Pandemi COVID‑19 memaksa sekolah di Indonesia beralih ke pembelajaran daring. Banyak siswa kesulitan mengikuti ujian karena jaringan internet tidak stabil, tidak memiliki gawai atau aplikasi.
Survei U‑Report Indonesia menunjukkan 35% siswa tidak bisa mengakses internet secara lancar, 7% tidak memiliki perangkat memadai dan sebagian lagi terkendala aplikasi belajar. Di SMK Gondang Wonopringgo, Pekalongan, seorang siswa bahkan harus menempuh 10 kilometer ke rumah kerabat demi mendapatkan sinyal untuk ujian. Situasi ini mendorong lahirnya inovasi yang mematahkan batasan infrastruktur.
Aplikasi TMFCBT: Tanpa Sinyal, Tanpa Server
Maman Sulaeman adalah guru Teknik Komputer di SMK Gondang Wonopringgo, Pekalongan, Jawa Tengah. Lahir 7 Juni 1986, ia memahami betapa sulitnya siswa mengikuti ujian secara daring, terutama di daerah dengan sinyal buruk. Sejak 2016, Maman mengembangkan aplikasi Tes Berbasis Komputer (TCExam) untuk ujian berbasis komputer.
Ketika pandemi melanda, ia memodifikasi TCExam menjadi TCExam Mobile Friendly Computer‑Based Test untuk Asesmen Kompetensi Minimum (TMFCBT for AKM) sehingga bisa diakses dari gawai apa pun.
TMFCBT dirancang sebagai aplikasi mode darurat untuk penilaian belajar. Guru mengirim soal melalui WhatsApp atau Bluetooth setelah soal diterima, siswa bisa mengerjakannya tanpa jaringan internet atau server sekolah.
Aplikasi ini menggunakan sistem token dan password untuk menjaga keamanan ujian. Setiap ujian memiliki batas waktu sehingga siswa tidak bisa kembali ke soal sebelumnya, membantu menjunjung kejujuran.
Sistem ini memecahkan tiga persoalan: pertama, siswa tidak perlu mengungsi ke tempat lain karena sinyal buruk kedua, sekolah tidak perlu menambah kapasitas server ketiga, kuota data hanya diperlukan saat transfer soal. Maman menampung berbagai masukan dari siswa dan guru untuk terus memperbaiki TMFCBT.
Dampak dan Persebaran
Aplikasi ini diuji coba pertama kali pada ujian semester 2020 dan terbukti membuat siswa bisa mengerjakan ujian tanpa gangguan internet. Maman kemudian membagikan aplikasinya secara gratis melalui akun Facebook dan grup percakapan.
Menurut data Astra, TMFCBT telah membantu 16 sekolah di sembilan provinsi dengan total 4.671 siswa dan 464 pengguna Telegram terdaftar. Aplikasi ini telah digunakan di 22 sekolah dari Aceh, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan hingga Sulawesi Selatan.
Bahkan sekolah kelautan di Kalimantan memanfaatkan TMFCBT agar siswa yang magang di kapal lepas pantai tetap bisa mengikuti ujian. Selain menyelesaikan persoalan sinyal, aplikasi ini membuat ujian lebih akuntabel karena siswa tidak bisa membuka sumber lain saat mengerjakan soal.
Pengakuan dan Apresiasi
Kreativitas Maman tidak hanya memodifikasi program open‑source TCExam, tetapi juga masa depan ribuan siswa yang berpotensi gagal ujian karena kendala jaringan. Atas inovasi ini, Maman dianugerahi Apresiasi Astra Satu Indonesia Awards 2021 kategori teknologi.
Daftar resmi penerima penghargaan mencatat namanya sebagai pengembang Aplikasi Penilaian Belajar “Tanpa Sinyal, Tanpa Server” dari Jawa Tengah. Menariknya, dalam daftar yang sama Maman pernah tercatat pada tahun 2020 dengan inovasi Sistem Operasi GoUNBK Linux untuk client Ujian Nasional Berbasis Komputer, menunjukkan konsistensinya dalam menghadirkan solusi pendidikan.
Visi Masa Depan
Maman berharap TMFCBT dapat diadopsi secara nasional sebagai referensi resmi penilaian belajar, terutama di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Ia ingin memodifikasi aplikasinya agar mudah digunakan oleh guru awam.
Sebagai pendidik, ia menegaskan bahwa inovasi teknologi harus membangun karakter siswa. “Karakter kejujuran posisinya di atas kompetensi,” ujar Ketua Panitia Ujian SMK Gondang, Arif Hermawan, menegaskan nilai moral yang dijaga dalam aplikasi.
Kisah Maman Sulaeman membuktikan bahwa solusi digital tak harus datang dari kota besar. Dengan memanfaatkan teknologi open‑source dan semangat berbagi, ia menciptakan aplikasi yang menutup kesenjangan digital dan mendorong pemerataan pendidikan.
TMFCBT bukan sekadar alat ujian, tetapi wujud nyata bahwa guru di daerah mampu menjadi arsitek transformasi pendidikan nasional.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News