies baru tikus hutan ditemukan di gunung tompotika sulawesi tengah - News | Good News From Indonesia 2025

Spesies Baru Tikus Hutan Ditemukan di Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah

Spesies Baru Tikus Hutan Ditemukan di Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah
images info

Spesies Baru Tikus Hutan Ditemukan di Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah


Dunia taksonomi kembali dikejutkan oleh penemuan spektakuler dari Indonesia. Tim peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), berkolaborasi dengan ilmuwan dari Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Malaysia, berhasil mengungkap dan mendeskripsikan sebuah spesies baru tikus hutan endemik Sulawesi. 

Spesies yang dinamai Crunomys tompotika ini, yang mengambil nama dari lokasi penemuannya di Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah, bukan sekadar penambahan daftar satwa baru, melainkan sebuah kunci penting untuk memahami puzzle evolusi mamalia di Asia Tenggara.

Mengenal Crunomys tompotika, Si Penghuni Pegunungan

Crunomys tompotika dideskripsikan sebagai tikus berukuran sedang dengan ciri khas ekor yang relatif pendek jika dibandingkan dengan panjang tubuhnya. Tubuhnya diselimuti bulu yang rapat dengan tekstur khusus yang menjadi penanda genus Crunomys

Sebagai spesies endemik, habitatnya terbatas pada kawasan hutan pegunungan alami di Gunung Tompotika dengan vegetasi yang masih lebat dan terjaga. Seperti kebanyakan tikus hutan pada umumnya, C. tompotika adalah omnivora. 

Makanannya kemungkinan besar terdiri dari berbagai bahan organik yang ditemui di lantai hutan, seperti biji-bijian, buah-buahan yang jatuh, umbi-umbian, serangga, cacing, dan mungkin juga jamur. Pola makan ini menjadikannya pemain penting dalam ekosistem sebagai penyebar biji dan pengurai.

Beda dengan Tikus Rumah

Perbedaan antara Crunomys tompotika dengan tikus rumah (Rattus rattus diardii) yang biasa kita jumpai sangatlah mencolok, baik secara taksonomi, morfologi, maupun perilaku. Tikus rumah, yang termasuk dalam genus Rattus, adalah contoh hewan komensal yang sangat tergantung pada manusia dan lingkungan permukimannya. 

Mereka adalah oportunistik sejati dengan pola makan sangat luas (generalist), menyukai sisa makanan manusia, sampah, hingga kotoran. Secara fisik, tikus rumah cenderung memiliki ekor yang lebih panjang daripada panjang tubuh dan kepalanya, moncong yang lebih runcing, serta telinga yang besar. 

Tikus rumah juga dikenal sebagai vektor berbagai penyakit. Sebaliknya, C. tompotika adalah penghuni alami hutan yang primitif dan sensitif terhadap gangguan. Keberadaannya sangat bergantung pada kelestarian hutan. Hilangnya habitat berarti ancaman kepunahan langsung bagi spesies yang hidupnya terisolasi di suatu kawasan tertentu seperti ini.

Revisi Besar-besaran dalam Taksonomi

Yang membuat penemuan ini semakin berdampak besar adalah revisi taksonomi yang menyertainya. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Mammalogy pada Juni 2025 ini tidak hanya mendeskripsikan satu spesies baru, tetapi juga melakukan revisi besar-besaran dengan menyatukan seluruh anggota genus Maxomys (yang dikenal sebagai tikus berduri atau spiny rats) ke dalam genus Crunomys

Keputusan radikal ini bukan tanpa dasar. Analisis mendalam terhadap ribuan penanda DNA, termasuk data genomik resolusi tinggi, membuktikan bahwa Maxomys tidak membentuk kelompok yang utuh (non-monofiletik) jika dipisahkan dari Crunomys

Artinya, untuk mencerminkan hubungan kekerabatan evolusioner yang sebenarnya, penggabungan ini adalah langkah yang paling tepat. Revisi tingkat genus seperti ini adalah peristiwa langka dan signifikan dalam dunia ilmiah, yang mengoreksi pemahaman kita selama puluhan tahun tentang klasifikasi hewan-hewan ini.

baca juga

Pentingnya Eksplorasi dan Konservasi Wallacea

Penemuan Crunomys tompotika adalah bukti nyata bahwa Indonesia, khususnya kawasan Wallacea yang mencakup Sulawesi, masih menyimpan begitu banyak misteri ilmiah yang menunggu untuk diungkap. Sejak 2012 saja, lebih dari 20 spesies baru mamalia berhasil dideskripsikan dari Sulawesi, menunjukkan betapa tingginya tingkat endemisme dan betapa kurang tereksplorasinya kawasan ini. 

Kolaborasi internasional seperti ini memungkinkan pemanfaatan teknologi genomik terkini dan pertukaran keahlian yang menghasilkan kesimpulan yang komprehensif. Lebih dari itu, penemuan ini membuka jendela baru untuk mempelajari sejarah evolusi hewan-hewan kecil di Wallacea. Data dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan penting untuk memperkuat kebijakan konservasi. 

Melindungi Gunung Tompotika dan hutan-hutan sejenisnya bukan lagi hanya tentang menyayangi alam, melainkan tentang menjaga laboratorium evolusi yang hidup dan museum keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya dari kepunahan sebelum sempat kita kenali. Setiap hektar hutan yang hilang bisa saja membawa serta spesies unik yang belum pernah diketahui ilmu pengetahuan.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.