lawang sewu jejak sejarah dan aura misteri di kota semarang - News | Good News From Indonesia 2025

Lawang Sewu: Jejak Sejarah dan Aura Misteri di Kota Semarang

Lawang Sewu: Jejak Sejarah dan Aura Misteri di Kota Semarang
images info

Lawang Sewu: Jejak Sejarah dan Aura Misteri di Kota Semarang


Semarang dikenal sebagai kota dengan ragam peninggalan sejarah yang masih terjaga hingga kini. Salah satu yang paling terkenal adalah Lawang Sewu. Bangunan megah ini bukan hanya menawarkan keindahan arsitektur kolonial, melainkan juga menyimpan cerita panjang tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Di balik pesonanya, Lawang Sewu kerap dibicarakan pula karena kisah mistis yang melekat erat. Perpaduan antara nilai sejarah dan mitos menjadikan tempat ini sebagai salah satu destinasi yang selalu menarik perhatian wisatawan.

Sejarah Berdirinya Lawang Sewu

Lawang Sewu dikutip dari laman detik.com didirikan pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1904, oleh perusahaan kereta api Belanda bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Gedung utamanya mulai difungsikan pada 1907, kemudian diikuti dengan pembangunan beberapa bagian tambahan yang berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya.

Arsitektur bangunan dirancang oleh beberapa tokoh ternama, seperti P. de Rieu, J. F. Klinkhamer, dan B. J. Ouëndag, dengan keterlibatan G. C. Citroen. Desainnya memperhatikan kondisi iklim tropis, sehingga setiap sudut dibuat agar mampu mengatasi panas matahari dan curah hujan tinggi.

Jendela berukuran besar, ventilasi yang melimpah, serta galeri yang mengelilingi bangunan membuat suasana di dalam tetap terasa sejuk meski udara Semarang terkenal panas.

Pada masa pendudukan Jepang, sebagian ruang bawah tanah Lawang Sewu diubah menjadi penjara oleh militer Jepang atau Kenpetai. Setelah itu, gedung ini juga menjadi saksi peristiwa bersejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang memperkuat posisinya sebagai simbol perjuangan rakyat melawan penjajahan.

Keunikan Arsitektur dan Detail Bangunan

Lawang Sewu berdiri di atas lahan sekitar 18 ribu meter persegi dengan beberapa gedung utama, yang paling terkenal adalah Gedung A. Arsitekturnya memadukan gaya kolonial Belanda dengan pengaruh lokal. Sentuhan Romanesque Revival terlihat pada lengkungan jendela, sementara nuansa Hindia Baru hadir melalui adaptasi desain untuk iklim tropis.

Beberapa detail bangunan yang mencuri perhatian antara lain:

1. Kaca patri berwarna karya seniman J. L. Schouten yang menghiasi beberapa jendela.

2. Tembikar dekoratif pada lengkungan balkon yang memperindah tampilan eksterior.

3. Menara kembar dengan ornamen perunggu di bagian atas yang menambah kesan megah.

4. Jendela dan ventilasi ganda yang membuat cahaya alami dan udara dapat masuk dengan leluasa.

Desain semacam ini tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga membuktikan kecerdikan arsitek dalam menciptakan bangunan yang tahan terhadap iklim tropis.

Benarkah Memiliki Seribu Pintu?

Nama “Lawang Sewu” dalam bahasa Jawa berarti seribu pintu. Julukan ini sudah melekat sejak lama, namun faktanya jumlah pintu di bangunan ini tidak benar-benar mencapai seribu.

Menurut data resmi dikutip dari laman sma13smg.sch.id jumlah lubang pintu di Lawang Sewu sekitar 928 buah. Banyaknya pintu dan jendela berukuran besar membuat sebagian orang menganggap jendela sebagai pintu.

Bahkan ada satu gawang pintu yang memiliki lebih dari satu daun pintu, sehingga persepsi tentang jumlahnya semakin membingungkan. Meski demikian, sebutan Lawang Sewu tetap digunakan hingga kini karena mampu mencerminkan kesan megah dan unik dari bangunan tersebut.

Aura Mistis yang Membalut Lawang Sewu

Selain dikenal karena nilai sejarahnya, Lawang Sewu juga populer dengan cerita mistis. Ruang bawah tanah yang dahulu dijadikan penjara Jepang sering disebut sebagai area paling angker. Konon, di tempat itu pernah terjadi penyiksaan terhadap para tahanan, bahkan kabarnya ada yang dibuang melalui saluran pembuangan.

Kisah-kisah seram juga kerap diceritakan pengunjung yang merasakan kehadiran bayangan, suara aneh, atau sensasi mencekam di beberapa ruangan kosong. Meski sulit dibuktikan secara ilmiah, cerita semacam ini menjadi daya tarik tersendiri. Tidak sedikit yang sengaja datang untuk merasakan pengalaman berbeda melalui wisata malam atau acara uji nyali yang pernah digelar di sana.

Fungsi Lawang Sewu di Masa Kini

Seiring berjalannya waktu, Lawang Sewu tidak lagi difungsikan sebagai kantor kereta api. Saat ini bangunan bersejarah tersebut dialihfungsikan sebagai museum perkeretaapian yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia.

Di dalamnya terdapat berbagai koleksi seperti dokumen sejarah, seragam petugas, peralatan komunikasi, lokomotif tua, hingga replika tiket kereta pada masa lalu.

Selain berperan sebagai museum, Lawang Sewu juga kerap menjadi lokasi kegiatan budaya, pameran seni, hingga tempat favorit untuk fotografi. Keindahan arsitekturnya membuat banyak orang menjadikannya latar belakang pemotretan, baik untuk keperluan pribadi maupun acara resmi. Harga tiket masuknya pun terjangkau, hanya sekitar Rp10.000 untuk dewasa dan Rp5.000 untuk pelajar.

Simbol Identitas Semarang

Lawang Sewu kini telah menjadi salah satu ikon wisata utama di Kota Semarang. Bangunan ini menghadirkan perpaduan unik antara nilai sejarah, keindahan arsitektur, dan kisah mistis yang terus diceritakan dari generasi ke generasi.

Setiap sudutnya menyimpan cerita yang menarik, baik bagi pecinta sejarah maupun penikmat wisata yang mencari pengalaman berbeda.

Lebih dari sekadar bangunan dengan pintu berjumlah ratusan, Lawang Sewu adalah saksi bisu perjalanan bangsa, dari masa kolonial, pendudukan Jepang, hingga perjuangan kemerdekaan. Daya tarik itulah yang membuatnya tetap hidup, relevan, dan selalu dikunjungi sebagai bagian penting dari identitas Kota Semarang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.