Kawan GNFI, di tengah gempuran tren bekerja di start-up atau menjadi Pegawai Negeri Sipil, ada sosok pemuda yang memilih jalan sunyi namun berdampak besar: menjadi petani organik.
Dialah Maya Stolastika Boleng, seorang gadis asal Waiwerang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang kini dikenal sebagai petani milenial sukses di Jawa Timur.
Atas kegigihan dan dedikasinya dalam mengembangkan pertanian sehat dan berkelanjutan, Maya dianugerahi penghargaan prestisius SATU Indonesia Awards 2019 oleh Astra.
Latar belakang akademis Maya sebenarnya jauh dari bidang pertanian. Ia menimba ilmu di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengambil jurusan Sastra Inggris. Namun, panggilan jiwanya terhadap alam dan kesehatan membawanya pada takdir yang berbeda.
Awal perkenalan Maya dengan pertanian organik terjadi pada tahun 2007. Saat itu, ia dikenalkan pada konsep ini oleh guru yoganya di Bali.
Sang guru yang vegetarian memberikan banyak inspirasi tentang manfaat dan pentingnya mengadopsi sistem pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan tanah, lingkungan, dan menghasilkan produk yang aman bagi konsumen, tanpa menggunakan bahan kimia sintetis seperti pestisida dan pupuk buatan.
Tak lama setelah mendapat inspirasi mendalam, Maya mulai menjajal bertani sayuran organik.
Kawan GNFI perlu tahu, pertanian organik memiliki ciri khas dan persyaratan khusus. Buah-buahan atau sayuran yang ditanam secara organik memiliki kualitas kesehatan lebih baik karena tumbuh tanpa pestisida, pupuk kimia, antibiotik, dan zat perangsang pertumbuhan. Kondisi ini menuntut kesabaran dan keuletan ekstra dalam proses budidayanya.
Tahun 2008 menjadi tahun yang penuh perjuangan. Untuk memulai bisnis pertanian organik, Maya dan empat teman kuliahnya harus berjuang keras mengumpulkan modal.
Mereka membeli peralatan, menyewa lahan, dan membiayai petani dari berbagai usaha sampingan, seperti berjualan pulsa dan chocolatos di lingkungan kampus. Bahkan, Maya rela menjadi pengajar lepas demi mendapatkan tambahan uang.
Dana yang dibutuhkan cukup besar, membuat Maya sempat harus berhutang di awal merintis.
Kegagalan besar yang ia alami adalah dalam aspek pemasaran. Karena belum menyiapkan jalur distribusi yang matang, hasil panen pertamanya terpaksa dijual ke Pasar Induk Surabaya dengan harga murah, yang sepenuhnya ditentukan oleh para tengkulak.
Kegagalan strategi pemasaran ini menjadi pelajaran penting. Maya menyadari ia harus memperbaiki konsep pemasarannya dengan tidak lagi menjual kepada tengkulak.
Meski berulang kali Maya dan timnya mengalami kegagalan dan sempat terbentur masalah modal, mereka tidak menyerah.
Kekurangan modal memaksa Maya dan teman-temannya menghentikan sementara bisnis produk organik tersebut.
Maya sempat pindah ke Bali dan bekerja di perusahaan biro perjalanan dan pariwisata.
Namun, hanya bertahan enam bulan, hatinya kembali terpanggil untuk menekuni pertanian organik. Ia pun pindah ke Mojokerto untuk kembali meneruskan bisnis yang pernah ia rintis.
Peluang besar mulai terbuka pada tahun 2017. Kawan GNFI, rezeki memang tak kemana! Seorang pemilik lahan bersedia meminjamkan lahannya kepada Maya dengan syarat bagi hasil dari sayuran dan buah organik yang dipasarkan.
Maya menyambut baik tawaran ini dan segera membuka lahan seluas 1 hektar di Dusun Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Lahan ini kemudian ia namai Twelve's Organic.
Di bawah naungan Twelve's Organic, Alan tidak sekadar menggarap lahan, tetapi juga aktif memberikan pemahaman kepada para petani soal pertanian organik.
Tujuannya jelas: agar petani menjadi lebih mandiri dan mampu memiliki pasar sendiri, tidak lagi terbebani oleh permintaan dan harga yang ditentukan tengkulak.
Kini, Twelve's Organic memiliki dua kelompok tani binaan:
- Kelompok Petani Madani, yang fokus pada tanaman sayuran.
- Kelompok Petani Swadaya, yang fokus menanam raspberry dan blueberry, serta memproduksi pupuk organik sendiri.
Tak hanya memberdayakan lokal, Twelve's Organic juga sering mengundang tamu dari luar negeri untuk datang dan belajar langsung ke kebunnya.
Dedikasi, keberanian, dan semangat kolaboratif Maya Stolastika Boleng dalam memajukan pertanian organik menjadikannya teladan bagi generasi milenial, dan mengantarkannya sebagai salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2019.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News