legenda gunung patah tulang cerita rakyat dari maluku - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Gunung Patah Tulang, Cerita Rakyat dari Maluku

Legenda Gunung Patah Tulang, Cerita Rakyat dari Maluku
images info

Legenda Gunung Patah Tulang, Cerita Rakyat dari Maluku


Legenda Gunung Patah Tulang adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Maluku. Legenda ini berkisah tentang sepasang suami istri raksasa yang suka menyantap manusia.

Hal ini membuat penduduk yang ada di sana berusaha untuk menjebak para raksasa yang membuat resah masyarakat. Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda Gunung Patah Tulang tersebut?

Legenda Gunung Patah Tulang, Cerita Rakyat dari Maluku

Disitat dari artikel Nurlaila Makian, "Kisah Gunung Patah Tulang" dalam buku Antologi Cerita Rakyat Pulau Buru, alkisah pada zaman dahulu di Desa Manipa hidup sepasang suami istri raksasa. Mereka bernama Lasimpo dan Wasima.

Kedua raksasa ini hidup di atas gunung yang jauh dari pemukiman manusia. Sehari-hari kedua raksasa ini memakan hewan-hewan yang ada di hutan tersebut.

Pada suatu hari, Wasima merasa bosan dengan makanan yang mereka konsumsi sehari-hari. Dia pun berkata kepada suaminya ingin memakan daging segar manusia.

Lasimpo yang sangat sayang dengan istrinya ingin memenuhi keinginan tersebut. Dia pun kemudian menyusun rencana agar bisa menjebak manusia yang ada di Desa Manipa agar bisa dimakan nantinya.

Keesokan harinya, Lasimpo pergi menuruni gunung menuju ke arah Desa Manipa. Dia sudah mempersiapkan berbagai alat yang digunakan untuk menjebak manusia nantinya.

Sesampainya di dekat Desa Manipa, Lasimpo langsung memasang perangkap yang sudah dia persiapkan. Setelah itu, Lasimpo menunggu hingga perangkap tersebut berhasil menjebak manusia.

Benar saja, beberapa saat kemudian lewat seorang pemuda bernama Risal di sana. Risal berteriak minta tolong sambil meronta-ronta agar terlepas dari perangkap tersebut.

Lasimpo tentu tidak melewatkan kesempatan ini begitu saja. Dia langsung menggenggam Risal dengan erat dan membawanya kembali pulang ke atas gunung.

Peristiwa ini ternyata disaksikan oleh seorang pemuda lain yang kebetulan juga lewat di sana. Pemuda tersebut bernama Asrul.

Namun Asrul tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Risal. Dia pun kembali ke desa dan memberitahukan peristiwa ini kepada masyarakat.

Sesampainya di atas gunung, Lasimpo langsung memberikan hasil tangkapannya kepada Wasima. Sang istri merasa senang dan mempersiapkan berbagai macam bahan untuk memasak hasil tangkapan Lasimpo keesokan harinya.

Kembali ke Desa Manipa, kabar yang dibawa oleh Asrul ternyata membuat masyarakat menjadi cemas. Mereka khawatir akan menjadi korban selanjutnya dari pasangan suami istri raksasa tersebut.

Masyarakat kemudian bermusyawarah agar mereka bisa lepas dari teror raksasa itu. Salah seorang warga kemudian memberikan usul agar mereka memasang jebakan untuk menangkap para raksasa tersebut.

Semua warga yang hadir sepakat dengan saran tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat jebakan agar bisa menjebak Lasimpo dan Wasima.

Keesokan malamnya, masyarakat mulai bekerja sama untuk membuat jebakan. Mereka sengaja bekerja di malam hari ketika kedua raksasa tersebut sedang beristirahat.

Para warga kemudian menggali sebuah lubang besar tidak jauh dari rumah Lasimpo dan Wasima. Di dasar lubang tersebut ditanam bambi-bambu yang sudah diruncingkan.

Setelah itu, lubang tersebut ditutup dengan dedaunan. Proses pembuatan jebakan ini berlangsung selama tujuh hari lamanya.

Ketika jebakan tersebut selesai, salah seorang warga kemudian pergi ke rumah raksasa tersebut. Ternyata di sana ada Wasima yang tengah bersantai di rumahnya.

Warga ini kemudian memancing Wasima untuk memakan dirinya. Wasima yang tergiur melihat daging segar langsung mengejarnya begitu saja.

Tanpa sadar, Wasima terjatuh ke dalam jebakan yang sudah dibuat oleh masyarakat Desa Manipa. Wasima kemudian berteriak meminta tolong kepada Lasimpo sang suami.

Lasimpo yang tengah berburu di hutan mendengarkan teriakan istrinya tersebut. Dia pun langsung bergegas menuju sumber suara itu.

Karena terburu-buru, tanpa sadar Lasimpo juga terjatuh ke dalam lubang tempat istrinya terjebang. Akhirnya pasangan suami istri raksasa ini tewas di lubang yang sudah dipenuhi oleh bambu runcing tersebut.

Masyarakat merasa senang karena jebakan yang mereka buat membuahkan hasil. Akhirnya masyarakat Desa Manipa berhasil terbebas dari teror para raksasa itu.

Beberapa waktu kemudian, masyarakat kembali mengecek lubang tempat Lasimpo dan Wasima terjebak. Di sana terlihat berbagai macam tulang belulang hasil santapan raksasa tersebut selama ini.

Akhirnya masyarakat setempat menamakan gunung tempat raksasa ini tinggal dengan nama Gunung Patah Tulang. Begitulah kisah dari legenda Gunung Patah Tulang, salah satu cerita rakyat dari daerah Maluku.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.