Bayangkan kita sedang menyalakan kran di rumah, lalu air mengalir deras. Namun, tahukah Kawan dari mana air itu berasal? Sebagian besar air yang kita gunakan sebenarnya berasal dari akuifer, lapisan tanah dan batuan yang menyimpan air di bawah permukaan Bumi.
Akuifer bukan sekadar cadangan air, tetapi juga penyokong kehidupan manusia, pertanian, dan industri.
Bagaimana cara kerjanya, dan mengapa kita perlu memahaminya? Artikel ini akan membahas pengertian, jenis, dan peran akuifer dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Akuifer dan Perannya yang Penting
Secara sederhana, akuifer adalah lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan yang mampu menampung dan menyalurkan air. Batuan penyusunnya biasanya berpori, seperti pasir, kerikil, atau batu kapur, sehingga air dapat tersimpan dan bergerak di dalamnya.
Air yang terkandung di akuifer disebut air tanah, yang menjadi sumber penting bagi manusia dan ekosistem.
Akuifer berperan sebagai cadangan air alami yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari air minum, irigasi pertanian, hingga industri.
Dengan memahami akuifer, kita bisa mengelola air tanah secara berkelanjutan dan mencegah masalah lingkungan, seperti kekeringan atau banjir.
Lokasi dan Proses Terbentuknya
Menurut laporan ITB Digital Library (2018), akuifer dapat ditemukan hampir di seluruh dunia, tergantung kondisi geologi setempat. Di Indonesia, banyak terdapat di dataran rendah, pesisir, dan cekungan gunung berapi muda, seperti endapan sungai purba atau lava gunung api.
Proses terbentuknya memakan waktu ribuan hingga jutaan tahun melalui pelapukan batuan, pengendapan sedimen, dan infiltrasi air hujan. Dengan kata lain, akuifer adalah hasil dari kerja alam yang panjang, sehingga sangat penting untuk dikelola dan dijaga.
Pemanfaat akuifer berdasarkan data dari jurnal hidrogeologi menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan air dari akuifer untuk kebutuhan rumah tangga, petani untuk irigasi, dan industri untuk produksi.
Pengambilan air secara berlebihan tanpa pengelolaan dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan pencemaran lingkungan.
Pengelolaan Akuifer
Berdasarkan pedoman konservasi air tanah, pengelolaan akuifer dapat dilakukan dengan cara memantau kualitas dan kuantitas air tanah secara rutin, menjaga daerah resapan air agar air hujan tetap meresap, dan menghindari polusi dan over-extraction agar akuifer tetap optimal (UNY Repository, 2019).
Jenis-Jenis Akuifer Menurut Literatur
1. Akuifer Bebas (Unconfined)
Permukaannya langsung bersentuhan dengan udara, mudah terisi kembali oleh air hujan, tetapi lebih rentan terhadap polusi. Umumnya ditemukan di dataran rendah dan pesisir.
2. Akuifer Terkungkung (Confined)
Terletak di antara dua lapisan kedap air, airnya berada di bawah tekanan tinggi sehingga lebih terlindung dari kontaminasi. Biasanya terdapat di cekungan sedimen dalam.
3. Akuifer Setengah Terkungkung (Semi-Confined)
Berada di antara lapisan kedap air dan semi-permeabel. Pengisian air lebih lambat, tekanan lebih rendah dibandingkan akuifer terkungkung. Akuifer setengah terkungkung bisa terisi kembali dari infiltrasi air hujan, meski prosesnya lebih lambat karena lapisan semi-permeabel.
4. Akuifer Menggantung (Perched)
Terletak di atas lapisan kedap air utama, terbentuk dari infiltrasi air hujan. Biasanya muncul di perbukitan dan memiliki volume air yang relatif kecil. Airnya bisa muncul sebagai mata air kecil dan sering dimanfaatkan untuk kebutuhan lokal.
5. Akuifer Artesis
Jenis khusus dari akuifer terkungkung dengan tekanan tinggi, sehingga air dapat menyembur keluar tanpa pompa. Akuifer artesis sering menjadi sumber air penting di wilayah yang sulit dijangkau sumber air permukaan.
Akuifer menjadi salah satu pilar penting dalam siklus air. Dengan memahami pengertian, jenis, dan cara pengelolaannya berdasarkan penelitian dan literatur terpercaya, air tanah dapat tetap tersedia untuk kehidupan manusia, pertanian, dan industri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
