Periode Oktober 2018 bukanlah waktu yang mudah bagi masyarakat kota Palu, Sulawesi Tengah. Terlihat kerusakan fasilitas yang terjadi dimana-mana akibat gempa berkekuatan 7,4 SR dan disusul oleh tsunami yang menerjang kota Palu.
Dampak yang dirasakan tidak main-main, dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total korban terdampak mencapai 172.635 jiwa, yang dimana sebanyak 4.340 korban dinyatakan meninggal/menghilang, serta 4.438 korban dinyatakan luka-luka.
Kerusakan pada fasilitas pribadi dan umum juga tidak main-main angkanya, sebanyak 68.451 unit rumah hancur, hingga rumah ibadah pun tercatat hancur sebanyak 327 unit.
Selain itu, yang paling disayangkan adalah bangunan yang seharusnya menjadi pondasi generasi muda masyarakat kota Palu harus hancur lebur. Tercatat sebanyak 265 unit sekolah rusak akibat tsunami dan gempa yang terus bersusulan.
Namun banyak keajaiban yang terjadi di dunia ini. Salah satu tempat yang terkena dampak adalah pesisir pantai Talise yang berlokasi tak jauh dari titik tsunami. Sebuah keajaiban karena ditempat itu terdapat satu bangunan tempat belajar yang masih berdiri kokoh.
Bangunan yang dimiliki oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Khatulistiwa itu masih relatif utuh dan aman digunakan untuk proses belajar anak-anak yang terdampak bencana.
Surya Dharma, sebagai seorang pemilik bangunan tersebut sangat bersyukur, karena tempat untuk menempuh pendidikan bagi anak-anak yang putus sekolah masih bisa digunakan dengan baik. Berprofesi sebagai guru di usia muda, Surya Dharma bersama istrinya membangun PKBM Khatulistiwa pada 2011 dengan bantuan para relawan demi bisa membantu anak-anak agar bisa mengikuti sekolah paket A hingga C.
Mereka tak hanya belajar pendidikan formal namun di PKBM mereka juga belajar tentang keterampilan. Namun bencana yang menimpa Palu saat itu membuat banyak dari peserta didik Surya Dharma yang terdampak. Banyak dari mereka yang kehilangan rumah bahkan keluarga akibat sapuan tsunami. Akibatnya seluruh proses pembelajaran harus terhenti saat itu.
Perjuangan Surya Dharma dalam Program Tuntas Belajar 12 Tahun
Sulawesi Tengah termasuk kedalam 10 besar provinsi dengan tingkat anak putus sekolah tertinggi. Data ini diambil dari Badan Pusat Statistik, dimana sebanyak 2,59% kelompok anak berusia 7-12 tahun tidak sekolah, disusul kelompok anak usia 13-15 sebanyak 4,7%, dan kelompok anak usia 16-18 yang tidak sekolah mencapai 9,55%.
Banyak faktor yang memengaruhi mengapa banyak anak yang tidak bersekolah. Padahal pendidikan merupakan pondasi penting demi kehidupan masa depan anak bangsa.
Masih banyak orang tua yang tidak mampu untuk membiayai sekolah anak-anak mereka dari jenjang SMP hingga SMA. Jauh kebelakang sebelum tahun 2013, pemerintah mewajibkan sekolah 9 tahun untuk para pelajar Indonesia.
Untuk 9 tahun pendidikan wajib pun, yang artinya sampai jenjang SMP, masyarakat Sulawesi Tengah masih kesulitan untuk membiayai sekolah untuk anaknya. Ditambah kebijakan baru pada 2015, yang dimana pemerintah mewajibkan pendidikan selama 12 tahun, yang artinya hingga bangku SMA. Selain faktor ekonomi, fasilitas pendidikan juga masih kurang mumpuni. Jarak antara sekolah dan rumah menjadi salah satu penghalangnya.
Sebagai orang yang berada di jalur pendidikan, tentunya Surya Dharma tergerak untuk membantu mereka yang putus sekolah. Melalui video wawancara yang di unggah dari platform Facebook Semangat Astra Terpadu, dijelaskan bahwa program tuntas belajar 12 tahun yang Surya Dharma cetuskan ini diadakan agar anak-anak yang putus sekolah ini mampu mendapatkan pekerjaan nantinya.
Karena begitu sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan jika tidak menempuh pendidikan formal. Ia sampai berusaha untuk bekerja sama dengan beberapa perusahaan agar peserta didiknya dapat bekerja di perusahaan mereka ketika sudah lulus.
Dalam video wawancara yang diunggah oleh SATU Indonesia pada 2018, semenjak program tuntas belajar 12 tahun ini dibuat, setiap tahunnya semakin bertambah masyarakat yang mengikuti program ini. Tercatat pada 2018, kurang lebih terdapat 300 peserta didik yang sudah diluluskan dan mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Apa yang dilakukan oleh Surya Dharma tentunya sangat menginspirasi bagi generasi muda sekarang dan tentunya sesuai dengan semangat yang dimiliki ASTRA untuk menuju Indonesia yang lebih baik. Maka dari itu seluruh program yang Surya Dharma lakukan sangat pantas jika ia menjadi salah satu penerima Semangat Astra Untuk (SATU) Indonesia pada tahun 2018 di bidang pendidikan.Ia tetap berjuang meski sempat terhenti akibat bencana alam yang menimpa kota tempat ia tinggal.
kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News