cerita rakyat dari papua legenda mamle anak sakti yang suka menolong - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Rakyat dari Papua, Legenda Mamle Anak Sakti yang Suka Menolong

Cerita Rakyat dari Papua, Legenda Mamle Anak Sakti yang Suka Menolong
images info

Cerita Rakyat dari Papua, Legenda Mamle Anak Sakti yang Suka Menolong


Legenda Mamle adalah salah satu cerita rakyat dari Papua. Legenda ini berkisah tentang seorang anak sakti dan pintar yang suka menolong orang lain.

Simakkisah lengkap dari cerita rakyat Papua ini dalam artikel berikut.

Legenda Mamle, Cerita Rakyat dari Papua

Dilansir dari buku Astri Damayanti yang berjudul Kumpulan Legenda Nusantara Favorit, pada zaman dahulu di Papua hiduplah seorang anak yang bernama Malme. Dirinya hidup berdua bersama sang ibu di sana.

Mamle bukanlah anak biasa seperti pada umumnya. Dia dikenal memiliki kecerdasan yang di atas rata-rata.

Tidak hanya itu, dia juga dikenal memiliki kesaktian yang luar biasa sejak kecil. Atas dasar inilah, kedua orang tuanya memberi nama "Mamle" yang berarti anak sakti.

Ayah Mamle sudah meninggal dunia sejak kecil. Hal inilah yang membuat dia hanya tinggal berdua bersama sang ibu.

Sehari-hari Mamle membantu sang ibu membuka ladang dan bercocok tanam. Dengan kesaktian yang dia miliki, Mamle bisa memotong pohon dengan mudah.

Pada suatu hari, Mamle melihat sekelompok orang yang tengah membuka ladang. Orang-orang ini terlihat kesusahan memotong alang-alang yang tinggi.

Melihat hal ini, Mamle berinisiatif untuk membantu. Dia kemudian mendekat dan ingin menunjukkan cara membuka ladang dengan cepat.

Pada awalnya, orang-orang ini berpikir Mamle akan membantu mereka dengan kesaktiannya. Namun Mamle justru tidak mengeluarkan kesaktiannya sama sekali.

Mamle justru membakar ilalang yang ada di sana. Namun dia tetap mengontrol api agar tidak menyebar luas ke dalam hutan.

Proses membuka ladang pun berhasil dilakukan dengan cepat. Orang-orang ini senang dengan bantuan yang diberikan oleh Mamle.

Alih-alih menggunakan ilmu saktinya, Mamle justru membagikan wawasan yang dia punya. Dengan demikian, orang-orang ini tetap bisa meniru cara tersebut ketika ingin membuka ladang di masa yang akan datang.

Seiring berjalannya waktu, Mamle pun tumbuh dewasa. Banyak wanita yang jatuh hati kepadanya.

Salah satunya adalah sepupunya sendiri dari Suku Sandrafe. Bahkan sepupunya ini menyatakan rasa sukanya langsung dan ingin menikah dengan Mamle.

Namun Mamle menolak ajakan tersebut. Ketentuan adat di sana memang tidak memperbolehkan dua orang yang memiliki hubungan darah untuk menikah.

Meskipun demikian, sepupunya ini tidak terima dengan jawaban itu. Akhirnya dia menghasut beberapa pemuda Suku Sandrafe untuk membenci Mamle.

Para pemuda dari Suku Sandrafe ini kemudian datang ke kampung Mamle dan mencarinya. Khawatir akan muncul keributan, Mamle kemudian lari keluar kampung.

Setelah berlari cukup lama, Mamle terjebak di pinggir jurang yang dalam. Tidak jauh dari sana, terlihat para pemuda Suku Sandrafe termasuk sepupunya tengah mengejar mendekat.

Mamle kemudian mencari cara agar bisa lepas dari kejaran tersebut. Setelah berpikir sekian lama, mata Mamle tertuju pada pohon aren yang tidak jauh dari sana.

Dengan sigap Mamle langsung menampung nira yang ada di pohon aren itu menggunakan bambu. Ketika para pemuda ini sudah mengepungnya, Mamle berusaha tenang dan mengajak mereka untuk tenang terlebih dahulu.

Bahkan Mamle menawarkan air nira kepada mereka. Mamle berkata mereka bisa melepas dahaga dengan meminum air tersebut terlebih dahulu.

Tanpa rasa curiga, para pemuda ini langsung meminum air nira yang diberikan oleh Mamle. Namun mereka tidak tahu, Mamle dengan diam-diam mengucapkan mantra sambil menjejakkan kakinya ke tanah.

Hal ini membuat air nira di dalam bambu itu terus terisi dan tidak habis. Akhirnya para pemuda ini menjadi mabuk dan tertidur.

Ketika mereka tertidur, Mamle kemudian membuat jurang yang mengelilingi para pemuda yang tertidur di tanah. Hal ini tentu mengagetkan mereka ketika terbangun dna tidak bisa pergi ke mana-mana.

Tidak lama kemudian, terlihat seekor burung garuda besar mendekat. Ternyata garuda tersebut tengah dikendarai oleh Mamle.

Mamle kemudian berteriak agar para pemuda tersebut menyerah. Jika mereka menyerah, maka dia akan menyelamatkannya dari sana.

Beberapa pemuda kemudian menyerah dan patuh dengan arahan Mamle. Mamle kemudian memerintahkan burung garuda untuk membawa para pemuda itu.

Namun ada juga sebagian pemuda yang tidak mau patuh, termasuk sepupu Mamle. Akhirnya dengan kesaktiannya, Mamle menyihir kelompok tersebut menjadi batu.

Batu tersebut kemudian dikenal dengan nama Sitri. Konon menurut kepercayaan masyarakat jika ada seseorang yang mengusap batu tersebut, maka akan turun hujan deras di daerah itu.

Begitulah kisah dari legenda Mamle, salah satu cerita rakyat dari Papua.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.