Indonesia tengah memasuki masa yang sangat menentukan arah masa depannya: bonus demografi. Inilah masa ketika jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar daripada yang nonproduktif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), puncaknya akan terjadi antara 2030 hingga 2040, saat sekitar 70 persen penduduk Indonesia berada dalam usia produktif.
Banyak yang menyebut periode ini sebagai “hadiah kependudukan”. Namun, hadiah ini hanya berarti jika bisa dimanfaatkan dengan bijak. Sebab, tanpa kualitas moral, pengetahuan, dan keterampilan yang kuat, bonus ini bisa berubah menjadi bencana demografi—angka pengangguran meningkat, moral merosot, dan generasi muda kehilangan arah.
Tantangan Generasi Muda di Era Digital
Generasi muda hari ini hidup di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang luar biasa cepat. Informasi datang dari segala arah, tetapi tidak semuanya membawa manfaat. Di satu sisi, dunia digital memberi peluang besar untuk belajar dan berinovasi.
Namun di sisi lain, ia juga membawa ancaman: krisis moral, hedonisme, dan budaya instan. Banyak anak muda yang sibuk mengejar popularitas di media sosial, tetapi lupa membangun kualitas diri. Gelar akademik tak lagi cukup; dibutuhkan karakter kuat, kecakapan teknologi, serta keimanan yang kokoh.
Di tengah tantangan itu, pelajar Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam IPNU dan IPPNU memiliki peran penting. Mereka bukan hanya pelajar, tapi juga calon pemimpin bangsa. Organisasi ini bukan sekadar wadah kegiatan, melainkan tempat kaderisasi nilai — menanamkan ilmu, akhlak, dan semangat kebangsaan.
Melalui kegiatan seperti Makesta (Masa Kesetiaan Anggota), IPNU dan IPPNU menanamkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), cinta tanah air, dan semangat belajar sepanjang hayat.
Nilai-nilai itu menjadi bekal menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri. Seperti pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Jika kamu ingin melihat masa depan sebuah negara, maka lihatlah pemuda-pemudinya hari ini.” Kata-kata itu mengingatkan kita bahwa masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda.
Langkah Nyata untuk Menyambut Bonus Demografi
Agar bonus demografi menjadi peluang emas, ada beberapa hal yang perlu diperkuat oleh generasi muda:
- Belajar tanpa henti.
Kuasai ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern. Jadikan Aswaja sebagai kompas moral dalam setiap langkah. - Berinovasi di dunia digital.
Manfaatkan teknologi untuk dakwah, literasi, dan karya positif. Jadilah kreator, bukan hanya konsumen. - Menumbuhkan kepedulian sosial.
Bonus demografi tak hanya soal ekonomi, tapi juga tentang kemanusiaan. Para pemuda perlu hadir membantu sesama, peduli terhadap pendidikan, dan menjaga moralitas remaja. - Menghidupkan tradisi literasi.
Menulis, membaca, dan berdiskusi adalah bagian dari jihad intelektual. Dari ruang belajar hingga media sosial, pelajar bisa menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan toleran.
Bonus demografi adalah kesempatan langka — hanya datang sekali dalam sejarah bangsa. Jika dimanfaatkan dengan baik, Indonesia bisa melangkah menuju Indonesia Emas 2045.
Namun itu hanya bisa terwujud jika generasi mudanya berilmu, berakhlak, dan berkomitmen pada nilai-nilai kebangsaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News