motif batik khas jogja dari corak hingga makna - News | Good News From Indonesia 2025

7 Motif Batik Khas Jogja, dari Corak hingga Makna di Baliknya

7 Motif Batik Khas Jogja, dari Corak hingga Makna di Baliknya
images info

7 Motif Batik Khas Jogja, dari Corak hingga Makna di Baliknya


Indonesia memiliki beragam motif batik khas setiap daerah masing-masing. Kota Jogja sebagai Kota Batik Dunia pun demikian. Berbagai corak yang ditampilkan pada kain batik pun tak sekadar gambar belaka, melainkan mengandung makna filosofis yang mendalam.

Oleh karenanya, terkadang beberapa batik tidak dianjurkan bahkan dengan tegas disebut tidak boleh digunakan untuk situasi tertentu.

Yuk, bersama-sama gali 7 macam motif batik khas Jogja mulai dari corak hingga makna di baliknya, jadi Kawan bisa memahami konteks waktu kapan batik tersebut bisa dipakai!

Contoh Motif Batik Khas Jogja dan Maknanya

Berikut contoh-contoh motif batik khas dari Kota Jogja:

1. Batik Kawung

Batik Kawung, Salah Satu Motif Batik Khas Jogja | Sumber: Situs Dinas Kebudayaan DIY
info gambar

Batik Kawung, Salah Satu Motif Batik Khas Jogja | Sumber: Situs Dinas Kebudayaan DIY


Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan DIY, motif batik ini pertama dibuat oleh seorang Sultan Kerajaan Mataram dan pertama kali dikenal di Pulau Jawa tepatnya pada abad 13. Mulanya corak kawung muncul di beberapa candi Jawa, sebut saja Prambanan sebagai contoh.

Batik Kawung punya motif menyerupai buah kawung atau sejenis kelapa dan kadang dianggap sebagai aren atau kolang-kaling. Coraknya membawa makna kesempurnaan, kemurnian, dan kesucian.

Ia pun sering dikaitkan dengan kata suwung, diksi bahasa Jawa ini berarti kosong, bermaksud menjadi simbol kekosongan nafsu atau hasrat duniawi sehingga sempurnanya pengendalian diri manusia. Batik Kawung ini juga kerap dikenakan figur Semar yang seringkali dikaitkan dengan sifat bijaksana.

2. Batik Parang

Batik Parang Khas Jogja, Ini Deskripsi Motif dan Makna di Baliknya | Sumber: Laman Museum Sonobudoyo
info gambar

Batik Parang Khas Jogja, Ini Deskripsi Motif dan Makna di Baliknya | Sumber: Laman Museum Sonobudoyo


Laman resmi Museum Sonobudoyo menjelaskan bahwa dalam bahasa Jawa “parang” dapat diartikan sebagai senjata sejenis pedang.

Kekuatan, keberanian, dan semangat juang menjadi nilai-nilai yang ingin ditunjukan melalui motif ini. Selain itu, coraknya yang cenderung teratur dan berulang pun membawa makna tersendiri, yakni keseimbangan dan harmoni kehidupan.

Dulunya Batik Parang digunakan sebagai lambang kedudukan sosial seseorang dan hanya bisa dikenakan bangsawan serta keluarga kerajaan. Namun, seiring berjalannya waktu menjadi populer dan kerap digunakan orang-orang dalam situasi formal dan non-formal.

Banyak orang mengenakannya bersama baju tradisional misalnya kebaya dan kain panjang untuk mengeluarkan aura keanggunan.

3. Batik Truntum atau Taruntum

Motif Truntum Batik Khas Kota Jogja Beserta Deskripsi dan Maknanya | Sumber: perpus.petra.ac.id
info gambar

Motif Truntum Batik Khas Kota Jogja Beserta Deskripsi dan Maknanya | Sumber: perpus.petra.ac.id


Ciri khas batik ini ada pada kecenderungannya untuk menggabungkan beberapa pola geometris besar, mengangkat tema kehidupan masyarakat darat, dan simbol kerajaan. Warnanya pun kerap bernuansa alam, misalnya cokelat dan biru kehitaman.

Hal ini disebut senada dengan kehidupan sosial, budaya, lingkungan Kota Yogyakarta dan Surakarta sebagai lingkup keraton yang dikenal berkarakter halus dan pelan.

Batik Truntum memiliki makna menuntun, karenanya batik ini hanya boleh digunakan orang tua pengantin di acara pernikahan (perpus.petra.ac.id).

4. Batik Ceplok Kembang Kates

Gambar Batik Ceplok Kembang Kates Khas Bantul, Jogja dan Maknanya | Sumber: bantulkab.go.id
info gambar

Gambar Batik Ceplok Kembang Kates Khas Bantul, Jogja dan Maknanya | Sumber: bantulkab.go.id


Ceplok Kembang Kates adalah motif batik yang dikembangkan pemerintah Kota Bantul tepatnya oleh Disperindagkop dan BAPPEDA pasca Kota Jogja ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council (WCC) pada penghujung 2014 silam.

Ada tiga pilihan warna yang bisa dipakai yakni merah, biru, dan hijau. Meski begitu melalui situs resminya pemerintah Kabupaten Bantul menyebut pilihan warna dasar lain bisa disesuaikan masyarakat yang berminat memesannya.

Dewanti menjelaskan bahwa motif utama Batik Ceplok Kembang Kates adalah biji dan bunga kates atau pepaya. Selain itu, ada pula tambahan corak putik, isen-isen, cecek, dan sawut. Motif ini menyimbolkan rasa semangat mempertahankan pengabdian bagi bangsa, negara, serta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bantul.

5. Batik Ciptoning

Dilansir dari database kebudayaan Dinas Kebudayaan DIY, Batik Ciptoning bercorak bidang belah ketupat yang dibingkai oleh motif parang. Bidang belah ketupat itu diberi isian adegan pewayangan dalam cerita Begawan Ciptoning Mintaraga. Kemudian sudut-sudut pertemuan belah ketupat dihias dengan gurdha, lidah api, pohon hayat, meru, dan burung.

Melalui motif tersebut Batik Ciptoning ingin mengisahkan Arjuna yang mesu diri atau dapat menguasai diri sendiri, manembah, manekung sehingga berhasil mengalahkan segala godaan dan hawa nafsu jahat dan menjadi Begawan Ciptoning Mintaraga.

Orang-orang yang mengenakan batik Ciptoning diharapkan bisa meneladani Arjuna yang memiliki jiwa kesatria dan selalu ingat pada Tuhan.

6. Batik Slobok atau Slobog

Batik Slobok kerap dikenakan sebagai baju harian, tetapi kadang juga dikenakan saat upacara kematian atau sebagai busana seni pertunjukan. Punokawan menjadi karakter pewayangan yang menggunakan batik ini.

Batik Slobok memiliki motif bidang-bidang bujur sangkar yang terbagi menjadi empat segi tiga dengan warna putih dan coklat.

Slobok atau dalam bahasa Jawa “lobok” dapat dimaknai longgar. Dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa manusia perlu dilandasi perasaan ikhlas dan lapang hati dalam menjalani tugas dan kewajibannya.

7. Batik Geblek Renteng

Gambar Batik Geblek Renteng Khas Kabupaten Kulon Progo, Jogja | Sumber: Wikimedia Commons @Pratama A.
info gambar

Gambar Batik Geblek Renteng Khas Kabupaten Kulon Progo, Jogja | Sumber: Wikimedia Commons @Pratama A.


Batik Geblek Renteng dikenal sebagai ikon Kabupaten Kulon Progo. Motifnya terinspirasi dari makanan bernama geblek renteng, sajian tradisional khas Kulon Progo serupa angka delapan yang dibuat dari tepung kanji atau tapioka yang diuleni bersama bawang dan garam.

Dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan DIY, motif Batik Geblek Renteng sesuai namanya terdiri dari geblek yang digabung-gabung atau di-renteng yang bermakna kebersamaan masyarakat Kulon Progo untuk membangun kota tercinta. Pola geblek yang naik turun (untu walang) menyimbolkan pemandangan alam Kulon Progo yang variatif, terdiri dari pantai hingga gunung.

Batik ini kerap dikenakan sebagai busana sehari-hari, terutama dipakai oleh pegawai lingkungan daerah dan pelajar Kulon Progo pada hari Kamis. Warnanya beragam sesuai penggunannya, misalnya pada pelajar, warna merah digunakan untuk anak SD, biru untuk SMP, dan hijau untuk SMA.

Sekian informasi seputar 7 motif batik khas Jogja beserta deskripsi corak dan makna di baliknya. Semoga artikel ini menularkan lebih banyak pemahaman bagi Kawan!

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Allicia Dhea lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Allicia Dhea.

AD
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.