Indonesia dijuluki zamrud khatulistiwa. Pantas saja sejauh mata memandang dari angkasa, tanaman hijau saling sambung menyambung di datarannya. Sungguh keindahan ini layaknya keindahan permata zamrud yang berkilau di garis khatulistiwa. Pepohonan yang berimbun daunnya secara berkelompok, memberikan warna hijau yang indah di mata. Tak sekadar indah dipandang, dari warna hijau itu, mereka memiliki peran penting sebagai penyambung napas penduduk bumi.
Kekayaan alam yang tak sekadar memberikan sumbangsih warna hijau indah untuk Indonesia, tetapi juga potensi hasil buminya. Keberadaan hutan tropis di wilayah Indonesia bagian timur misalnya, memiliki potensi hasil bumi tersendiri.
Mari menginjakkan kaki di bumi Bloro, satu kampung yang berada di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Di sana, ada biji-biji penghasil bubuk coklat nikmat yang kaya maslahat untuk masyarakat.
Project Awal Desa Binaan Astra Bloro: Rehabilitasi Perkebunan Kakao

Ilustrasi buah kakao yang menggelantung di pohonnya | Picture by Ly Le Minh on unplash
Sejak dulu, kampung ini memiliki potensi kakao di sektor perkebunan. Namun, hasil panen, tak memberikan pencapaian yang berarti. Apa yang salah? Pasti ada bila ditelusuri, mulai dari ketersediaan lahan tanam kakao, proses penanaman dan perawatan kakao hingga pemasarannya.
Pekebun Kakao Bloro ingin hidup sejahtera dari pekerjaan yang ia tekuni setiap hari. Tak patah arang, harapan itu menemukan jalan untuk merealisasikannya. Mereka bertemu dengan program Desa Sejahtera Astra (DSA) dari PT Astra Internasional Tbk. Kampung Blora pun dengan semangat turut bergabung dalam program Desa Sejahtera Astra (DSA) Sikka pada tahun 2021.
Melalui program ini, Nusa Tenggara Timur yang merupakan salah satu dari 10 penghasil kakao berkualitas di Indonesia dan Kabupaten Sikka adalah penghasil kakao terbesar di Pulau Flores, menumbuhkan spirit pemerintah Kabupaten Sikka untuk berupaya menjadi penghasil kakao terbaik di Pulau Flores.
Project awal mereka setelah bergabung dalam DSA Sikka adalah melakukan rehabilitasi lahan perkebunan kakao. Melalui rehabilitasi lahan perkebunan kakao ini para pekebun berupaya memperbaiki dan memulihkan kondisi lahan atau tanaman kakao yang sudah rusak, menurun produktivitasnya, atau tidak lagi subur, agar bisa berfungsi dan menghasilkan kembali secara optimal.
Mengenal Coklat Bloro: Produk Fermentasi Kakao untuk Kualitas Premium

Ilustrasi olahan bubuk coklat hasil fermentasi biji kakao | Picture by Rachael Gorjestani on unplash
Species Theobroma Cacao L ini memiliki daging buah berlendir, beraroma harum tropis yang khas, berwarna putih hingga kekuningan dengan rasa manis asam yang segar. Di dalam daging buah itu terdapat biji. Biji inilah yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan coklat.
Masyarakat Indonesia menyebutnya Kakao. Pohon Kakao hanya bisa ditanam di daerah hutan tropis karena tanaman ini tidak membutuhkan terik matahari dalam proses tumbuh dan berkembangnya. Dalam tahap pertumbuhannya, pohon Kakao memerlukan naungan untuk menghindari cahaya matahari. Dengan begitu, pohon kakao selalu dipastikan berada dalam kondisi teduh.
Selain daging buahnya yang dapat dinikmati, biji kakao tidak serta merta dibuang begitu saja, tetapi para pekebun mengolahnya menjadi coklat. Ada beragam cara pengolahan dari biji kakao menjadi bubuk coklat. Namun, para pekebun Kakao Bloro, memilih menerapkan proses fermentasi dalam pengolahan biji Kakao menjadi bubuk coklat.
Mereka memilh cara pengolahan fermentasi karena mereka menyadari keunggulan bubuk coklat yang dihasilkan. Di antaranya, fermentasi kakao terbukti meningkatkan kualitas biji cokelat, mampu menghilangkan rasa pahit, menciptakan aroma cokelat, menghasilkan coklat yang enak dan berkualitas tinggi.
Panen Raya Kakao DSA Sikka di Perkebunan Bloro

Ilustrasi biji-biji kakao | Picture by Pablo Merchan Montes on unplash
Para petani di perkebunan Kakao Sikka terbagi ke dalam kelompok tani. Di mana satu kelompok tani terdiri dari 29 petani dan setiap di antara mereka rata-rata memiliki 1 hingga 3,8 hektar kebun kakao. Di kampung Bloro sendiri, terdapat 3 kelompok tani dan telah mendirikan koperasi yang mereka namai dengan Rumah Biru Sejahtera.
Melalui koperasi ini, berbagai informasi, edukasi dan kegiatan, dan kebutuhan seputar perkebunan kakao semakin mudah diakses. Gotong royong antar pekebun Kakao semakin lekat. Hubungan sosial semakin terjalin kuat. Persatuan dan kesatuan demi mewujudkan impian semakin menghebat.
Tak hanya itu, para pekebun Kakao Bloro juga turut mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Pekebun Kakao Bloro belajar langsung praktik budidaya, pemangkasan, sambung pucuk, pengendalian hama, hingga hilirisasi produk.
Masa yang dinanti pun tiba: panen raya di depan mata! Setelah bekerja keras merawat lahan perkebunan kakao, tahun ini adalah tahun yang dinanti-nanti itu karena pada tahun ini, DSA Sikka panen raya kakao.
Dari hasil panen sebelumnya yang 600 kilogram perhektar, panen raya ini tembus target 1,3 perhektar. Nyaris, dua kali lipat dari hasil panen sebelumnya. Rasa syukur dari lubuk hati terdalam mereka ungkapkan, berkat dukungan dan binaan berbagai pihak terutama PT Astra Internasional Tbk, perkebunan Kakao Bloro mampu memberikan kesejahteraan.
"Tujuan utama rehabilitasi tersebut adalah mengembalikan daya hidup kebun kakao, sekaligus menaikkan hasil produksi. Jika sebelumnya rata-rata hanya 600 kilogram perhektar, sekarang kami menargetkan produksi 1 hingga 1,3 ton perhektar," ungkap Yofana Maria, Rosari Francis, fasilitator dari Astra untuk DSA Sikka.
Keberhasilan para pekebun Kakao Bloro membuktikan bahwa kerja keras, sinergi, dan pendampingan yang tepat mampu mengubah potensi menjadi kesejahteraan nyata. Dari tanah subur Nusa Tenggara Timur, biji-biji kakao tak hanya tumbuh menjadi cokelat berkualitas, tetapi juga wujud manisnya hasil kerja dan harapan masyarakat Bloro.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News