Halo, Kawan GNFI! Taukah Kawan kalau Indonesia punya warisan Nusantara di bidang kreativitas? Warisan ini patut untuk terus dilestarikan dan dibanggakan di kaca dunia. Kawan bisa temukan di kain tenun dan kerajinan anyaman.
Kedua warisan tersebut merupakan warisan yang dapat mengelola serat alam menjadi karya kreativitas yang indah, tapi, memiliki nilai budaya yang harus dibanggakan. Meskipun memiliki kesamaan dalam mengelola serat alam, tapi, keduanya memiliki proses teknik yang berbeda.
Jika Kawan GNFI, ingin mengenal lebih dalam dengan warisan Nusantara kita, yuk, mari kita telusuri bersama.
Asal Usul Tenun dan Anyaman
Menurut Museum Tekstil Jakarta, asal-usul teknik tenun berasal dari daratan Asia Tenggara. Proses tenun di Indonesia dimulai pada prasejarah dengan mengelola serat-serat alami seperti serat dari batang pohon pisang, rumput-rumputan, dan lain sebagainya. Serat tersebut akan diubah menjadi benang dan ditenun menjadi kain.
Sejak awal adanya teknik tenun, pola yang dihasilkan cukup beragam, mulai dari bentuk garis, lalu, meningkat dengan bentuk geometris. Selain itu, ada juga teknik hias ikat dengan menyerupai bentuk-bentuk makhluk hidup baik itu manusia, hewan atau pohon.
Berdasarkan bentuk-bentuk tenun tersebut, definisi tenun menurut KBBI adalah hasil kerajinan yang berupa kain dari benang (kapas, sutra, dan lainnya) dengan memasukkan pakan (benang horizontal) secara melintang pada lungsi (benang vertikal).

Hasil Tenun Lombok. Sumber : commons.wikimedia.org
Sebelum masyarakat mengenal proses memintal benang yang dilakukan pada teknik tenun. Masyarakat telah memiliki keterampilan dalam membuat kerajinan seperti tikar atau wadah. Anyaman hadir di Indonesia lebih lama daripada tenun dan menjadi perdebatan darimana asalnya. Namun, banyak yang menyebutkan keahlian ini asli orang Melayu termasuk Indonesia.
Dikutip dari lama rotanjepara.com, definisi anyaman adalah merangkai serat hingga membantuk benda yang kaku. Kreativitas ini dulunya dikerjakan oleh perempuan untuk mengisi waktu luang.
Pada jaman dahulu, kerajinan anyaman ini berbahan bambu ataupun rotan. Namun, seiiring berkembangnya jaman, bahan-bahan yang baru bermunculan dengan lebih kuat dan tahan lama seperti rotan sintesis, kain atau benang, dan lain sebagainya.

Hasil Anyaman Bambu. Sumber : commons.wikimedia.org
Perbedaan Teknik Tenun dan Teknik Anyaman
Jika dilihat dari definisi antara teknik tenun dan anyaman hampir serupa, sama-sama menghasilkan kerajinan dengan memasuk-masukkan pakan pada lungsi. Namun, menurut Kawan, apa saja yang menjadi perbedaannya? Perbedaanya secara umum terdapat pada alat, proses, dan bahan (meskipun sebagian ada yang sama).
Alat-Alat dan Proses Pada Teknik Tenun
Menurut Museum Tekstil Jakarta, alat menenun di Indonesia memiliki beberapa cara. Pertama, alat tenun gendhong, alat ini sudah ada sejak lama biasanya ditemukan di pulau bagian tengah dan timur Indonesia.
Karena menenun biasanya digunakan pada perempuan maka bentuk alatnya disesuaikan dengan tubuh perempuan dan menghasilkan lebar kain sekitar 10 – 90 cm. Alat ini sangat tradisional dengan menggunakan tangan dan penenun duduk dengan menyelonjorkan kaki ke depan, dan benang-benang siap ditarik untuk proses menenun.
Alat kedua yaitu alat tenun bendho yang biasa ditemukan di daerah Yogyakarta dan Solo. Berbeda dengan alat tenun gedhong, alat ini hanya memiliki lebar 10-15 cm dengan panjang 4-8 m.
Alat ketiga ini merupakan perkembangan alat tenun gedhong. Dimana alat sebelumnya biasanya digunakan oleh perempuan. Sedangkan alat tenun bukan mesin (ATBM) digunakan pada laki-laki.

Alat tenun bukan mesin (ATBM). Sumber : commons.wikimedia.org
Proses pertama dari menenun adalah memintal. Memintal atau mengantih (istilah di Jawa) menurut KBBI adalah alat yang dipakai untuk membuat benang dari serat kapas (secara tradisonal).
Setelah benang siap, benang diikat sesuai dengan pola yang diinginkan. Benang tersebut mulai masuk ke proses pewarnaan dengan warna alam. Setelah kering, benang lungsi disusun di atas alat tenun. Kemudian, benang pakan dimasukkan secara melintang. Pengerajin menggerakan alat secara maju-mundur hingga membentuk motif dan pola.
Setelah kain terbentuk dengan rapi, kain dicuci, dijemur, dan diseterika agar benang kain lebih halus dan rapi.
Alat-Alat dan Proses Pada Teknik Anyaman
Alat-alat yang digunakan untum menganyam lebih sederhana daripada menenun. Alat yang digunakan seperti pisau atau gergaji untuk membelah dan menipiskan bahan anyaman. Ada juga penyerut untuk menghaluskan permukaan bahan. Gunting untuk memotong bagian kecil yang tidak diperlukan. Pengharis untuk mengukur bahan agar rapi dan konsisten.
Selain alat, bahan-bahan menganyam juga berbeda dengan tenun. Anyaman sering menggunakan bambu, rotan, lidi dan sebagainya yang ada di alam. Bahan yang digunakan harus kuat, lentur, dan mudah diolah.
Proses anyaman hampir mirip dengan tenun. Setelah bahan disiapkan, dipotong. dan ditipiskan, bahan disusun sebagai kerangka atau lungsi. Kemudian, bahan pakan (horizontal) diselip/dimasukkan ke sisi melalui lungsi secara bergantian.
Setelah membentuk pola dan rapi, pinggiran anyaman dirapikan dengan memotong ujungnya dengan gunting. Jika masih ada yang tersisa, diberi perekat atau dihaluskan agar anyaman tidak mudah rusak.

Proses mengayam dengan bahan bambu. Sumber : pexels.com
Tenun dan anyaman di Indonesia harus tetap dilestarikan dan dikembangkan agar tidak hanya menjadi peninggalan di museum. Warisan ini bukan sekerdar menghasilkan kreativitas saja, namun mewariskan kesabaran dan cinta terhadap budaya Nusantara.
Yuk, Kawan, kita dukung produk lokal dengan bangga ikut mengenakan kain tenun atau menggunakan produk anyaman. Agar kita tetap menjaga warisan budaya dan menghargai kreativitas tangan pengerajin.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News