bhinneka tunggal ika di era digital masihkah kita saling menghargai - News | Good News From Indonesia 2025

Bhinneka Tunggal Ika di Era Digital: Masihkah Kita Saling Menghargai?

Bhinneka Tunggal Ika di Era Digital: Masihkah Kita Saling Menghargai?
images info

Bhinneka Tunggal Ika di Era Digital: Masihkah Kita Saling Menghargai?


Di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda Pancasila tertulis kalimat “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini merupakan pengingat akan semangat yang mempersatukan Indonesia.

Akan tetapi, di tengah derasnya arus digital dan media sosial saat ini, muncullah sebuah pertanyaan: apakah kita masih benar-benar menghargai perbedaan?

Era Digital dan Tantangan Toleransi

Kemajuan teknologi membuat kita bisa terhubung dengan siapa pun, kapan pun melalui Instagram, X (Twitter), TikTok, dan berbagai platform lain. Setiap orang punya kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan pendapat.

Sayangnya, kebebasan ini seringkali disalahgunakan. Komentar bernada kebencian, cyberbullying, hingga ujaran SARA tersebar luas dalam sosial media. Media sosial yang seharusnya bisa memperkuat rasa kebersamaan, justru berubah jadi tempat menyebar permusuhan dan perpecahan hingga main hakim sendiri.

Kasus Nyata: Ujaran SARA dan Jerat Hukumnya

Kasus Ferdinand Hutahaean merupakan sebuah contoh bagaimana ujaran kebencian SARA dapat berdampak serius dan nyata. Pada awal Januari 2022, ia menulis sebuah tweet di akun X pribadinya yang berbunyi “Allahmu ternyata lemah harus dibela. Aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya…” Tweet itu memicu kontroversi publik karena menyinggung keyakinan agama tertentu dan berpotensi menimbulkan kebencian berbasis SARA. 

Ferdinand Hutahaean dijerat dengan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang ITE akibat dari tweetnya itu. Undang-Undang ITE Pasal 28 ayat (2) sendiri merupakan undang-undang yang melarang penyebaran informasi yang menimbulkan kebencian atau permusuhan individu maupun kelompok masyarakat berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Ia ditetapkan sebagai tersangka dan sempat ditahan oleh Bareskrim Polri. Kasus ini menegaskan pada kita bahwa apa yang kita sebar di media sosial memiliki konsekuensi, apalagi jika menyinggung identitas dan keyakinan orang lain.

Perbedaan Bukan Musuh

Menurut Indonesia.go.id, Indonesia mempunyai lebih dari 1.300 suku bangsa dan 300 kelompok etnis yang berbeda serta merupakan representasi keberagaman Indonesia yang luar biasa. Semua ini merupakan kekuatan dan keunikan Indonesia, bukan sumber konflik.

Namun, di dunia maya, keunikan Indonesia ini justru sering dijadikan bahan serangan. Perbedaan pendapat sering dikaitkan dengan latar belakang suku, agama, atau daerah. Padahal, Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bahwa segala rakyat Indonesia walaupun memiliki banyak perbedaan, tetap merupakan suatu kesatuan dalam bangsa Indonesia.

Menjaga Persatuan di Dunia Digital

Menjaga persatuan di dunia digital berarti pengguna media sosial harus bertanggung jawab atas apa yang disampaikan atau disebarluaskan dalam dunia digital. Setiap komentar atau opini mempunyai dampak baik yang positif maupun yang negatif.

Oleh karena itu, mari gunakan media sosial untuk meningkatkan empati dan memperkuat persatuan. Media sosial seharusnya membuat kita lebih dekat, bukan saling menjauh akibat ujaran SARA.

Kawan GNFI berikut beberapa cara untuk menjaga persatuan dalam dunia digital yang dapat kita terapkan, seperti :

  1. Meningkatkan literasi digital : Pelajari cara menyaring informasi agar tidak mudah terpengaruh oleh hoax dan disinformasi. Kembangkan sikap kritis terhadap konten yang diterima
  2. Menyebarkan konten positif : Gunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan yang membangun persatuan, seperti kampanye toleransi atau video kreatif yang mengajak untuk bersatu.
  3. Jadilah agen perubahan : Generasi muda bisa menjadi pelindung nilai Pancasila dengan menyikapinya secara kritis, jujur, dan bertanggung jawab dalam setiap interaksi digital. 

Penutup

Era digital seharusnya tidak membuat kita lupa akan nilai persatuan dan membuat kita bertingkah semerta merta. Justru, keberadaan media sosial seharusnya mempererat hubungan antar manusia dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian satu akan yang lain.

Ayo jadikanlah ruang digital Indonesia sebagai tempat yang hangat dan menghargai perbedaan setiap orang. Karena hal yang membuat Indonesia istimewa adalah persatuan yang dapat dicapainya walau memiliki keberagaman yang luar biasa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.