Di tengah upaya menciptakan masyarakat yang inklusif, isu kekerasan dan perundungan terhadap penyandang disabilitas masih menjadi tantangan nyata di Indonesia. Tak jarang, mereka menghadapi diskriminasi yang berakar dari ketidaktahuan dan kurangnya empati. Namun, di Sulawesi Selatan, ada satu sosok muda yang bertekad memutus rantai ketidakadilan ini: Musfirah Rasdin.
Dari Kepedulian Menjadi Gerakan
Musfirah adalah sosok yang dikenal karena kepeloporannya di bidang pendidikan inklusif. Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang kecerdasan akademik, tetapi juga tentang membangun empati dan rasa saling menghormati. Melalui serangkaian talkshow dan pelatihan pencegahan bullying serta kekerasan terhadap penyandang disabilitas, Musfirah mengedukasi generasi muda agar lebih peka terhadap perbedaan.
Kegiatan ini digelar secara hybrid, baik luring (tatap muka) maupun daring (online) — untuk menjangkau sekolah dan universitas di berbagai daerah. Pesertanya meliputi siswa, mahasiswa, guru, dan masyarakat umum yang tertarik membangun ruang aman dan inklusif bagi semua.
“Banyak kasus bullying terhadap penyandang disabilitas terjadi karena ketidaktahuan. Maka tugas kita adalah mengedukasi, bukan menghakimi,” tutur Musfirah dalam salah satu sesi talkshow-nya.
Misi Edukasi yang Didukung Pemerintah Daerah
Ketekunan Musfirah dalam menggerakkan pendidikan inklusif juga menarik perhatian pemerintah daerah. Pada Minggu, 12 Mei 2024, Tim Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Makassar melakukan kunjungan langsung (Fact Finding) dalam rangka seleksi Pemuda Pelopor tingkat Kota Makassar 2024.
Dalam kegiatan tersebut, mereka mengunjungi Sekretariat Rumpun Disabilitas, di mana Musfirah Rasdin menjadi peserta mewakili Kepeloporan Bidang Pendidikan.
Turut hadir dalam kegiatan ini Kabid Pengembangan Pemuda Dispora Makassar beserta staf, Ketua FPPI Provinsi Sulsel, Ketua FPPI Kota Makassar, serta Pemuda Pelopor Kota Makassar 2023. Hadir pula pengurus dan anggota Rumpun Disabilitas, yang menjadi mitra utama Musfirah dalam menjalankan kegiatan pelatihan.
Kunjungan ini bertujuan untuk menilai kelayakan dan kesiapan peserta serta mendapatkan masukan langsung dari masyarakat dan stakeholder terkait. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa program Musfirah benar-benar berdampak nyata, bukan hanya wacana.
Membangun Kesadaran Lewat Aksi Nyata

Dalam pelatihannya, Musfirah mengedepankan metode partisipatif. Ia mengajak peserta memahami bentuk-bentuk kekerasan verbal, fisik, maupun sosial yang sering dialami penyandang disabilitas. Lebih dari itu, peserta dilatih cara menghadapi, mendampingi, dan melaporkan kasus bullying secara bijak.
“Yang kita butuhkan bukan simpati, tapi empati. Simpati membuat kita iba, tapi empati mendorong kita bergerak,” katanya.
Pendekatan humanis inilah yang membuat kegiatan Musfirah berbeda. Ia tak hanya bicara di forum formal, tetapi juga hadir langsung di komunitas, mendengar cerita, berbagi solusi, dan memberi ruang aman untuk setiap individu yang pernah mengalami diskriminasi.
Menggerakkan Perubahan dari Sulawesi Selatan
Dari Makassar, Musfirah ingin gerakannya menular ke seluruh Indonesia. Ia menggandeng lembaga pendidikan, komunitas sosial, serta organisasi pemuda untuk memperluas cakupan pelatihan. Bersama Rumpun Disabilitas, ia juga membangun jaringan advokasi bagi penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi.
“Perubahan tidak bisa dikerjakan sendirian. Tapi satu langkah kecil bisa menyalakan obor besar untuk masa depan yang lebih inklusif,” ujarnya.
Penghargaan dan Harapan
Dedikasi Musfirah akhirnya diakui secara nasional. Ia dinobatkan sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Nasional dan Provinsi 2024 di bidang Pendidikan. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa semangat inklusivitas dapat menginspirasi gerakan sosial yang berkelanjutan.
Kini, Musfirah tengah mengembangkan modul edukatif untuk pelatihan guru dan mahasiswa dalam mengenali serta mencegah kekerasan terhadap disabilitas. Modul tersebut diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam program pengembangan karakter di sekolah dan kampus.
Menyulam Harapan dari Makassar
Perjalanan Musfirah Rasdin adalah kisah tentang keberanian dan cinta terhadap sesama. Di tengah dunia yang sering menilai dari kesempurnaan fisik, ia memilih melihat manusia dari hati dan kemampuannya untuk bertumbuh. Melalui edukasi dan empati, Musfirah menyalakan harapan baru: bahwa Indonesia bisa menjadi rumah yang aman untuk semua.
Apa yang dilakukan Musfirah bukan sekadar kegiatan sosial, melainkan gerakan kemanusiaan. Ia menunjukkan bahwa inklusivitas bukan tentang belas kasihan, tetapi tentang keadilan dan kesempatan yang setara. Dari Makassar, ia menulis babak baru perjuangan disabilitas — sebuah cerita yang pantas menjadi inspirasi nasional.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News