Bayangkan senja di Negeri Rutong, tempat akar mangrove memeluk laut dan batu karang menjadi saksi perjalanan waktu. Keindahan ini bukan sekadar panorama bagi masyarakat pesisir Maluku, laut dan mangrove adalah rumah yang harus dijaga.
Dalam latar yang romantis namun penuh tantangan ini, Stefani Teria Salhuteru, lulusan perikanan asal Maluku, mendirikan Moluccas Coastal Care (MCC). Dengan komitmen menyelamatkan pesisir dan memberdayakan masyarakat, ia turun langsung ke lapangan, mendengar kisah nelayan, petani rempah, hingga anak-anak di Banda Neira.
Kegigihannya mengantarkan Stefani meraih SATU Indonesia Awards 2022 untuk bidang lingkungan, penghargaan bergengsi yang mengakui dampak nyata gerakannya.
Lahirnya Moluccas Coastal Care
Pertanyaan yang menggelitik benak Stefani ketika pertama kali menyambangi Banda Neira adalah: “Bagaimana masyarakat pesisir dapat mengelola sumber daya alam mereka sendiri?”. Jawaban atas kegelisahan ini terwujud ketika ia mendirikan Moluccas Coastal Care pada 2017.
Visi utama MCC adalah membentuk masyarakat pesisir dan pulau kecil yang mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Perjalanan organisasi ini menggugah kesadaran bahwa pelestarian lingkungan tidak bisa dipisahkan dari aspek sosial dan ekonomi; masyarakat harus berperan sebagai subjek pembangunan, bukan objek.
Sejak awal, Stefani memprioritaskan keterlibatan warga. Ia mendengarkan cerita, memetakan kebutuhan, lalu menciptakan program yang berpijak pada budaya lokal. Keberanian Stefani untuk keluar dari zona nyaman dan memimpin program berbasis masyarakat membuat MCC cepat diterima di Banda Neira dan pulau-pulau sekitarnya.
Program Unggulan
MCC memiliki berbagai program holistik yang menyasar tiga pilar: pendidikan lingkungan, ketahanan pangan, dan ekonomi berkelanjutan:
- Sekolah Kalesang: Program literasi lingkungan untuk anak-anak di Banda Neira. Mereka belajar mengenal tanaman, laut, dan mangrove melalui aktivitas kreatif seperti menggambar, menempel kertas, dan mengenal manfaat pohon. Pendidikan ini menanamkan pengetahuan, kesadaran, perubahan perilaku, keterampilan mengelola lingkungan, dan partisipasi aktif.
- Moluccan Color: Kelas seni berbasis lingkungan di mana anak-anak diajak menggambar ikan, menanam pohon, bermain musik, menari, atau membuat karya dari bahan daur ulang. Kesenian menjadi pintu masuk untuk mengajarkan kecintaan terhadap alam.
- Rumah Bibit Sayur: MCC mengajak masyarakat menanam berbagai tanaman agar tidak selalu bergantung pada pasokan dari luar. Sayuran segar dipetik langsung dari kebun sendiri, mendukung ketahanan pangan dan menekan biaya hidup.
- Rumah Pengering Rempah: Di Banda, rempah seperti pala, cengkih, dan kenari adalah komoditas utama. MCC membangun fasilitas pengeringan sederhana namun efektif agar panen tidak cepat rusak dan nilai jual meningkat.
- Tree of Hope: Program pembagian bibit kenari, pala, dan tanaman hutan lainnya kepada warga. Tujuannya menumbuhkan hutan baru, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memberi harapan bagi generasi mendatang.
Dengan integrasi program ini, MCC tak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat pesisir.
Melawan Sampah dan Menjaga Mangrove
Sampah plastik sekali pakai adalah ancaman besar bagi laut Maluku. Stefani memimpin aksi bersih-bersih pantai, mengajak masyarakat memasang jaring di kawasan mangrove untuk menangkap sampah, serta mengedukasi warga tentang bahaya plastik.
Baginya, “laut adalah rumah kedua” sehingga menjaga laut berarti menjaga kehidupan. MCC juga menanamkan ‘semangat hijau’ dengan melibatkan generasi muda, karena ketika anak-anak menganggap laut sebagai sahabat sejak kecil, mereka akan tumbuh menjadi penjaga pesisir.
Upaya pelestarian mangrove merupakan bagian penting dalam menghadapi perubahan iklim. Akar mangrove yang kuat membantu meredam gelombang tinggi dan mencegah abrasi. MCC mendorong penanaman mangrove di berbagai titik dan memfasilitasi kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan swasta untuk memperluas kawasan hijau.
Kolaborasi dari Maluku ke Nasional
Sebagai perempuan, Stefani sering menghadapi skeptisisme dalam gerakan lingkungan. Namun pengalaman ini justru menguatkan tekadnya. MCC memberi ruang luas bagi perempuan pesisir untuk terlibat dalam pengelolaan rumah bibit sayur hingga rumah pengering rempah.
Menurut Stefani, perempuan memiliki pendekatan lebih luwes dalam berbicara dengan pemerintah dan masyarakat. Mereka terbukti tangguh, bahkan mayoritas tim MCC terdiri dari perempuan.
Dalam perjalanannya, MCC bermitra dengan berbagai pihak: Pemerintah Kota Ambon, Pemerintah Provinsi Maluku, Dinas Lingkungan Hidup Ambon, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Universitas Pattimura Ambon dan sejumlah NGO serta BUMN juga memberikan dukungan. Kolaborasi ini memperkuat jejaring MCC, memperluas jangkauan program dari Banda ke pulau-pulau kecil lain di Maluku.
Pengakuan SATU Indonesia Awards 2022 dalam bidang lingkungan menjadi bukti kiprah Stefani dan MCC. Penghargaan ini memacu semangat untuk terus menebar manfaat: setiap rumah belajar yang didirikan, setiap bibit pohon yang ditanam, dan setiap anak yang tersenyum sambil menyebut nama ikan adalah langkah kecil menuju masa depan pesisir yang lebih baik.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News