Kawan GNFI, sejak tahun 2018 Desa Sejahtera Astra (DSA) menjadi salah satu kontribusi sosial unggulan dari PT Astra International Tbk yang bekerja sama dengan anak perusahaan dan yayasan Astra. Hingga tahun 2023 program ini telah mengembangkan ekonomi di 1.060 desa di seluruh Indonesia.
Program ini juga memetakan potensi dan membina 678 desa hingga tahun 2025, memberdayakan masyarakat agar lebih mandiri, produktif, dan berkelanjutan. DSA merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) Astra yang fokus pada empat pilar utama: Astra Sehat untuk kesehatan, Astra Hijau untuk lingkungan, Astra Cerdas untuk pendidikan, dan Astra Kreatif untuk kewirausahaan.
DSA diterapkan dalam empat klaster utama, seperti kopi, pertanian dan olahan pangan, perikanan dan kelautan, serta wisata dan kriya budaya. Program ini tidak hanya menyediakan dukungan finansial, tetapi juga pendampingan, pelatihan, dan penguatan kelembagaan desa seperti BUMDes dan koperasi. Dengan pendekatan ini, masyarakat dapat memetakan potensi lokal, mengembangkan produk unggulan desa, serta menyiapkan produk agar terserap pasar lokal maupun internasional. Program ini telah berhasil menciptakan 20.370 tenaga kerja baru dan meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat hingga 80% di seluruh Indonesia.
Keberhasilan DSA terlihat dari pengalaman di Kabupaten Manggarai Barat. Sebelum program hadir, masyarakat belum menyadari potensi lokal di bidang pertanian, perkebunan, maupun perikanan. Produk unggulan desa dikelola secara terbatas, pendapatan nelayan dan petani masih rendah, dan pengelolaan keuangan serta kelembagaan desa minim.
Setelah pendampingan dan pelatihan, warga mulai memahami standarisasi produk agar terserap pasar, menerapkan praktik kultivasi ramah lingkungan, dan meningkatkan produktivitas. Dampaknya, pendapatan petani dan nelayan meningkat secara signifikan, sementara pengelolaan keuangan dan manajemen usaha mikro menjadi lebih terstruktur.
DSA juga mendorong desa menembus pasar internasional. Produk unggulan dari berbagai wilayah seperti olahan sorghum dari DSA Lombok, kopi Aceh Gayo dari DSA Takengon Aceh, beras organik dari DSA Ponpes Barokah Semarang, rempah-rempah dari DSA Ponorogo, hingga minyak nilam dari DSA Bone Bombana. Produk-produk ini telah diekspor ke Eropa, Amerika, Timur Tengah, dan Asia. Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana program meningkatkan daya saing desa dan membuka akses pasar global bagi produk lokal.
Salah satu contoh keberhasilan DSA yang paling menonjol adalah pengembangan kakao di Mahakam Ulu. Sebelum program ini, kakao dianggap tanaman sederhana yang dijual apa adanya, tanpa masyarakat memahami nilai tambahnya sebagai bahan cokelat batangan, bubuk cokelat, atau bahan kosmetik.
Berkat pendampingan DSA, masyarakat kini mampu memproduksi kakao berkualitas tinggi, memetakan potensi desa, mengolah biji kakao menjadi produk turunan bernilai tinggi, dan menembus pasar yang lebih luas. Selain meningkatkan pendapatan, program ini juga mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya kualitas produk dan inovasi.
Keberhasilan ini sejalan dengan prinsip tata kelola desa berbasis SDGs, seperti yang ditemukan dalam penelitian oleh Nabila Kamila dan Ahmad Buchari (2024) di Desat, Kabupaten Garut. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan prinsip good governance meliputi keteraturan regulasi, transparansi, partisipasi masyarakat, efektivitas pelaksanaan, akuntabilitas, dan pemenuhan hak dasar warga, sangat penting untuk mewujudkan desa bebas kemiskinan.
Seperti praktik di DSA, pendampingan dan pelatihan memungkinkan warga desa aktif memetakan potensi ekonomi lokal, mengelola produk unggulan, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai secara optimal.
Program DSA mendukung berbagai SDGs, termasuk SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 11: Komunitas Berkelanjutan, dan SDG 13: Tindakan terhadap Perubahan Iklim. Peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan perempuan, pengelolaan pertanian ramah lingkungan, serta literasi digital dan manajemen usaha mikro menjadi langkah nyata DSA dalam mengimplementasikan tujuan pembangunan berkelanjutan di tingkat desa.
Solusi praktis yang diterapkan DSA cukup nyata. Warga desa dibimbing untuk memproduksi, mengemas, dan memasarkan produk unggulan, sementara fasilitas, akses modal, dan jaringan buyer membantu produk menembus pasar lokal maupun internasional. Penguatan kelembagaan desa memastikan keberlanjutan ekonomi, sehingga desa tetap mandiri setelah program berjalan. Dampak DSA tidak hanya terlihat dari angka ekonomi, tetapi juga tumbuhnya semangat gotong-royong, optimisme, dan inovasi warga desa.
Sebagai rekomendasi inovatif, DSA dapat memperkenalkan beberapa langkah kreatif dan praktis. Pertama, platform kolaborasi digital berbasis blockchain untuk sertifikasi dan jejak rantai pasok produk unggulan desa, sehingga setiap produk, mulai dari kopi, kakao, hingga kerajinan tangan, memiliki rekam jejak digital transparan. Hal ini menjamin kualitas, keaslian, dan nilai tambah bagi konsumen global.
Kedua, inkubator inovasi desa terpadu, yang menyediakan laboratorium mini untuk uji kualitas produk, pengembangan varian baru, dan pelatihan pengolahan produk lokal dengan teknologi ramah lingkungan, memungkinkan warga desa menciptakan produk turunan bernilai tinggi. Ketiga, sistem micro-logistics desa pintar berupa armada kendaraan listrik kecil yang menghubungkan desa ke pusat distribusi regional, sehingga produk lokal bisa dikirim lebih cepat, hemat biaya, dan ramah lingkungan.
Keempat, program desa wisata digital interaktif, di mana potensi budaya, kriya, dan alam desa dipromosikan secara virtual melalui AR/VR, sehingga wisatawan global bisa merasakan pengalaman desa sekaligus membuka peluang pemasaran produk lokal secara online. Selain itu, desa pintar berbasis energi terbarukan dengan panel surya dan sistem microgrid bisa mendukung produksi UMKM, cold storage, dan fasilitas wisata. Program koperasi ekspor bersama antardesa juga dapat diterapkan untuk memperkuat posisi tawar, mengoptimalkan logistik, dan menekan biaya ekspor.
Platform pembelajaran kolaboratif lintas desa bisa dibuat untuk berbagi praktik terbaik, teknik budidaya ramah lingkungan, resep inovatif, dan strategi pemasaran digital, sehingga pengetahuan tersebar nasional. Langkah-langkah ini menciptakan ekosistem desa berkelanjutan yang saling terhubung dan mandiri secara ekonomi maupun teknologi.
Kawan GNFI, Desa Sejahtera Astra membuktikan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat dimulai dari desa melalui langkah-langkah konkret dan konsisten. Keberhasilan program ini, baik di Mahakam Ulu maupun desa-desa lain di Indonesia, menjadi inspirasi nyata bahwa dengan strategi tepat, dukungan teknologi, dan akses pasar, perubahan besar bagi bangsa Indonesia bukan sekadar impian, tetapi kenyataan yang dapat dicapai.
Mari kita ambil inspirasi dari langkah-langkah ini untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di wilayah kita masing-masing. DSA membuktikan bahwa pembangunan bangsa dimulai dari desa. Dengan komitmen kolektif, desa-desa Indonesia bisa menjadi motor perubahan dunia.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News