Kawan GNFI, pernahkah Kawan mendengar seseorang berbicara atau menulis dengan kata-kata yang terasa “pas”? Kalimatnya sederhana, tetapi pesannya kuat, jelas, dan menyenangkan dibaca. Itulah kekuatan diksi — seni memilih kata yang tepat dan sesuai konteks.
Diksi bukan sekadar soal keindahan bahasa, tetapi juga soal ketepatan makna. Kata yang dipilih dengan cermat dapat memperkuat pesan, sedangkan pilihan kata yang kurang tepat justru bisa menimbulkan salah paham. Dalam dunia akademik, jurnalistik, maupun komunikasi sehari-hari, kemampuan memilih diksi yang sesuai adalah keterampilan yang penting dimiliki.
Pengertian Diksi dan Kaitannya dengan Klasifikasi Kata
Menurut Keraf (2007) dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa, diksi mencakup pemilihan kata yang tepat, selaras dengan konteks, dan memiliki nilai rasa yang sesuai. Artinya, diksi tidak hanya soal arti literal, tetapi juga melibatkan kepekaan terhadap nuansa makna dan situasi komunikasi.
Pemahaman terhadap diksi tidak dapat dilepaskan dari klasifikasi kata. Dengan mengetahui jenis-jenis kata berdasarkan maknanya, kita dapat menentukan diksi yang paling sesuai dengan tujuan komunikasi. Misalnya, kata yang digunakan dalam pidato resmi tentu berbeda dengan yang digunakan dalam percakapan santai.
Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi
1. Berdasarkan Makna
Kata dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan makna denotatif dan konotatif.
Makna denotatif adalah makna sebenarnya, yang objektif dan sesuai dengan kamus.
Contoh: rumah berarti tempat tinggal manusia.
Makna konotatif bersifat tambahan atau memiliki nilai rasa tertentu.
Contoh: rumah tangga berarti kehidupan pernikahan.
Kawan GNFI, perbedaan halus antara dua jenis makna ini bisa mengubah persepsi pembaca. Kata yang bernilai konotatif sering digunakan dalam sastra, iklan, dan komunikasi persuasif untuk menciptakan daya tarik emosional.
2. Berdasarkan Nuansa Rasa (Gaya Bahasa)
Pemilihan kata juga dipengaruhi oleh nuansa rasa yang ingin disampaikan.
Kata resmi digunakan dalam konteks formal, misalnya meninggal dunia, beristirahat, atau berkunjung.
Kata nonresmi atau sehari-hari lebih santai, seperti mati, tidur, atau main ke rumah.
Kata halus dan kasar menunjukkan perbedaan tingkat kesopanan. Dalam budaya Indonesia, pemilihan kata yang sopan menjadi cerminan etika berbahasa.
Sebagai contoh, dalam situasi profesional, mengatakan “beliau wafat” tentu lebih tepat dibanding “dia mati”. Inilah mengapa diksi bukan hanya masalah arti, tetapi juga rasa dan penghormatan.
3. Berdasarkan Konteks Penggunaan
Konteks sangat menentukan pilihan diksi.
Dalam konteks akademik, digunakan kata-kata yang bersifat ilmiah seperti mengobservasi, menganalisis, dan mengimplementasikan.
Dalam bahasa jurnalistik, kata-kata harus singkat, padat, dan mudah dipahami, seperti melihat, meneliti, atau menerapkan.
Dalam bahasa sastra, diksi digunakan untuk menciptakan keindahan dan emosi, misalnya mentari tersenyum di ufuk timur.
Kawan GNFI dapat melihat bagaimana konteks berpengaruh besar terhadap pilihan kata. Satu kata bisa terasa tepat dalam satu situasi, namun tidak relevan dalam situasi lain.
Bagaimana Memilih Diksi yang Tepat
Memilih diksi yang baik membutuhkan latihan dan kepekaan. Berikut beberapa tips sederhana yang bisa Kawan GNFI terapkan:
Pahami situasi komunikasi.
Apakah konteksnya formal, santai, atau akademik?Kenali audiens.
Pilihan kata untuk pembaca umum tentu berbeda dengan pembaca akademis.Gunakan referensi resmi.
KBBI dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia bisa menjadi acuan untuk memastikan ketepatan makna.Hindari ambiguitas.
Pilih kata yang jelas dan tidak menimbulkan tafsir ganda.Bangun kepekaan rasa bahasa.
Semakin sering membaca karya tulis yang baik, semakin mudah Kawan GNFI merasakan kata yang “pas”.
Kesalahan Umum dalam Diksi
Beberapa kesalahan umum yang sering muncul antara lain:
Salah makna: penggunaan kata yang tidak sesuai konteks.
Contoh: efisien waktu (seharusnya hemat waktu).
Tingkat keformalan tidak sesuai:
Contoh: ngopi bareng pejabat tinggi — kurang tepat untuk tulisan resmi.
Pemakaian kata serapan tanpa adaptasi.
Gunakan kata Indonesia yang sudah baku jika tersedia, kecuali istilah teknis yang memang belum memiliki padanan.
Kesimpulan
Diksi adalah jantung dari komunikasi yang efektif. Pemilihan kata yang tepat bukan hanya memperindah kalimat, tetapi juga memastikan pesan tersampaikan dengan jelas dan beretika.
Dengan memahami klasifikasi kata berdasarkan diksi — baik dari sisi makna, nuansa rasa, maupun konteks — Kawan GNFI dapat meningkatkan kemampuan berbahasa secara signifikan. Bahasa yang tepat mencerminkan pikiran yang cermat.
Jadi, mulai sekarang, mari lebih berhati-hati dalam memilih kata. Karena setiap kata memiliki kekuatan untuk membangun makna, dan dari sanalah lahir komunikasi yang berkelas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News