dari dapur nusantara ke meja anak pangan lokal dan tradisi bancakan wujudkan gizi seimbang - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Dapur Nusantara ke Meja Anak: Pangan Lokal dan Tradisi Bancakan Wujudkan Gizi Seimbang

Dari Dapur Nusantara ke Meja Anak: Pangan Lokal dan Tradisi Bancakan Wujudkan Gizi Seimbang
images info

Dari Dapur Nusantara ke Meja Anak: Pangan Lokal dan Tradisi Bancakan Wujudkan Gizi Seimbang


Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan bahan makanan. Lebih dari itu, ketahanan pangan adalah fondasi pembentukan sumber daya manusia yang sehat secara fisik dan mental.

Untuk menuju cita-cita Indonesia Emas 2035, modal terpenting berada pada kualitas generasi muda saat ini. Salah satu ikhtiar tersebut hadir melalui gerakan sederhana, tetapi memiliki makna filosofis yang dalam: mengangkat kembali tradisi bancakan untuk mendorong kebiasaan makan bergizi pada anak usia prasekolah.

Kawan GNFI, SMAIL bersama STIKES Widyagama Husada Malang telah menjalankan sebuah inisiatif yang menarik di RA Nurul Huda, Kecamatan Bantur.

Program ini telah berjalan selama satu tahun dan mengintegrasikan nilai budaya lokal, tradisi komunal, pendekatan kesehatan jiwa, serta edukasi gizi seimbang.

Bancakan tidak diperlakukan sekadar kegiatan makan bersama, melainkan diangkat menjadi model pemberdayaan orang tua dan anak berbasis pangan lokal.

baca juga

Tradisi bancakan sendiri sudah lama dikenal dalam budaya Jawa. Ia dilakukan sebagai wujud syukur, ungkapan doa, atau peringatan pada momentum tertentu. Di dalamnya terkandung nilai kebersamaan, kerukunan, dan spiritualitas.

Melalui program ini, nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam ruang kelas—di mana anak-anak prasekolah belajar makna hidup sehat, makan teratur, dan bersyukur melalui kebiasaan makan bersama.

Program Bancakan Sehat ala SMAIL bukan semata menyediakan menu makanan, tetapi mengedukasi. Anak-anak dikenalkan pada permainan edukatif piramida makanan, video animasi gizi seimbang, hingga permainan tumbuh kembang yang mengajarkan pemahaman tentang nutrisi dengan cara menyenangkan. Selain itu, edukasi tidak hanya menyasar anak, tetapi juga orang tua.

Kawan GNFI tentu paham bahwa pola makan anak tidak lepas dari kebiasaan rumah. Melalui pelatihan menu “Isi Piringku”, orang tua dilatih mengolah bahan pangan lokal seperti ayam, tuna, bayam, buncis, jagung, atau ketela yang semuanya mudah ditemukan di Desa Bantur.

Setiap hari Jumat, bekal bergizi yang dibawa anak-anak dimakan bersama. Di sinilah nilai bancakan benar-benar hidup: mulai dengan cuci tangan, berdoa, lalu makan bersama. Rutinitas kecil seperti ini menanamkan perilaku hidup sehat yang akan tertanam kuat dalam ingatan anak-anak.

Perubahan yang terlihat pun nyata. Berdasarkan monitoring yang dilakukan, anak-anak mulai terbiasa mencuci tangan sebelum makan, menghindari jajanan instan, dan mulai mengenali makanan sehat yang berasal dari bahan pangan lokal.

Bahkan, sebagian orang tua mengaku bahwa anak mereka kini lebih memilih menu sederhana di rumah yang memenuhi unsur karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.

Tidak hanya itu, evaluasi kesehatan juga dilakukan secara rutin setiap bulan. Pengukuran panjang badan, berat badan, serta lingkar lengan menunjukkan perbaikan status gizi anak selama program berjalan.

Namun, tentu ada tantangan. Sebagian orang tua masih memilih bekal praktis seperti mi instan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup memang membutuhkan waktu, kesabaran, dan pendampingan yang konsisten.

Oleh karena itu, tiap bulan dilakukan evaluasi dan kegiatan memasak bersama untuk terus membangun kesadaran orang tua akan pentingnya gizi seimbang.

baca juga

Program ini lahir dari keprihatinan terhadap kebiasaan anak-anak yang cenderung mengonsumsi jajanan cepat saji. Kawan GNFI pasti sering melihat fenomena serupa di lingkungan sekitar.

Pada generasi Alpha, akses jajanan instan sangat mudah, bahkan sering dianggap sebagai bentuk hadiah. Padahal, pola konsumsi seperti ini berisiko terhadap kondisi kesehatan di masa mendatang.

Melalui program ini, SMAIL mencoba memutus siklus tersebut. Nilai religius juga disertakan: makanan yang dibawa bukan hanya disantap, tetapi didoakan agar menjadi berkah.

Hal ini menanamkan kesadaran bahwa makanan bukan sekadar mengenyangkan, tapi juga bagian dari wujud syukur atas rezeki.

Kawan, keberhasilan program ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal dapat menjadi solusi nyata dalam pendidikan anak usia dini. Tradisi, budaya, dan pangan lokal bukan sesuatu yang harus dibiarkan pudar. Justru keduanya dapat menjadi pijakan untuk membentuk karakter sehat, unggul, dan berdaya.

Perubahan yang terlihat pada anak-anak RA Nurul Huda menunjukkan bahwa intervensi yang dekat dengan budaya masyarakat mampu memberikan dampak yang lebih kuat dan berkelanjutan.

“Ternyata bancakan memiliki nilai-nilai yang baik pada anak saya. anak saya setiap makan sering berdoa dan cuci tangan terlebih dahulu. Kemudian, anak saya saat ini memilih makanan sederhana dirumah dari makanan yang ada di rumah yang mencakup ada karbohidrat, protein, mineral, vitamin. dan bekal sehat ternyata lebih mudah dan bahanya dapar dari mana saja disekitar rumah yang sehat,” kata salah satu orang tua siswa.

Program bancakan ini adalah contoh bahwa inovasi tidak harus selalu soal hal yang besar, modern, atau teknologi tinggi. Terkadang, inovasi terbaik justru bermula dari hal sederhana yang telah hidup di tengah masyarakat sejak lama.

baca juga

Yang diperlukan hanyalah pembacaan ulang terhadap nilai yang terkandung di dalamnya, lalu menerapkannya dengan pendekatan yang relevan.

Pada akhirnya, membangun generasi emas bukan hanya tugas besar pemerintah. Kawan GNFI, budaya lokal serta kearifan masyarakat desa adalah bagian dari ekosistem yang tak terpisahkan.

Melalui program seperti ini, harapan Indonesia Emas tidak hanya berhenti sebagai slogan, tetapi mulai tumbuh nyata dari meja makan anak-anak desa—dari pangan lokal, dari bancakan, dari kebersamaan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.