“Di mana ada oksigen, di situ ada orang Indonesia”
Mungkin ada Kawan GNFI yang familier dengan celetukan bernada humor di atas. Rasanya, ungkapan itu memang benar adanya. Jejak orang Indonesia bisa ditemukan di penjuru dunia, termasuk di Thailand.
Salah satu tempat di mana Kawan dapat menemukan aroma khas Indonesia, khususnya Jawa, adalah di Bangkok, Thailand. Di sana berdiri sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jawa. Apa uniknya?
Masjid Jawa di Bangkok, Thailand
Terletak di Soi Charoen Rat 1 Yaek 9, Yan Nawa, Sathorn, Bangkok, arsitektur Masjid Jawa betul-betul tampak seperti masjid yang lumrah ditemukan di desa-desa di Pulau Jawa. Ada pintu kayu besar dengan ukiran khas Jawa.
Belum lagi atapnya yang berbentuk limas, membuatnya tampak seperti masjid yang biasa ditemukan di Indonesia. Terdapat beduk besar dan mimbar untuk khatib yang dibuat berundak dan berbahan jati.
Masjid Jawa berdiri di lahan seluas ±3.500 m2. Luas bangunannya kurang lebih 370 m2 untuk bangunan utamanya dan 150 m2 untuk madrasah—digunakan anak-anak untuk belajar agama Islam. Sisanya dipakai untuk halaman, tempat wudu, dan kamar mandi.
Konon, Masjid Jawa sudah berdiri sejak era Rathanakosin, sekitar tahun 1906 Masehi. Orang penting di balik berdirinya tempat peribadatan ini adalah Haji Muhammad Saleh, mertua pendiri organisasi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
Hingga saat ini, keturunan KH Ahmad Dahlan pun masih ada yang tinggal di area sekitar Masjid Jawa. Salah seorang cucu tokoh agama besar Indonesia itu, Prof. Winai Dahlan, bahkan menjadi akademisi di Chulalongkorn University, Thailand.
Di kampus top Negeri Gajah Putih itu, Prof. Winai merupakan pendiri sekaligus Direktur Halal Science Center Chulalongkorn University. Luar biasanya, ia juga pernah masuk dalam daftar The World’s 500 Most Influential Muslims.
Ada di Kampung Jawa, Bangkok
Masjid Jawa berada di area yang banyak dihuni oleh masyarakat keturunan Jawa. Daerah tersebut dikenal dengan Kampung Jawa.
Lokasi Kampung Jawa juga cukup strategis karena berada di tengah Kota Bangkok, tepatnya Distrik Sathorn. Masyarakat asli Thailand pun paham betul lokasi ini. Mereka menyebut Masjid Jawa dengan sebutan Hong Moslem atau rumah orang Islam.
Tulisan Yusdani dalam International Journal of Business, Economics, and Law, secara historis, komunitas wong Jowo di Thailand ini berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Dikatakan bahwa awalnya penduduk pertama di kampung itu hanya ada lima orang Jawa asli.
Di tahun-tahun berikutnya, makin banyak orang Jawa yang merantau ke Thailand. Sebagian besar untuk berdagang. Beberapa di antaranya juga menikah dengan warga lokal.
Kawan GNFI, sebagai tambahan informasi, ada juga literatur yang mengatakan bahwa orang Jawa di Thailand dibawa oleh Raja Rama V. Waktu bertandang ke Indonesia di abad-19, ia dibuat melongo dengan keindahan Kebun Raya Bogor.
Akhirnya, saat kembali ke Thailand, ia ingin membuat taman serupa. Ia pun mendatangkan banyak kuli asal Jawa untuk membangun taman itu.
Lebih lanjut, Yusdani dalam tulisannya menyebut jika Kampung Jawa memiliki suasana layaknya permukiman warga Yogyakarta. Jalan-jalannya sempit, diapit rumah berpagar tinggi di kiri dan kanannya. Banyak rumah warga juga tampak asri dengan halaman kecil yang menghiasi bagian depannya.
Menariknya, meskipun namanya Kampung Jawa, banyak juga masyarakat Muslim dari negara lain yang menetap di sini, seperti Malaysia, Pakistan, sampai orang asli Thailand sendiri. Mereka semua, baik Muslim maupun non-Muslim, hidup berdampingan dengan rukun.
Mengutip dari indonesia.go.id, di dekat area kampung juga ada kompleks pemakaman Muslim. Warga Muslim keturunan Jawa banyak yang dimakamkan di sana.
Kehidupan Warga Muslim Thailand Berdarah Jawa
Meskipun menjadi minoritas dan berada di tengah-tengah komunitas Buddha di pusat kota, masyarakat Muslim di Kampung Jawa mampu beradaptasi tanpa kehilangan identitas keislaman mereka.
Walaupun kewarganegaraan mereka adalah Thailand, tetapi dari segi kultur, masyarakat secara umum masih mempertahankan budaya dan tradisi leluhur, seperti kenduri, slametan, dan tahlilan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak juga yang masih menerapkan nilai-nilai kejawen.
Tiap bulan Ramadan, komunitas ini mengadakan buka puasa bersama di Masjid Jawa. Makanan yang disajikan pun bervariasi, memadukan nuansa khas Nusantara dan Thailand di dalamnya.
Masjid Jawa menjadi saksi bisu interaksi kuat antarbangsa yang sudah berlangsung selama lebih dari satu abad. Masjid ini juga menjadi tempat merajut silaturahmi antarumat Islam sekitar dan komunitas Muslim lainnya di Bangkok.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News