Kearifan lokal merupakan salah satu warisan budaya yang lahir dari pengalaman hidup masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun. Ia tidak hanya mencakup adat istiadat atau tradisi, tetapi juga mencerminkan nilai, norma, serta cara pandang masyarakat terhadap kehidupan.
Di antara unsur kearifan lokal yang paling penting adalah bahasa. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga cerminan identitas dan pola pikir suatu komunitas.
Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), bersifat arbitrer dan konvensional, yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Sementara itu, Martinet (1987) menjelaskan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi untuk menganalisis pengalaman manusia secara berbeda di setiap masyarakat, dalam satuan-satuan bermakna yang disebut monem.
Dari dua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa bukan hanya media komunikasi, tetapi juga sarana ekspresi kebudayaan.
Bahasa Laiyolo dan Jejaknya di Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan dikenal kaya akan keragaman bahasa daerah yang menjadi bagian dari identitas dan kekayaan budaya bangsa. Salah satunya adalah bahasa Laiyolo, bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat di kawasan Selayar, khususnya di Desa Laiyolo.
Namun, tidak banyak masyarakat Sulawesi Selatan yang mengenal bahasa ini, sebab penuturnya kini semakin sedikit.
Penelitian yang dilakukan oleh SIL (2006) mencatat bahwa bahasa Laiyolo hanya dituturkan oleh sekitar 250 orang. Data tersebut diperkuat oleh hasil survei di salah satu kantor pemerintahan Kabupaten Selayar pada Mei 2010, yang menunjukkan bahwa bahasa ini tengah mengalami proses kepunahan (language death) (Jimey Rahmawati, 14 April 2011).
Saat ini, penutur aktifnya didominasi oleh kelompok usia lanjut, yakni mereka yang berusia 40 tahun ke atas.
Salah satu penyebab utama menurunnya jumlah penutur bahasa Laiyolo adalah pergeseran penggunaan bahasa di kalangan generasi muda. Anak-anak dan remaja di wilayah tersebut lebih sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain yang dianggap lebih modern dan prestisius.
Pergeseran ini secara perlahan membuat bahasa Laiyolo kehilangan fungsinya sebagai alat komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai dan Kearifan dalam Bahasa Laiyolo
Bahasa Laiyolo memiliki peran penting dalam menjaga hubungan sosial masyarakatnya. Melalui bahasa ini, masyarakat mengekspresikan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua, menjalin solidaritas, serta menanamkan nilai gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam percakapan sehari-hari, bahasa Laiyolo sarat dengan ungkapan-ungkapan yang mengandung makna kesopanan, penghormatan, dan kebersamaan. Misalnya, beberapa kosakata tertentu hanya digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua sebagai bentuk penghargaan.
Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Laiyolo tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana pendidikan karakter dan moral dalam masyarakat.
Lebih dari itu, bahasa ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Selayar yang menjunjung tinggi kebersamaan dan keseimbangan dengan alam.
Di dalam setiap kosakata dan ungkapan, tersimpan pandangan hidup tentang bagaimana manusia seharusnya menjaga harmoni antara sesama dan lingkungannya.
Tantangan Pelestarian di Era Modern
Sayangnya, di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi, rasa bangga terhadap bahasa daerah, termasuk bahasa Laiyolo semakin memudar. Banyak generasi muda yang menganggap bahasa daerah tidak lagi relevan dengan kehidupan modern.
Minimnya upaya pelestarian, kurangnya pengenalan bahasa di lingkungan keluarga, serta tidak adanya dukungan dalam sistem pendidikan formal turut mempercepat hilangnya bahasa ini dari ruang komunikasi masyarakat.
Padahal, bahasa daerah merupakan bagian dari identitas bangsa yang tak ternilai harganya. Kehilangan bahasa berarti kehilangan sebagian warisan budaya dan pengetahuan lokal yang telah terbentuk selama berabad-abad.
Sebagaimana dikatakan oleh linguistikawan terkenal David Crystal, setiap bahasa yang punah membawa serta “cara unik dalam memahami dunia.”
Menumbuhkan Kembali Kebanggaan Bahasa Daerah
Upaya pelestarian bahasa Laiyolo harus dimulai dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Generasi muda perlu didorong untuk mempelajari dan menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun dalam kegiatan sosial.
Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan komunitas budaya juga dapat berkolaborasi melalui kegiatan seperti kelas bahasa daerah, festival budaya, atau dokumentasi digital bahasa-bahasa yang hampir punah.
Selain itu, teknologi dapat menjadi sarana efektif untuk menjaga eksistensi bahasa. Misalnya, pembuatan konten digital dalam bahasa Laiyolo di media sosial atau pembuatan kamus daring yang mudah diakses oleh masyarakat luas. Dengan cara ini, bahasa Laiyolo dapat terus hidup dan dikenal oleh generasi masa depan.
Bahasa adalah jati diri bangsa dan cerminan nilai-nilai luhur masyarakatnya. Bahasa Laiyolo, meskipun kini berada di ambang kepunahan, menyimpan kearifan lokal yang mencerminkan kehidupan masyarakat Selayar yang penuh nilai, sopan santun, dan kebersamaan.
Sudah saatnya kita, Kawan GNFI, menumbuhkan kembali rasa bangga terhadap bahasa daerah sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan warisan budaya yang tak ternilai. Melestarikan bahasa berarti menjaga identitas bangsa agar tidak hilang ditelan zaman.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News