Berabad-abad sebelum Indonesia berdiri, di tepi Sungai Musi yang ramai oleh lalu lintas perahu dagang, berdiri sebuah kerajaan besar bernama Sriwijaya.
Kerajaan yang berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Sumatra Selatan ini menjadi pusat perdagangan, agama, dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.
Letaknya yang strategis di jalur perdagangan internasional menghubungkan India, Tiongkok, dan Kepulauan Nusantara, menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang kaya dan berpengaruh.
Kapal-kapal asing singgah untuk menukar rempah, emas, dan hasil bumi. Meski demikian, kejayaan Sriwijaya tidak hanya terekam dalam catatan para pelaut asing. Namun, juga dalam prasasti-prasasti batu yang menjadi sumber penting bagi para sejarawan untuk menyingkap bagaimana kerajaan ini berdiri, diperintah, dan berkembang.
Tulisan-tulisan dalam aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada prasasti tersebut memuat kisah politik, agama, serta nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi oleh rakyat Sriwijaya.
Dikutip dari buku Prasasti-Prasasti Kerajaan Sriwijaya karya Aulia Rahmat SM, berikut 5 prasasti penting peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang menjadi saksi bisu kejayaannya:
1. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu. Foto: Wikimedia Commons.
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Sabokingking, Palembang, dan diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi. Saat ini, prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor inventaris D.155.
Prasasti ini diukir di atas batu andesit setinggi sekitar 1 meter dan dihiasi tujuh kepala naga di bagian atasnya. Di bawahnya terdapat cerat kecil yang kemungkinan digunakan dalam upacara penyumpahan pejabat kerajaan.
Isi prasasti memuat kutukan bagi siapa pun yang berkhianat terhadap kerajaan atau melanggar perintah raja. Daftar pejabat yang disebutkan di dalamnya menunjukkan adanya struktur pemerintahan yang teratur di Sriwijaya.
Banyak ahli berpendapat bahwa keberadaan prasasti ini memperkuat dugaan bahwa pusat pemerintahan Sriwijaya berada di Palembang.
2. Prasasti Talang Tuo (684 M)

Prasasti Talang Tuo. Foto: Wikimedia Commons.
Ditemukan di kaki Bukit Seguntang, Palembang, oleh Louis Constant Westenenk pada 17 November 1920, prasasti ini berukuran sekitar 50 × 80 cm dan ditulis menggunakan aksara Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno.
Isinya menceritakan pendirian Taman Sriksetra oleh Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk kesejahteraan rakyat dan semua makhluk hidup.
Pesan moral yang terkandung dalam prasasti ini menggambarkan kebijaksanaan dan sifat welas asih raja Sriwijaya, serta pengaruh kuat ajaran Buddha Mahayana dalam pemerintahan kerajaan.
3. Prasasti Kedukan Bukit (683 M)

Prasasti Kedukan Bukit. Foto: Wikimedia Commons.
Prasasti ini ditemukan oleh C.J. Batenburg di Kedukan Bukit, Palembang, dan merupakan prasasti tertua yang menyebut nama Sriwijaya.
Ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa, prasasti ini menceritakan perjalanan suci (siddhayatra) Dapunta Hyang Sri Jayanasa bersama pasukannya. Ekspedisi ini dipercaya sebagai simbol awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya.
4. Prasasti Kota Kapur (686 M)

Prasasti Kota Kapur. Foto: Wikimedia Commons.
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka oleh J.K. van der Meulen pada Desember 1892. Prasasti ini berisi peringatan keras dan kutukan bagi pihak yang menentang kekuasaan Sriwijaya.
Teksnya juga menyebut rencana ekspedisi Sriwijaya ke Jawa, yang menunjukkan bahwa kerajaan tersebut memiliki kekuatan militer dan ambisi ekspansi wilayah. Penemuan ini menjadi bukti penting bahwa Sriwijaya memiliki pengaruh luas di Nusantara, tidak hanya di Sumatra.
5. Prasasti Padang Roco (1286 M)

Prasasti Padang Roco. Foto: Wikimedia Commons.
Prasasti ini ditemukan di kompleks Candi Padangroco, Dharmasraya, Sumatra Barat, dan menjadi bukti keberlanjutan pengaruh Sriwijaya di wilayah barat Sumatra hingga abad ke-13.
Prasasti ini dibuat sebagai alas arca Amoghapasa, yang dihadiahkan oleh Raja Kertanagara dari Singhasari kepada penguasa Dharmasraya. Ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan Sanskerta, prasasti ini menunjukkan hubungan politik dan keagamaan antara Sriwijaya dan kerajaan di Jawa.
Kelima prasasti di atas menjadi bukti nyata bahwa Kerajaan Sriwijaya bukan hanya kerajaan dagang, melainkan juga pusat kekuasaan, agama, dan kebudayaan yang berpengaruh luas di Asia Tenggara.
Melalui prasasti-prasasti tersebut, kita dapat melihat bagaimana Sriwijaya menata pemerintahannya, memperluas wilayahnya, dan menjunjung nilai-nilai keagamaan serta kesejahteraan rakyatnya.
Kejayaan yang terukir di batu-batu prasasti ini menjadi warisan berharga sejarah Indonesia yang patut dijaga dan terus dipelajari oleh generasi masa kini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News