indonesia menuju pusat inovasi tekstil dunia seberapa besar potensinya - News | Good News From Indonesia 2025

Indonesia Menuju Pusat Inovasi Tekstil Dunia, Seberapa Besar Potensinya?

Indonesia Menuju Pusat Inovasi Tekstil Dunia, Seberapa Besar Potensinya?
images info

Indonesia Menuju Pusat Inovasi Tekstil Dunia, Seberapa Besar Potensinya?


 

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia menekankan ambisinya untuk bertransformasi dari sekadar produsen menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan global.

Potensi ini didukung oleh daya saing yang tangguh di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Kesiapan Indonesia ini disampaikan oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam pidato pada acara konferensi tahunan ITMF (International Textile Manufacturers Federation) & IAF (International Apparel Federation) World Fashion Convention 2025 di Yogyakarta. Indonesia memposisikan diri sebagai mitra strategis global untuk masa depan industri TPT.

 

Pertumbuhan Industri TPT dan Kontribusi Terhadap PDB

Industri TPT di Indonesia menunjukkan resistensi dan pertumbuhan positif, menjauh dari label 'sunset industry'.

Data menunjukkan bahwa sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,39% dalam periode Triwulan IV 2024 hingga Triwulan II 2025, dengan kontribusi mencapai 0,98% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Momentum pertumbuhan ini menjadi fondasi bagi pemerintah untuk memperkuat daya saing dan akselerasi transformasi industri melalui berbagai kebijakan strategis.

 

Lima Kebijakan Kunci untuk Penguatan Daya Saing

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah merancang serangkaian kebijakan untuk mendorong investasi, modernisasi, dan efisiensi dalam ekosistem TPT Indonesia.

Pertama, Kemenperin berupaya memberikan kemudahan dan kepastian dalam berinvestasi. Melalui penyederhanaan proses perizinan berbasis risiko (Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2025), pemerintah memastikan prosedur investasi lebih cepat, transparan, dan terprediksi melalui sistem Online Single Submission (OSS) yang diperbarui.

Kedua, Kemenperin menjalankan program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan untuk mendukung penggantian mesin lama dengan peralatan modern yang lebih hemat energi bagi industri TPT. Efek dari program ini signifikan, terbukti mampu meningkatkan kapasitas produksi sebesar 21,75% dan efisiensi energi sebesar 11,86%.

Ketiga, disalurkan skema Kredit Industri Padat Karya. Skema ini memberikan akses pembiayaan (diestimasikan hingga Rp20 Triliun pada 2025) untuk membantu ekspansi perusahaan dan mempertahankan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Keempat, diberikan Fasilitas Masterlist untuk impor barang modal. Kebijakan ini memberikan jaminan pengecualian bea masuk untuk barang modal, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan produksi.

Terakhir, pemerintah memberikan insentif fiskal, meliputi tax holidays, tax allowances, investment allowances, dan super deduction tax bagi perusahaan yang berinvestasi pada riset, pengembangan, serta pendidikan vokasi.

Kebijakan ini merupakan inisiatif untuk mendukung ekosistem industri TPT yang berkelanjutan dan berdaya saing global, sejalan dengan peran sektor ini sebagai pilar strategis basis manufaktur nasional.

 

Bukti Daya Saing dan Efisiensi Global

Potensi Indonesia menjadi pusat inovasi dunia juga diduking oleh data efisiensi produksi yang kompetitif secara global. Indonesia tercatat masuk dalam lima besar produsen tekstil paling efisien di dunia.

Dilihat dari efisiensi biaya produksi: pada subsektor pemintalan benang, biaya produksi Indonesia mencapai USD2,71 per kilogram, menunjukkan efisiensi yang setara dengan Vietnam dan Bangladesh, serta lebih efisien daripada India, Tiongkok, dan Turki.

Sementara pada subsektor pertenunan, Indonesia mencatat biaya USD8,84 per meter, salah satu yang terendah di dunia. Di sektor fabric finishing, biaya produksinya mencapai USD1,16 per meter, lebih rendah daripada sebagian besar pesaing regional.

Daya saing ini juga tercermin di pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat. Produk TPT Indonesia (HS 61—pakaian dan aksesori rajutan) menduduki peringkat sebagai komoditas surplus perdagangan terbesar kedua bagi Indonesia di AS, melampaui produk alas kaki.

 

Peluang di Tengah Tantangan Global

Di tengah tantangan iklim, disrupsi digital, dan restrukturisasi rantai pasok global, industri TPT Indonesia meyakini adanya peluang yang kuat.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa, menyampaikan apresiasi atas regulasi pemerintah yang ditujukan bagi perlindungan industri padat karya domestik.

"Dengan kuatnya perlindungan kebijakan pemerintah, maka posisi industri Indonesia akan semakin kuat menghadapi persaingan global yang penuh tantangan perubahan rantai pasok dan perdagangan dunia," ujar Jemmy.

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.