Yune Angel Anggelia Rumateray adalah perempuan asli Merauke yang tumbuh dengan melihat banyak anak di kampungnya tidak bisa sekolah karena terkendala dokumen kependudukan, jarak, atau tuntutan ekonomi keluarga.
Para orang tua sering menganggap sekolah hanya membuang waktu anak‑anak diminta membantu menjual sagu, mengumpulkan kayu bakar, atau ikut bekerja. Setelah lulus kuliah hukum dan kembali ke kampungnya, Yune merasa prihatin melihat anak‑anak kehilangan masa depan.
Ia mengikuti program pelatihan sociopreneur dan terinspirasi membuat perubahan. Berbekal buku yang dipinjam dari perpustakaan pribadi, Yune memulai kelas kecil di teras rumahnya pada November 2020 dengan nama Bevak Literasi Paradise. Ia memilih jadwal belajar Kamis dan Sabtu sore agar anak‑anak tetap bisa membantu orang tua di pagi hari.
Sekolah Alam & Bevak Literasi Paradise
Kegiatan belajar awal mulanya berlangsung di bawah pohon dengan beralaskan tikar. Karena hujan dan panas sering mengganggu, Yune dan keluarganya membangun bevakgubuk tradisional 3×4 meter sebagai tempat berlindung.
Jumlah murid terus bertambah: dari 60 anak menjadi 87, lalu mencapai 132 siswa dalam beberapa tahun. Pada 2023, dengan bantuan masyarakat dan donasi, kelas pindah ke bangunan semi permanen.
Sekolah ini sekarang dikenal sebagai Sekolah Alam Paradise, tempat anak‑anak belajar membaca, menulis, matematika, sains, dan seni secara gratis.
Metode belajar di Sekolah Alam Paradise tidak terpaku pada buku paket. Yune menerapkan pembelajaran kontekstual: siswa diajak membaca 30 menit sebelum pelajaran dimulai, kemudian mengikuti kegiatan yang menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian lingkungan.
Mereka belajar bahasa Inggris dan Bahasa Malind, menulis cerita rakyat, mengenal makanan lokal seperti sagu, dan membuat kerajinan. Kelas sering digelar di luar ruangan anak‑anak diajak menjelajahi hutan mangrove, pesisir pantai, monumen Kapsul Waktu, kebun sagu dan Taman Yamai Atid untuk mengenal flora dan fauna.
Mereka juga belajar menanam mangrove dan mendaur ulang sampah. Pendekatan ini menumbuhkan karakter seperti kejujuran, keberanian, kemampuan berbicara di depan umum, serta nilai cinta lingkungan.
Tantangan dan inovasi
Sebagian besar murid Sekolah Alam Paradise tidak memiliki akta kelahiran atau Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), sehingga tidak diterima di sekolah formal. Untuk mengatasi hal ini, Yune mendirikanPusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Paradise.
Lewat PKBM, ia mendaftarkan 64 dari 132 siswa agar mendapatkan identitas resmi, memperoleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan layanan pendidikan dari pemerintah. Ia menggandeng Dinas Pendidikan Merauke untuk sinkronisasi data.
Yune juga menggunakan dana pribadi dan dukungan dari PLN senilai Rp 80 juta untuk membangun ruang kelas semi permanen.
Selain kendala administrasi, tantangan lain adalah keterbatasan tenaga pengajar. Yune mengajak teman‑teman dan relawan untuk mengajar dan kini dibantu oleh beberapa guru, seperti Fince Axamina dan Kristina Balagaize.
Mereka mendesain kurikulum yang memasukkan kearifan lokal dan menolak kekerasan atau perundungan. Lingkungan belajar dibuat inklusif, penuh kehangatan dan bebas intimidasi. Anak‑anak dengan latar belakang ekonomi sulit pun merasa diterima sebagai satu keluarga.
Pengakuan dan dampak
Upaya Yune membuahkan perubahan nyata. Banyak anak yang awalnya buta huruf kini mampu membaca, menulis, dan percaya diri berbicara di depan umum. Sekolah Alam Paradise juga membantu masyarakat memahami pentingnya mangrove sebagai benteng alami pesisir dan menjaga tradisi Malind.
Atas dedikasinya, Yune memperoleh SATU Indonesia Awards untuk kategori pendidikan pada 2021. Penghargaan ini memperkuat legitimasi programnya dan menarik perhatian publik terhadap isu literasi di wilayah terpencil. Tahun‑tahun berikutnya, ia terus memperluas jaringan kolaborasi dengan organisasi lingkungan, pemerintah daerah, dan pelaku usaha sosial.
Saat ini terdapat lebih dari 132 anak yang aktif belajar di Sekolah Alam Paradise. Mereka belajar menanam mangrove, membersihkan sungai, dan menulis buku cerita sendiri.
Beberapa alumni telah melanjutkan pendidikan formal setelah memperoleh NISN melalui PKBM Paradise. Cerita Yune menginspirasi banyak orang bahwa keterbatasan tidak menghalangi upaya untuk memberi akses pendidikan bermutu, asalkan diimbangi dengan semangat gotong‑royong dan inovasi.
Masa depan dan harapan
Yune berencana mengembangkan Sekolah Alam Paradise menjadi pusat belajar berkelanjutan. Ia ingin membangun fasilitas perpustakaan lebih besar, mengembangkan kebun edukasi, serta memperluas program literasi bagi orang dewasa.
Ke depan, ia berharap pemerintah dan swasta memberi dukungan berupa beasiswa, pelatihan guru, dan pengadaan peralatan belajar agar setiap anak di Merauke dapat menikmati pendidikan berkualitas.
Masyarakat luas juga diundang untuk terlibat, misalnya dengan mengadopsi satu pohon mangrove atau menyumbangkan buku bacaan. Yune menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi seluruh komunitas.
Dengan menyelaraskan ilmu pengetahuan, budaya, dan cinta alam, Sekolah Alam Paradise diharap menjadi model pendidikan alternatif yang dapat direplikasi di daerah terpencil lain di Indonesia.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News