mengenal soemitro djojohadikusumo sang ekonom legendaris di persimpangan sejarah indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Soemitro Djojohadikusumo, Sang Ekonom Legendaris di Persimpangan Sejarah Indonesia

Mengenal Soemitro Djojohadikusumo, Sang Ekonom Legendaris di Persimpangan Sejarah Indonesia
images info

Mengenal Soemitro Djojohadikusumo, Sang Ekonom Legendaris di Persimpangan Sejarah Indonesia


Soemitro Djojohadikusumo (1917–2001) adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh, dan namanya dikenal kuat sebagai seorang pemikiran ekonomi bangsa.

Ia dijuluki sebagai Begawan Ekonomi Indonesia, bukan hanya seorang pemikir yang duduk di balik meja, tetapi juga seorang tokoh penting yang kebijakannya membentuk dasar pembangunan nasional pada masa-masa penting dalam sejarah Indonesia.

Membicarakan Sumitro berarti mengenali kisah perjuangan, kontroversi, dan idealisme seorang patriot yang hidup di tengah masa sejarah yang kacau balau. Sumitro lahir pada tanggal 29 Mei 1917 di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Ia berasal dari keluarga priyayi yang terkenal. Beliau merupakan anak dari Margono Djojohadikusumo, seorang tokoh pergerakan nasional yang kemudian menjadi pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) dan Raden Ayu Siti Katoemi Wirodihardjo.

baca juga

Mereka tumbuh dalam keluarga Jawa yang menjunjung tinggi pendidikan dan diskusi intelektual. 

Lingkungan keluarga yang ia tinggali penuh dengan diskusi yang mendalam, sehingga menimbulkan kesadaran awal mengenai tanggung jawab sosial. Sejak kecil dan masa remajanya, Sumitro sering mendengar percakapan kritis yang membahas nasib bangsa.

Dari awal, Sumitro merasa gelisah karena bertanya, mengapa rakyat Indonesia harus hidup miskin di tanah yang kaya?

Pendidikan formalnya mencapai puncak di Eropa. Ia meraih gelar doktor ilmu ekonomi di Nederlandse Economische Hogeschool (kini dikenal sebagai Erasmus Universiteit), di Rotterdam, Belanda.

Di sana, sifatnya sebagai pejuang teruji. Selama masa kuliah, ia tidak hanya terjun dalam mempelajari teori ekonomi, tetapi juga aktif dalam gerakan bawah tanah yang melawan fasisme Nazi saat Jerman menguasai Belanda.

Pengalaman berat ini membentuk kepribadiannya yang berani, tegas, dan tetap memegang prinsip, bahkan ketika menghadapi resiko besar. Dalam kehidupan pribadinya, Sumitro menikah dengan Dora Marie Sigar.

Dari pernikahannya, ia dikaruniai empat orang anak yang kelak berkontribusi di bidang nasional, termasuk Prabowo Subianto (presiden Republik Indonesia ke-8) dan Hashim Djojohadikusumo.

Setelah lulus, prinsipnya menjadi panduan dalam hidupnya: "Ilmu pengetahuan tidak bermanfaat jika tidak dipakai untuk meningkatkan martabat bangsa sendiri ." Keyakinan ini membuatnya kembali ke Indonesia untuk membangun dasar kemerdekaan ekonomi.

baca juga

Perannya sebagai ekonom dalam sejarah Indonesia segera terasa. Ia tidak hanya memberikan pemikiran, tetapi juga membangun lembaga pendidikan.

Pada tahun 1950, ia menjadi tokoh utama dalam pendirian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Langkah ini sangat visioner, karena bertujuan melahirkan generasi pemimpin yang bisa mengurus ekonomi pasca kemerdekaan.

Melalui FEUI, ia secara strategis mengirimkan mahasiswa berprestasi ke luar negeri untuk menuntut ilmu. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai "Mafia Berkeley" dan menjadi pilar utama ekonomi Orde Baru.

Meskipun langkah ini menimbulkan kontroversi karena dinilai terlalu pro-Barat, Sumitro tetap teguh pada keyakinannya bahwa Indonesia membutuhkan ahli kelas profesional dunia untuk keluar dari krisis ekonomi.

Sebagai menteri di masa Orde Lama, ia aktif dalam diplomasi internasional dan gigih memperjuangkan pengakuan terhadap pelestarian ekonomi Indonesia.

Konsep pembangunannya berpusat pada kemandirian ekonomi dan pembagian hasil yang adil demi keadilan sosial, bukan hanya peningkatan produksi. Konsep ekonomi yang dipopulerkan Soemitro Djojohadikusumo dikenal dengan istilah Sumitronomics.

Konsep ini terdiri dari tiga pilar utama, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan manfaat pembangunan, dan stabilitas nasional yang dinamis.

Perjalanan Sumitro mencapai momen paling berat ketika idealismenya bertumbukan dengan dunia politik. Sebagai tokoh dari Partai Sosialis Indonesia (PSI), ia sering berselisih dengan Presiden Soekarno dan situasi politik yang terus berubah.

Puncaknya, ia memutuskan untuk mengambil resiko dengan bergabung dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada akhir tahun 1950-an. Keputusan ini menjadikannya harus tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun.

Masa ini menunjukkan kemampuannya sebagai seorang pejuang yang bersedia mengorbankan kenyamanan dan kekuasaan demi prinsip demokrasi dan ekonomi yang ia percayai.

Setelah kembali dan diangkat menjadi menteri di masa Orde Baru, Sumitro menunjukkan cara berpikir yang taktis. Ia bekerja keras untuk pembangunan, tetapi tetap berani menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan yang tidak adil, termasuk korupsi dan fenomena “pemburu rente” yang merugikan negara.

Dalam pengalaman beliau sebagai menteri, Soemitro pernah menjabat sebagai menteri keuangan, menteri riset, dan menteri perdagangan dan industri. 

Sumitro Djojohadikusumo adalah contoh langka dari seorang teknokrat yang memiliki integritas tinggi. Ia telah membangun landasan institusi dan pemikiran yang masih relevan hingga saat ini, terutama gagasannya tentang pentingnya pembangunan yang berorientasi pada rakyat dan perlunya pengawasan terhadap kekuasaan.

Mengenal tokoh ekonomi yang disebut Begawan ini adalah memahami bahwa sejarah ekonomi Indonesia bukan hanya tentang angka dan kebijakan, tetapi juga tentang perjuangan idealismenya.

Ia tidak pernah berhenti mengabdikan ilmu dan jiwa kepada bangsa hingga akhir hayatnya, pada tanggal 9 Maret 2001 di Jakarta. Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat.

Oleh karena itu, marilah kita, Kawan GNFI menghargai jasa dan kontribusi yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang telah bersusah payah membuat Indonesia menjadi negara yang berdiri hingga saat ini.

Banyak tokoh Indonesia yang belum diketahui karena keterbatasan informasi dan media pada waktu itu. Padahal mereka telah menunjukkan perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan untuk membuat Indonesia menjadi negara yang berdiri hingga menjadi suatu negara kesatuan hingga hari ini.

Marilah kita renungi kisah mereka, ambil pesannya, dan implementasikan pesan mereka tersebut ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini demi mewujudkan kehidupan yang adil dan damai bagi seluruh rakyat Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.