Selama ini, banyak orang hanya fokus pada cara menjaga tubuh tetap sehat dengan berolahraga, makan bergizi, dan tidur cukup. Namun, sering kali kita lupa bahwa tubuh dan pikiran bekerja beriringan.
Saat pikiran lelah, tubuh pun bisa ikut jatuh sakit. Kini, semakin banyak masyarakat Indonesia mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental, tanda baik bahwa kita mulai memahami arti “sehat” secara utuh — bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi juga damai secara batin.
Apa Itu Kesehatan Mental dan Mengapa Penting?
Gangguan mental tidak selalu terlihat secara fisik. Namun, memiliki dampak yang nyata pada kehidupan seseorang.
Berdasarkan laman Psychiatry.org, beberapa ciri orang yang mengalami gangguan mental, misalnya perubahan tidur dan nafsu makan, perubahan suasana hati, penarikan diri dari sosial juga pada hal-hal yang diminati, kesulitan mengelola nyeri pada perut dan kepala, peningkatan sensitivitas terhadap pemandangan, suara, aroma dan sentuhan, juga perubahan kinerja baik di sekolah atau pekerjaan.
Gejala tersebut tidak dapat memprediksi penyakit mental tetapi menunjukkan perlu adanya evaluasi yang harus dilakukan oleh tenaga profesional, seperti psikolog atau dokter kejiwaan.
Hal ini menjadi perhatian bagi pemerintah karena keseimbangan pikiran menentukan cara kita berpikir, bertindak, dan berhubungan dengan orang lain. Pikiran yang sehat membantu seseorang mengambil keputusan dengan jernih, menjaga hubungan sosial, dan menghadapi tekanan hidup tanpa kehilangan arah.
Menjaga kesehatan mental bukan berarti kita lemah. Justru, mengenali batas diri dan berani meminta bantuan adalah bentuk keberanian untuk bertumbuh.
Bagaimana Kondisi dan Upaya di Indonesia?
Pada tahun 2022, Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) melaporkan bahwa satu dari tiga remaja (34,9%) atau setara 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.
Selain itu, satu dari 20 remaja (5,5%) atau setara 2,45 juta memiliki setidaknya satu gangguan mental dalam periode yang sama. Kemudian pada 2023, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menyebutkan, prevalensi penduduk dengan gejala depresi tertinggi terdapat pada kelompok remaja usia 15–24 tahun.
Sebanyak 1% remaja mengalami depresi; 3,7% mengalami kecemasan; 0,9% mengalami post traumatic syndrome disorder (PTSD); dan 0,5% mengalami attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD).
Angka ini bisa lebih tinggi karena banyak yang masih enggan mencari bantuan profesional.
Namun di sisi lain, kesadaran terhadap isu kesehatan mental di Indonesia kini semakin meningkat. Banyak kampanye, komunitas, dan platform digital yang menyediakan ruang aman untuk berbagi cerita serta mendapatkan bantuan.
Di media sosial, generasi muda juga mulai aktif membicarakan topik ini dengan terbuka. Hal tersebut menjadi sinyal positif bahwa masyarakat kini tidak lagi melihat gangguan mental sebagai aib, melainkan sebagai hal yang perlu ditangani dengan empati dan ilmu.
Salah satu faktor penting untuk mencapai kesejahteraan mental adalah dukungan sosial dan lingkungan yang aman. Artinya, langkah sekecil apa pun, seperti mendengarkan teman yang sedang berjuang, sudah bisa menjadi bagian dari solusi.
Upaya Menjaga dan Mendukung Kesehatan Mental
Menjaga kesehatan mental dimulai dari diri sendiri. Setiap orang perlu menyadari pentingnya mengenali emosi, menjaga keseimbangan hidup, serta mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Membiasakan diri dengan rutinitas sehat, seperti tidur cukup, makan bergizi, dan beraktivitas fisik secara teratur juga membantu menjaga kestabilan suasana hati.
Selain itu, praktik sederhana seperti menulis jurnal, berdoa, atau bermeditasi dapat menjadi cara efektif untuk menenangkan pikiran dan merawat batin.
Namun, kesehatan mental juga menjadi tanggung jawab sosial. Saat seseorang di sekitar kita sedang berjuang menghadapi gangguan mental, penting bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi. Hindari memberikan nasihat berlebihan atau meremehkan perasaannya.
Dukung dengan cara sederhana: hadir, dengarkan, dan bantu mereka mencari bantuan profesional bila diperlukan. Dengan empati dan kepedulian, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat secara emosional bagi semua.
Kesehatan mental bukanlah hal yang bisa diabaikan, sebab tubuh yang sehat tak akan berarti tanpa pikiran yang tenang.
Sama seperti kita menjaga tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga, pikiran pun perlu dirawat dengan istirahat yang cukup, hubungan yang suportif, serta keberanian untuk meminta bantuan saat dibutuhkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News