Sungguh beruntung bagi Kawan dan kita semua yang hidup di era serba maju seperti saat sekarang. Bagaimana tidak, apapun kebutuhan yang kita inginkan bisa didapatkan dengan mudah seperti saat sekarang.
Misalnya saja, jika Kawan ingin mendapatkan informasi terbaru, bisa membuka gawai yang ada di tangan masing-masing. Jika Kawan merasa kelaparan di kala malam tiba, bisa mendapatkan makanan tanpa perlu mendatangi langsung warung-warung yang menjualnya.
Belum lagi jika Kawan merasa gelap dan tidak bisa melihat sesuatu ketika malam, ada lampu di tiap-tiap rumah yang bisa meneranginya. Namun pernahkah Kawan membayangkan, bahwa kondisi ini tidak bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia jika kita mundur beberapa puluh tahun silam.
Tidak perlu mundur terlalu jauh, pada awal 2000-an saja, belum semua daerah di Indonesia mendapatkan akses listrik dan penerangan dengan mudah. Bisa Kawan bayangkan bagaimana situasi daerah yang belum mendapatkan kemudahan ini menjadi gelap gulita tanpa hadirnya listrik dan penerangan.
Desa Bacu Bacu menjadi salah satu wilayah yang mengalami hal serupa di periode waktu tersebut. Ketika abad sudah berganti, daerah yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan tersebut masih saja belum mendapatkan aliran listrik.
Namun akan selalu ada hikmah di balik sebuah permasalahan. Keadaan gelap Desa Bacu Bacu di kala malam tidak membuat semua orang yang ada di sana menyerah dan menerima nasib begitu saja.
Harianto Albarr muncul menjadi secercah cahaya di desa tersebut. Berkat inovasi yang dia hadirkan, Desa Bacu Bacu berhasil mendapatkan aliran listrik yang sudah dinantikan sejak lama.
Apa kontribusi yang diberikan oleh Harianto Albarr bagi kampung halamannya tersebut?
Kincir Air Pembangkit Listrik
Dikutip dari E-Book 14th SATU Indonesia Awards 2023, Harianto Albarr yang pada waktu itu masih menjadi mahasiswa Fakultas Kimia Universitas Negeri Makassar tidak berserah diri akan kondisi yang tengah terjadi di kampung halamannya. Berbekal ilmu yang dia miliki, Harianto memutar otak untuk mencari solusi yang diberikan untuk desanya tersebut.
Akhirnya pada 2008, Harianto menciptakan sebuah inovasi untuk menghadirkan aliran listrik di Desa Bacu Bacu. Melihat potensi alam yang ada di desanya, Harianto membuat kincir air pembangkit listrik untuk memberikan sumber daya bagi Desa Bacu Bacu.
Ide dan inovasi dari Harianto ternyata disambut positif oleh masyarakat yang ada di Desa Bacu Bacu. Masyarakat saling bahu membahu untuk mewujudkan inovasi tersebut, mulai dari membendung sungai hingga menjadikan pohon aren sebagai pipa-pipa untuk mengaliri air.
Kerja sama antara Harianto dengan masyarakat desa akhirnya memberikan secercah cahaya yang sudah dinanti sejak lama oleh daerah tersebut.
Manfaat untuk Masyarakat
Secara bertahap, kincir air yang dibuat oleh Harianto memberikan manfaat bagi masyarakat. Pada awalnya, Harianto berhasil membuat kincir air yang menghasilkan listrik dengan kekuatan 3 Kwh.
Seiring berjalannya waktu, jumlah kincir air serta kekuatan listrik yang dihasilkan terus bertambah. Desa Bacu Bacu yang sebelumnya gelap gulita menjadi terang benderang.
Banyak manfaat yang diberikan oleh kincir air ciptaan Harianto tersebut. Tidak hanya rumah warga, masjid dan sekolah yang ada di sana juga turut merasakan manfaat dari aliran listrik tersebut.
Selain itu, hadirnya listrik di Desa Bacu Bacu juga berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat. Berkat aliran listrik ini, masyarakat bisa membeli perangkat elektronik untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari.
Penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2012
Kontribusi Harianto Albarr yang tidak menyerah dengan kondisi kampung halamannya ini akhirnya menginspirasi banyak daerah lain yang ada di sana. Tidak hanya itu, tokoh inspiratif ini juga berhasil mendapatkan penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2012 silam.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
