Narasi bahwa setiap anak di Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak merupakan salah satu hal yang sudah umum untuk kita dengarkan. Namun pada realitanya, masih ada anak-anak Indonesia yang putus sekolah dan tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak untuknya.
Dilansir dari Portal Informasi Indonesia, jumlah anak Indonesia yang putus sekolah tidak hanya dalam hitungan jari saja. Tercatat ada jutaan anak-anak Indonesia yang mengalami situasi ini.
Dalam laman tersebut, disebutkan bahwa data Badan Pusat Statistik mencatat ada sekitar 4,16 juta Indonesia yang mengalami masalah putus sekolah. Selain itu, angka ini juga mencakup anak-anak yang tidak sekolah di dalamnya.
Realita ini sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya. Jamaluddin, salah satu tokoh inspiratif yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan menjadi salah satu yang pernah mengalami situasi ini dulunya.
Namun Jamaluddin tidak menjadikan hal tersebut sebagai pengalaman buruk dalam hidupnya. Alih-alih menyesali apa yang sudah terjadi, Jamaluddin justru tergerak untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat lewat pengalaman yang dia alami dulunya.
Apa kontribusi yang diberikan oleh Jamaluddin berdasarkan pengalamannya ketika putus sekolah dulu, khususnya bagi masyarakat yang ada di Desa Kanreapia, Gowa, Sulawesi Selatan?
Berawal dari Realita pada Masa Lalu
Dilansir dari E-Booklet 14th SATU Indonesia Awards 2023, Jamaluddin mengalami realita pahit ketika kecil dulunya. Dirinya pernah mengalami putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Situasi ini menjadi bekal berharga bagi Jamaluddin untuk hidup dewasa. Sebab ternyata justru dari pengalaman pahit inilah, Jamaluddin tergerak untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat lain yang ada di sekitarnya.
Jamaluddin berdomisili di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Desa yang berada di dataran tinggi ini diberkahi dengan tanah yang subur dan melimpah.
Tidak heran, sebagian masyarakat yang ada di Desa Kanreapia berprofesi sebagai seorang petani. Penghasilan masyarakat yang ada di desa tersebut juga cukup mumpuni.
Bahkan bisa dibilang perekonomian masyarakat Desa Kanreapia cukup baik dari hasil pertanian. Namun ternyata ada realita pahit yang juga terjadi di tengah masyarakat.
Jamaluddin melihat bahwa tingkat pendidikan di sana cukup rendah. Tidak hanya itu, masih ada masyarakat yang berada dalam kondisi buta huruf pada waktu itu.
Rumah Koran, Harapan bagi Anak Petani di Gowa
Berdasarkan realita inilah, Jamaluddin tergerak untuk membuat perubahan di sana. Dia tidak ingin anak-anak yang ada di Desa Kanreapia juga mengalami putus sekolah seperti yang dialaminya dulu.
Jamaluddin kemudian membentuk sebuah wadah belajar bagi anak-anak yang dia beri nama Rumah Koran. Tidak hanya anak-anak, lewat wadah ini, Jamaluddin juga mendorong para petani untuk rajin membaca dan berorganisasi.
Pada awal terbentuknya, perjuangan lulusan Universitas Bosowa Makassar tersebut tidak mudah. Minimnya kesadaran masyarakat sempat menjadi halangan ketika Jamaluddin ketika memulai gerakan ini.
Belum lagi angka pernikahan dini yang tinggi dan juga menjadi masalah lain. Namun seiring berjalannya waktu, perjuangan Jamaluddin lewat Rumah Koran bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat yang ada di sana.
Tidak hanya bisa baca tulis, anak-anak yang ada di sana juga mempelajari bahasa asing, seperti bahasa Arab dan Inggris. Selain itu, ada juga anak-anak petani di sana yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke bangku kuliah.
Raih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017
Berkat kontribusi yang Jamaluddin berikan lewat Rumah Koran, dirinya berhasil mendapatkan penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2017 silam. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi atas bakti Jamaluddin pada masyarakat yang ada di Desa Kanreapia.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News