Halo, Kawan GNFI! Di bawah langit cerah Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), terbentang sebuah kisah inspiratif tentang kesetaraan, pendidikan tanpa batas, dan ketangguhan wirausaha perempuan.
Inilah Kampung Berseri Astra (KBA) Selagalas, sebuah komunitas yang telah membuktikan bahwa potensi sejati tidak mengenal kondisi fisik.
Kampung Berseri Astra (KBA) adalah program unggulan dari Astra yang bertekad membangun masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan melalui empat pilar utama: Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, dan Kewirausahaan.
KBA Selagalas berlokasi di Kelurahan Selagalas, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram, Provinsi NTB.
Wilayah ini telah memilih jalan untuk menjadi teladan dalam pendidikan inklusif dan pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal, dengan pilar Pendidikan dan Kewirausahaan sebagai penopang utamanya.
Pilar Pendidikan di Selagalas menjadi poros utama kemajuan. Di sini berdiri Sekolah Luar Biasa (SLB) YPTN Tuna Netra Al Mahsyar.
Sekolah ini tidak hanya menyediakan kurikulum formal, tetapi juga fokus mempersiapkan anak asuhnya menjadi wirausaha mandiri.
Siswa di sana diajarkan berbagai keterampilan praktis, mulai dari musik, pijat, tata boga, hingga penguasaan Bahasa Inggris.
Semangat inklusi ini diwujudkan juga di sekolah formal. SMAN 6 Mataram, yang berada di kawasan KBA Selagalas, membuka pintu lebar bagi siswa berkebutuhan khusus, termasuk tuna netra dan tuna rungu.
Pihak sekolah memastikan mereka mendapat pendidikan setara dengan siswa reguler melalui penyediaan guru-guru khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Keberhasilan sistem ini terbukti dengan adanya alumni berkebutuhan khusus SMAN 6 Mataram yang sukses melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Mataram (Unram).
Di SMAN 6 Mataram, pendidikan diperkaya dengan nilai kewirausahaan berbasis lingkungan.
Siswa-siswi memanfaatkan lahan bekas gugus depan Pramuka yang disinergikan dengan Astra, kini dikenal sebagai Kebun Bina Karakter.
Di kebun ini, mereka memproduksi pupuk kompos (baik kering maupun cair) dari sampah organik.
Kompos inilah yang kemudian digunakan untuk bertani sayur dan buah-buahan, seperti cabai, jambu air, dan anggur, mengajarkan mereka rantai ekonomi sirkular dari sampah hingga panen.
Semangat kewirausahaan di KBA Selagalas tak hanya milik kaum muda di sekolah. Pilar ini dihidupkan oleh ketangguhan seorang wirausaha lokal, Ibu Nikmah, yang mengelola Nikmah Food.
Ibu Nikmah, seorang wanita tangguh berusia 66 tahun, memulai usahanya dengan memproduksi rengginang, camilan gurih dari beras ketan.
Usaha ini telah berkembang menjadi motor penggerak ekonomi mikro di sekitarnya. Nikmah Food tidak hanya menguntungkan Ibu Nikmah, tetapi juga berhasil memberdayakan belasan ibu rumah tangga di sekitar rumah produksinya.
Setiap hari, mereka bersama-sama mengolah sekitar 75 kilogram beras ketan yang diubah menjadi tiga varian rengginang favorit: manis dengan gula merah, original, dan berbumbu.
Kisah Nikmah Food adalah simbol nyata dampak positif KBA dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu rumah tangga.
Harapan untuk KBA Selagalas
KBA Selagalas adalah model kemandirian yang berakar pada penerimaan dan kesempatan.
Harapannya, semangat inklusi ini terus dijaga dan ditingkatkan, sehingga KBA Selagalas menjadi pusat studi banding nasional tentang pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus yang berhasil.
Semoga usaha-usaha kecil seperti Nikmah Food terus berkembang pesat, mampu menembus pasar yang lebih luas dan meningkatkan jumlah ibu rumah tangga yang diberdayakan.
Demikian pula, semoga Kebun Bina Karakter di SMAN 6 Mataram terus berinovasi, melahirkan wirausahawan muda yang peduli lingkungan.
KBA Selagalas telah membuktikan bahwa dengan semangat kolaborasi dan kesempatan yang setara, setiap individu apapun kondisinya memiliki potensi luar biasa untuk berkontribusi pada masyarakat yang berseri.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News