Persoalan sampah selalu menjadi momok menakutkan di seluruh daerah Indonesia. Hal tersebut berdampak pada lingkungan hidup yang semakin tercemar. Apalagi, penyumbang sampah terbesar di Indonesia adalah sampah rumah tangga.
Dilansir dari Goodstats, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa per Juli 2024, sebanyak 11,4 juta ton sampah tak dikelola dengan baik. Data tersebut dihimpun dari 290 kabupaten/kota di Indonesia.
Di sisi lain, seorang pria dari tanah Celebes menjawab isu tersebut dengan gagasan sederhana. Ia mencoba membuktikan bahwa memadukan teknologi dalam menjawab isu lingkungan melalui platform yang dikenal dengan nama Nampah atau “NabungSampah."
Berangkat dari Kegelisahan
Sejak tahun 2020, Haerulla dan timnya memulai aksinya dalam menjawab isu sampah. Tak langsung terjun ke tengah masyarakat, mereka mempelajari seputar ilmu pengelolaan sampah terlebih dahulu. Ia percaya, aksi membersihkan sampah tanpa memiliki ilmu hanya akan memindahkan sampah dari suatu tempat ke tempat lain saja.
Haerulla menekankan dalam mengelola sampah bukan hanya tugas pemerintah dan lembaga kebersihan setempat, tetapi masyarakat juga harus turut berpartisipasi aktif. Maka dari itu, ia menciptakan aplikasi Nampah yang menjadi cikal bakal menabung sampah seperti layaknya menabung uang di bank.
Sampah, Teknologi, dan Lingkungan
Konsep dari bank sampah memang bukanlah hal yang baru. Namun, yang membedakan Nampah dari bank sampah konvensional yaitu dengan pemanfaatan teknologi, meliputi aktivitas pengumpulan, penyetoran, dan transaksi melalui aplikasi.
Lewat aksi digital ini, masyarakat dapat mengetahui jenis sampah dan nilai ekonomi yang ditukar menjadi saldo tabungan. Berbagai macam jenis sampah memiliki nilai yang berbeda, seperti plastik, logam, kertas, hingga minyak jelantah.
Nampah menjelma dari platform pengepul sampah menjadi ekosistem digital yang menghubungkan berbagai pihak dalam satu aplikasi, khususnya masyarakat yang menjadi penyumbang terbesar sampah rumah tangga.
Aksi virtual berdampak nyata
Nampah berhasil menarik perhatian masyarakat dalam mengelola dan menabung sampah. Hampir setiap hari, tempat yang berlokasi di Jalan Tamalaki, Kelurahan Laloeha, Kabupaten Kolaka ini menerima sampah dari para nasabahnya.
Tercatat, lebih dari 7.000 orang terdaftar di Nampah, ribuan transaksi berlangsung, dan berbagai mitra serta partner Nabung Sampah ikut dalam membangun ekosistem ini.
Kini, praktik pengumpulan sampah menjadi peluang ekonomi baru. Inovasi ini berkembang dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan, keberlangsungan lingkungan, dan keberlanjutan.
Apresiasi SATU Indonesia Award
Proyek yang dilaksanakan oleh Haerulla dan tim mendapat apresiasi di kancah nasional. Pada tahun 2024, ia mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards dalam bidang teknologi. Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasinya dalam memanfaatkan teknologi dengan menjawab persoalan lingkungan berupa sampah.
Siapa sangka, limbah rumah tangga yang dulunya dianggap tak berguna kini dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk menghasilkan perputaran ekonomi serta keberlanjutan lingkungan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News