Desa Repi dihuni oleh masyarakat yang mayoritasnya menjadi petani. Mengutip dari situs resmi pemerintahan Desa Repi, sekiranya 85,58% masyarakat mengandalkan sektor pertanian. Lahan berkebunnya yang mencapai luas 130 Ha diisi ragam aneka hortikultura. Adapun lahan yang terisi di Desa Repi terdiri dari sawah padi, ladang jagung, tembakau, dan lainnya. Salah satu potensi budidaya menonjol di Desa Repi ialah jambu mete.
Jambu mete, demikian namanya yang dikenal masyarakat Indonesia. Berkerabat dengan mangga, bagian biji yang muncul di bawahnya tidak boleh sembarangan dipegang sebab menimbulkan reaksi iritasi. Buah jambu mete biasanya tumbuh berwarna merah atau kuning.
Awalnya kacang mete hanya dijual ke tengkulak oleh para petani mete Desa Repi. Namun, pada tahun 2021 lalu, datangnya program Desa Sejahtera Astra membuka peluang isi cangkang serupa ginjal manusia tersebut menjadi sumber rezeki. Dari kacang biasa menjadi beragam olahan, perlahan-lahan kacang mete yang tumbuh besar di Desa Repi memiliki nama "Kameku".
Sekilas Perjalanan Kacang Mete di Desa Repi
Hidup di iklim tropis, Anacardium occidentale memang terlihat berbeda dari keluarga kacang-kacangan. Buahnya mengingatkan kita dengan jambu air. Namun, mengutip dari IPB Digitani, bentuk jambu tersebut merupakan pembesaran batang yang disebut buah semu.
Tumbuhan yang masuk dalam keluarga Anacardiaceae ini sempat tidak dilirik potensinya. Para petani Desa Repi, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, biasanya hanya menjual kacang mete langsung ke tengkulak.
Seperti yang dilansir dalam siaran pers situs resmi YDBA, harga penjualan kacang mete yang dijual pada tengkulak seharga Rp10.000/kg. Para petani saat itu belum mengetahui betapa berharganya nilai kacang mete di pasaran bila mengeluarkan isi cangkangnya.
Melalui program DSA Astra, para petani mete Desa Repi mendapatkan pembinaan mengolah kacang mete menjadi produk UMKM berharga. Mulai dari manajemen, pengolahan kacang mete, sampai menjadi berbagai macam produk kacang mete.
Kacang Mete Desa Repi Disulap Menjadi “Kameku”
Berkat keteguhan para petani kacang mete dan termotivasi maju, lahirlah “Kameku” pembinaan DSA Astra tahun 2021 lalu. Nama “Kameku” memiliki arti ‘bekalku’. Olahan kacang mete yang menjadi produk UMKM Kacang Mete Lengkong Lala, Desa Repi, berhasil mengangkat nilai kacang mete hingga mencapai Rp400.000/kg.
Bila menelusuri sosial media Instagram @kameku.repi, Kawan GNFI dapat melihat olahan kacang mete ‘Kameku’ yang menggiurkan. Berbagai macam rasa dapat menggoyang lidah siapa pun yang menikmati kerenyahan kacang mete dalam bentuk camilan ringan atau kue kering. Pemasaran produk “Kameku” tidak hanya diperkenalkan door to door, tetapi diikuti dalam berbagai macam kegiatan.
Misalnya tahun 2024 lalu, “Kameku” dibawa jalan-jalan ke Festival Golo Koe 2024 untuk dipamerkan keunggulannya berkat pembinaan DSA Astra. Tidak hanya di festival saja, UMKM Mete ini berhasil menyabet juara 2 pada kompetisi Scale Green Florest Lestari Market Day.
Ketika Ramadan 2025 tiba, UMKM Mete Desa Repi mendirikan Galeri Kameku berkolaborasi dengan UMKM Kuliner dalam rangka Bazaar Kuliner (Bakul). Galeri Kameku memiliki manfaat untuk memberi fasilitas pemasaran agar mudah menjangkau para calon kostumer “Kameku”.
Berdasarkan publikasi Instagram YDBA (@ydba_manggaraibarat), kolaborasi ini guna menciptakan ruang bekerja sama yang memberi dampak positif untuk ekonomi. Tidak hanya memberi dampak positif, Galeri Kameku diharapkan menjadi peluang bermanfaat pemasaran produk, sebagai wadah UMKM untuk berkomunitas, bertransaksi, dan mandiri.
Kemudian, pada tanggal 12 April 2025 melalui publikasi resmi Instagram, “Kameku” berpatisipasi memamerkan produk pameran UMKM dalam rangka Kunjungan Gubernur NTT. Kini, “Kameku” masih bersaing di pasar lokal dengan mengikuti berbagai kegiatan dan pemasaran. Salah satunya mengikuti festival Golo Koe 2025 yang diselenggarakan Agustus lalu.
#kabarbaiksatuIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News