Di tengah gelombang tantangan yang menerpa bangsa, kepemimpinan sejati menjadi lentera harapan yang dinanti. Bukan sekadar jabatan atau kuasa, tetapi integritas yang kokoh menjadi kunci membangun kepercayaan dan menginspirasi perubahan.
Melalui kolaborasi inspiratif dalam program Markicang, dua pemuda, Jeo Rhyxalle dan Elisha Elfan, peserta SINTESIS KPK 2025, menggaungkan pesan kuat: integritas adalah jiwa pemimpin sejati.
Dengan sentuhan nilai religi dan semangat muda, mereka mengajak generasi Indonesia untuk memulai perubahan dari diri sendiri, menyalakan terang harapan bagi masa depan bangsa yang lebih jujur dan adil.
Integritas Kunci Pemimpin Sejati
Di tengah arus deras tantangan bangsa, isu kepemimpinan menjadi salah satu sorotan utama. Bukan hanya soal siapa yang duduk di kursi kekuasaan, melainkan bagaimana sosok pemimpin itu membangun kepercayaan rakyat dengan dasar yang kokoh: integritas.
Inilah pesan yang coba digaungkan oleh dua pemuda inspiratif, Jeo Rhyxalle (Eka Yusrizal Maulasa), perwakilan Jawa Barat, dan Elisha Elfan, perwakilan Sulawesi Utara.
Keduanya adalah bagian dari 51 peserta terpilih program Sinergi Integritas Muda Indonesia (SINTESIS) KPK 2025, sebuah inisiatif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berkolaborasi dengan GIZ, lembaga asal Jerman.
Lewat kolaborasi kreatif dalam Markicang (Mari Kita Berbincang), mereka mengangkat tajuk “Integritas Kunci Pemimpin Sejati”, dipublikasikan melalui Instagram untuk menjangkau generasi muda yang akrab dengan ruang digital.
Sentuhan Religi dalam Pesan Integritas
Yang menarik, keduanya menghadirkan nilai integritas dengan sentuhan religi. Bagi mereka, suara moral dan spiritual memiliki kekuatan kuat untuk meneguhkan makna kepemimpinan.
Dalam kontennya, Jeo Rhyxalle mengutip Amsal 11:3: “Integritas orang jujur akan menuntun mereka, tetapi kecurangan para pengkhianat akan membinasakan mereka.”
Ia juga menegaskan melalui Amsal 29:2: “Bila orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat; tetapi bila orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat.”
Sementara itu, Elisha Elfan mengangkat 1 Timotius 4:12: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”
Pesan dari ayat-ayat ini sederhana, namun mendalam: integritas adalah fondasi pemimpin sejati. Tanpanya, kepemimpinan akan rapuh, kehilangan arah, dan membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Berkaca pada Kondisi Indonesia
Kolaborasi ini lahir dari kegelisahan yang sama. Mereka melihat bagaimana kondisi Indonesia saat ini diwarnai dengan banyaknya pemimpin yang abai pada integritas.
Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga keputusan yang merugikan rakyat menjadi cerminan nyata bahwa kepemimpinan tanpa integritas adalah kepemimpinan yang gagal.
“Integritas itu sederhana. Berkata jujur meski sulit, bertanggung jawab meski tidak ada yang melihat, dan tetap adil meski dihadapkan pada godaan,” tegas Rizal dalam sesi Markicang.
Elisha menambahkan bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang status atau jabatan, melainkan soal keteladanan. “Jangan menunggu menjadi pejabat dulu untuk berintegritas. Mulailah dari diri sendiri, dari lingkup kecil, dari hal-hal sederhana. Itu adalah kepemimpinan yang sebenarnya.”
Integritas yang Dimulai dari Diri Sendiri
Keduanya sepakat bahwa kepemimpinan sejati lahir dari kemampuan memimpin diri sendiri. Sebelum memimpin orang lain, seorang pemimpin harus berani melawan dirinya: menundukkan ego, menolak godaan, dan memegang teguh kejujuran.
“Pemimpin hebat bukan sekadar nama besar, tetapi dampak besar. Dan dampak itu hanya bisa lahir dari integritas,” ungkap Rizal.
Pesan ini relevan, terutama bagi generasi muda Indonesia yang tengah mencari role model di tengah gempuran figur-figur publik yang kadang mengabaikan nilai dasar kepemimpinan.
Dengan pendekatan yang sederhana tapi membumi, Markicang hadir bukan hanya sebagai ruang bincang, melainkan juga ruang refleksi.
Markicang: Ruang Bincang, Ruang Inspirasi
Program Markicang sendiri adalah bagian dari Gerakan Self-Production, sebuah inisiatif sosial yang telah berjalan sejak 2016 dan dirintis oleh Rizal. Tujuannya adalah menghadirkan ruang diskusi ringan, kreatif, dan inspiratif bagi anak muda.
Kini, dengan adanya kolaborasi bersama Elisha Elfan, Markicang bukan hanya berbicara tentang isu sosial atau politik, tetapi juga menghubungkan nilai integritas dengan ajaran iman. Hal ini menjadi kekuatan tambahan untuk memperkuat pesan moral di tengah masyarakat yang majemuk.
Lewat Instagram, konten Markicang dapat diakses siapa saja. Format digital dipilih agar pesan ini mudah menjangkau audiens muda yang sebagian besar menghabiskan waktunya di media sosial.
Harapan untuk Generasi Muda
Jeo Rhyxalle dan Elisha Elfan berharap gerakan ini tidak berhenti di konten digital. Mereka ingin Markicang menjadi inspirasi nyata bagi generasi muda untuk berani memimpin dengan integritas, mulai dari diri sendiri.
“Dunia menantikan terangmu. Jadilah pemimpin berintegritas, karena hanya itu yang bisa membawa sukacita dan perubahan,” pesan mereka menutup sesi diskusi.
Harapan tersebut sejalan dengan semangat SINTESIS KPK 2025: melahirkan agen-agen perubahan yang mampu menjadi Duta Antikorupsi Nasional, menanamkan integritas bukan sebagai jargon, melainkan sebagai gaya hidup.
Dengan kolaborasi seperti ini, ada keyakinan bahwa Indonesia ke depan tidak hanya akan dipimpin oleh orang-orang berpengaruh, tetapi oleh mereka yang benar-benar berintegritas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News