Fakta Tentang Sampah Styrofoam
Permasalahan sampah menjadi konflik yang berlarut-larut di Indonesia. Salah satu sampah yang banyak ditemukan yaitu sampah styrofoam.
Biasanya, masyarakat Indonesia kerap menggunakan styrofoam sebagai wadah makanan karena dianggap praktis dan murah.
Namun, sampah styrofoam termasuk sampah yang dapat disebut abadi, karena sangat sulit untuk terurai oleh tanah.
Selain itu, styrofoam termasuk sampah yang memiliki banyak dampak buruk apabila terus digunakan dan juga dihancurkan.
Faktanya, styrofoam terbuat dari polistirena dan 5-10% gas dengan menggunakan blowing agent yang dapat merusak lapisan ozon.
Tidak hanya itu, jika sampah styrofoam dihancurkan maka membutuhkan teknologi yang tinggi, mahal, serta menimbulkan gas beracun dan emisi karbon tinggi.
Hal itu dikarenakan styrofoam memiliki kandungan zat yang berbahaya, seperti benzene dan styrene.
Upaya Budi Sugiarto Kurangi Dampak Buruk Styrofoam
Berdasarkan dampak buruk dari penggunaan styrofoam, sampah tersebut akan memberikan pengaruh yang tidak baik bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat Indonesia.
Tentu saja diperlukan adanya strategi dan solusi untuk mengurangi penggunaan sampah styrofoam, atau mencegah terjadinya dampak buruk penggunaan styrofoam.
Hal ini pula yang menjadikan serorang pemuda bernama Budi Sugiarto dengan mengolah sampah styrofoam menjadi produk daur ulang yang memiliki nilai ekonomis.
Awalnya, Budi melihat banyaknya sampah yang berserakan di lingkungannya, tepatnya di pinggiran pantai.
Salah satu sampah yang paling banyak ditemukan di pinggiran pantai yaitu sampah styrofoam, yang berasal dari bekas sampah pengunjung atau terbawa arus air laut.
Melihat banyaknya sampah styrofoam yang semakin menggunung, menjadikan Budi resah dan mulai mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pada tahun 2017 lalu, strategi pertama yang dilakukan Budi yaitu dengan mengumpulkan sampah styrofoam hingga berkarung-karung. Sampah tersebut Budi kumpulkan bersama ayahnya yang bernama Surani, mulai dari sungai hingga ke ujung pantai di Kepulauan Seribu.
Banyaknya sampah styrofoam yang dikumpulkan juga membuat Budi bingung untuk membawanya ke daratan, hingga cara yang dilakukan yaitu dengan melelehkan sampah tersebut di tempat.
Setelah styrofoam berhasil dikumpulkan, Budi melakukan daur ulang sampah menjadi produk yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pot bunga, perabotan rumah, hingga bahan bangunan yang tidak mencemari lingkungan.
Menariknya, sampah styrofoam juga bisa dijadikan beragam karya kerajinan yang unik, seperti batako dan bahan untuk membuat lukisan menjadi timbul.
Produk yang berhasil dibuat tersebut dilakukan oleh Budi dan ayahnya dengan cara yang terbilang mudah, yaitu dengan melelehkan styrofoam, kemudian bisa dikreasikan untuk ditempelkan pada kanvas yang telah dibuat sketsa wajah atau objek lukisan lainnya.
Tantangan pun harus dihadapi oleh Budi, yaitu banyaknya masyarakat yang menertawakan ide daur ulang sampah yang dilakukannya. Namun, hal tersebut tidak menjadikannya goyah dan tetap percaya bahwa perubahan besar dimulai dari satu langkah kecil.
Kegiatan daur ulang sampah styrofoam tersebut merupakan bentuk dari konsep ekonomi sirkular, yaitu limbah sampah tidak harus berakhir di tempat pembuangan, namun bisa diproduksi ulang menjadi produk yang bermanfaat.
Hasil Positif Pengurangan Sampah Styrofoam
Siapa sangka, sampah styrofoam yang sudah didaur ulang berhasil memberikan nilai ekonomis yang menguntungkan bagi Budi Sugiarto.
Styrofoam yang didaur ulang menjadi bahan lukisan dan berhasil diproduksi hingga ribuan, dan dijual dengan kisaran harga 5-20 juta.
Harga jual produk tersebut merupakan menunjukkan bahwa sampah dapat menjadi peluang yang besar untuk mengubah sampah menjadi cuan yang berlimpah.
Namun, tidak hanya ingin menguntungkan diri sendiri, Budi mendirikan sebuah akademi yang dinamakan dengan Re-cycle Academy.
Akademi tersebut memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar, komunitas pemuda, hingga mahasiswa untuk belajar dan melakukan praktik daur ulang, serta menumbuhkan semangat green innovation.
Hal tersebut Budi lakukan agar masyarakat dan pemuda Indonesia memiliki rasa ingin menjaga bumi melalui kreativitas, dan rasa peduli terhadap lingkungan.
Inovasi serta usaha yang dilakukan Budi dalam melakukan daur ulang sampah styrofoam tersebut, menjadi hal yang menarik bagi perusahaan PT Astra International Tbk.
Pada tahun 2017, Budi Sugiarto berhasil mendapatkan Apresiasi Satu Indonesia Award dengan kategori individu di bidang lingkungan.
Upaya yang dilakukan Budi dalam mengurangi dampak buruk sampah styrofoam patut diapresiasi dan dapat dijadikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia.
Harapannya, semakin banyak inisiatif dan langkah yang diambil masyarakat Indonesia dalam menuntaskan permasalahan sampah yang semakin menumpuk di Indonesia. #kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News