https goodnewsfromindonesiaid blog garis hitam project perempuan di balik sel tahanan pun berhak berdaya - News | Good News From Indonesia 2025

Garis Hitam Project: Perempuan di Balik Sel Tahanan Pun Berhak Berdaya

Garis Hitam Project: Perempuan di Balik Sel Tahanan Pun Berhak Berdaya
images info

Garis Hitam Project: Perempuan di Balik Sel Tahanan Pun Berhak Berdaya


Siapa yang akan terpikirkan tentang para perempuan yang saat ini tengah menghabiskan usianya di dalam sel tahanan sebagai narapidana? 

Siapa pula yang mampu menjanjikan pada mereka bahwa jika bebas nanti, mereka akan mampu melanjutkan hidupnya senyaman ketika tidak diselimuti stereotype sebagai orang jahat. 

Jangankan mendapatkan ruang bebas untuk tetap berkembang, rasanya hanya mampu berharap setidaknya orang tak membenci mereka. 

Dalam ruangan sempit, tak banyak ventilasi bahkan jendela untuk sekedar menjelma sebagai alarm pergantian waktu. Dibandingkan menyuburkan kembali semangat hidup ketika mereka keluar dari lapas, rasa takut dan khawatir perlahan tertanam tanpa izin.

Membayangkan bagaimana kehidupan di luar sana pun rasa-rasanya semakin mengikis hati. Namun, setidaknya keresahan mereka didengar dan dieksekusi, bahkan oleh mereka yang sehari-hari berkeliling menjaga lapas. 

Dewi Fatimah adalah salah satu wanita dibalik Garis Hitam Project. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dibentuk bersama dengan orang-orang yang memiliki keresahan yang sama terhadap kesejahteraan perempuan di dalam lapas. Ia yang hampir setiap hari berkeliling menjaga lapas, berjumpa dengan para narapidana, dan bahkan turut bercengkrama bertukar resah. 

“Aku setiap hari berinteraksi dengan narapidana dan mendengarkan berbagai keresahan-keresahan mereka, baik di dalam lapas maupun setelah keluar dari lapas,” tutur Dewi ketika diwawancarai pada Sabtu, 20 September 2025.

Dewi merupakan seorang penjaga lapas perempuan sekaligus bendahara Garis Hitam Project, yang kemudian berhasil membawa Garis Hitam Project meraih Satu Indonesia Awards 2024. Ia pertama kali terjun bergabung sejak tahun 2021. Baginya, ia dan Garis Hitam Project memiliki pandangan yang sama terkait dengan kesetaraan, khususnya narapidana perempuan. 

“Waktu itu kan kami sama-sama berpikir bahwa salah satu kunci untuk hidup harmonis bagi perempuan yaitu adanya kesetaraan,” cerita Dewi. 

 Menurut Dewi, perempuan memiliki peranan penting dalam kemajuan dan kemanusiaan. 

“Tidak seharusnya ada perempuan yang merasa tidak berdaya, baik saat mereka berada di dalam lapas maupun setelah keluar dari lapas.” lanjut Dewi. 

Dari situlah ia dengan tim Garis Hitam Project bertekad menyediakan pendampingan dan pembinaan bagi narapidana perempuan untuk memberdayakan mereka di lapas. 

Garis Hitam Project sendiri merupakan LSM yang bergerak pada pemberdayaan narapidana perempuan di lapas Mamuju, Sulawesi Barat. LSM ini hadir karena banyaknya keresahan narapidana perempuan terhadap stereotype buruk ketika mereka keluar dari lapas. 

“Kayak mereka perempuan tidak benar atau tidak ada masa depan, bahkan setelah keluar dari lapas mereka pasti kesulitan untuk mencari pekerjaan dan kesulitan untuk berbaur kembali,” keluh Dewi mewakili narapidana perempuan. 

Dari sinilah mereka memberikan berbagai macam pelatihan seperti make up, nail art, pembuatan kue, hingga webinar psikologi. Setiap tahunnya pula mereka mengadakan festival kesetaraan yang melibatkan narapidana perempuan, siswa/mahasiswa, karang taruna, hingga mendatangkan pemerintah daerah setempat. Tak jarang Garis Hitam Project berkolaborasi dengan Habis Maghrib Studio, organisasi penyandang disabilitas, dan menerima hibah dari Pemuda Pertamina Foundation. 

Dewi menjelaskan bahwa kehadiran Garis Hitam Project tidak hanya memberikan kesempatan kepada narapidana perempuan agar tetap dapat belajar dan produktif selama di dalam lapas, namun juga untuk bekal mereka setelah keluar dari lapas. 

“Jadi dengan adanya kegiatan pembinaan, mereka punya banyak pengetahuan yang bisa dikembangkan, yang bisa menjadi bekal untuk mereka setelah keluar dari lapas. Mereka tuh senang banget,” ungkap Dewi. 

Apa yang disampaikan Dewi selaras dengan kesan dari salah satu narapidana perempuan yang sekaligus merupakan warga binaan Garis Hitam Project. Kehadiran Garis Hitam Project berhasil menjawab kebutuhan para narapidana perempuan di lapas Mamuju. 

“Garis Hitam Project menjawab ketakutan dan kekhawatiran saat warga binaan ketika keluar dari Lapas ini, karena semua program yang dilaksanakan adalah keterampilan yang akan menjadi bekal saat diluar nanti, bagi kami nanti di luar,” tutur Laras (bukan nama asli), salah satu narapidana perempuan di lapas Mamuju ketika diwawancarai melalui telepon pada Selasa, 23 September 2025. 

Bagi Laras, Garis Hitam Project membantunya secara psikologis, sehingga ia tidak lagi memiliki ketakutan besar dengan stereotype yang akan ia temui ketika keluar lapas nantinya.

“Ini juga yang menjadi kekuatan mental bagi kami saat kami nantinya bertemu dengan masyarakat dan berbaur kembali saat kami keluar dari Lapas ini nanti,” lanjut Laras. 

Hingga saat ini, Garis Hitam Project berisikan delapan orang pengelola hariannya. Meski begitu, mereka tetap berusaha memperluas kebermanfaatan hingga ke beberapa lapas lainnya di Mamuju. Menurut pengakuan Dewi, ketua Garis Hitam Project, Muhammad Rifai Sahida tengah berkunjung dan audiensi ke berbagai kelas lapas untuk berkolaborasi dengan program kesejahteraan perempuan di lapas. 

“Jadi kami kan bertujuan untuk menghadirkan ruang belajar, keterampilan, dan pendampingan sebanyak-banyaknya,” 

Pada akhirnya, kesejahteraan perempuan juga merupakan hak bagi mereka yang berada di dalam lapas. Terlepas dari berbagai dakwaan dan stereotype, mereka adalah perempuan dan ibu yang tetap harus melanjutkan hidupnya dan keluarga setelah keluar dari lapas. 

“Aku berharap mereka mampu menghasilkan karya yang berkualitas dan bernilai jual sebagai bekal mereka untuk kembali ke masyarakat nanti. Juga seluruh program kami bisa berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat kepada generasi muda maupun warga pembinaan dan mantan warga pembinaan,” harap Dewi.

Garis Hitam Project menyadarkan kita akan eksistensi perempuan di lapas yang hampir tak pernah diingat. Jangankan untuk tersorot media, kesejahteraan mereka belum tentu setara antar lapas satu dengan lapas lainnya. Menilik inisiator Garis Hitam Project sendiri, Muhammad Rifai Sahida yang merupakan seorang laki-laki, menegaskan bahwa peduli dengan kebutuhan dan kesetaraan adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Bahwa kesetaraan bukan hanya perihal gender, namun kesadaran dan kepedulian untuk berdaya bersama. 

Seorang narapidana perempuan tetaplah seorang perempuan yang patut berdaya dan setara. 

kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.