Mentari mulai menampakkan sinarnya di Kabupaten Sikka. Di area perbukitan ini pohon kakao tampak rimbun, tertancap dengan sempurna di tanah. Di bawah rindangnya pohon-pohon kakao itu, berdiri para petani yang sibuk memanen buah untuk bahan baku cokelat ini.
Kakao menjadi sumber kehidupan untuk warga Sikka. Setiap butirnya merupakan bentuk dari perjuangan para petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di tanah ini, biji-biji kakao itu dijemur sebelum masuk ke tahap pengolahan.
Dulu, kakao dijual dalam bentuk mentahan dengan harga jual rendah. Melalui kolaborasi dengan PT Astra dengan adanya pendampingan dan pembinaan perlahan-lahan kehidupan petani berubah. Hal ini juga tak lepas dari semangat juang dan antusiasme para petani di tanah Sikka.
Sebuah Harapan Baru
Cokelat merupakan salah satu makanan atau bahan baku pembuatan makanan yang banyak diminati oleh orang-orang di Indonesia maupun dunia. Cokelat ini memiliki harga jual yang tinggi akibat banyaknya permintaan dari pasar.
Indonesia sendiri termasuk sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Salah satu daerah penghasil kakao berada di Flores, NTT, tepatnya di Kabupaten Sikka. Desa Bloro ini salah satu desa di Sikka dengan ribuan pohon kakao tumbuh di tanah ini.
Kakao ini menjadi sumber kehidupan warga Desa Bloro. Mereka menjualnya secara mentah dengan hasil yang minim. Namun, keadaan ini berangsur-angsur berubah.
Gondolfus Faustinus, seorang petani kakao di Desa Bloro, melakukan inovasi budi daya tanaman kakao dan pengolahan biji kakao fermentasi. Selama bertahun-tahun sejak 2000, ia mulai dengan tekun belajar budi daya kakao hingga keluar daerah untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Gondo bahkan pergi ke Masamba, Sulawesi Selatan, belajar budi daya dan mengenal pembibitan vegetatif. Pulangnya ke Desa Bloro, Gondo membawa bibit unggul/klon dan menanamnya di kebun.
Tahun 2014 menjadi titik awal Gondo melakukan percobaan sambung pucuk menggunakan klon lokal yang ada di kebunnya. Klon lokal ini disambung dengan klon unggulan yang tahan hama dan penyakit. Hasilnya pun menurutnya cukup berhasil.
Gondo menggunakan teknik ini selama bertahun-tahun dengan konsisten dan menggunakan metode P3S (pemangkasan, pemupukan, panen sering, dan sanitasi).
Keberhasilannya ini menjadikan Gondo sebagai seorang inovator dan mentor untuk para petani kakao lainnya. Bahkan, kebunnya dijadikan sebagai sekolah lapangan untuk pembelajaran budi daya kakao. Harapan baru seolah muncul untuk warga Desa Bloro dengan adanya klon dan teknik budi daya untuk menghasilkan kakao berkualitas tinggi.
Pendampingan Astra di Desa Bloro
Potensi kakao di Desa Bloro membawa PT Astra International Tbk untuk menambahkannya ke dalam daftar program Desa Sejahtera Astra (DSA). Program ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dari Astra untuk menciptakan komunitas yang mandiri dengan memajukan potensi yang dimiliki daerah masing-masing.
Di Desa Bloro, Kabupaten Sikka, PT Astra lebih menekankan pada perkebunan kakao yang apabila diolah, dapat menghasilkan suatu produk dengan nilai jual tinggi. Terciptanya kakao yang bernilai tinggi ini diharapkan dapat bersaing di pasar, baik secara lokal maupun global.
Desa Bloro resmi ditetapkan menjadi Desa Sejahtera Astra sejak tahun 2021. Pada tahun pertama, fokus utama program adalah rehabilitasi kebun kakao secara total. Rehabilitasi ini bertujuan untuk mengembalikan daya hidup kebun kakao dan meningkatkan hasil produksi.
Tahun 2025, DSA Sikka berhasil melangsungkan panen raya kakao. Pada panen kali ini, produktivitas meningkat dua kali lipat dibanding sebelumnya. Hasil panen ini pun berhasil dipasarkan ke pasar domestik, hingga ekspor ke Eropa dan Amerika.
Suatu perubahan dapat diwujudkan dengan proses, seperti para petani kakao di Desa Bloro. Setiap biji kakao ini merupakan sebuah harapan baru. Harapan untuk mewujudkan kesejahteraan warga desa.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News