Di tengah dunia yang serba cepat dan digital, kita sering lupa untuk menoleh pada akar: bahasa, budaya, dan alam yang menjaga keseimbangan hidup. Namun, di sudut utara Bali, seorang pemuda bernama Gede Andika memilih untuk melangkah ke arah sebaliknya. Ia mendirikan KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa dan Lingkungan), sebuah gerakan sosial yang mengajarkan anak-anak pentingnya melestarikan bahasa daerah dan menjaga lingkungan sekitar.
Langkah Gede terasa relevan hari ini, ketika globalisasi dan modernisasi kerap mengikis identitas lokal. Banyak generasi muda yang mulai meninggalkan bahasa ibu, padahal di sanalah akar budaya dan kebijaksanaan lokal tumbuh.
Lahir dari Keprihatinan, Tumbuh dari Kepedulian
KREDIBALI berawal dari keresahan sederhana: melihat anak-anak di desanya lebih akrab dengan gawai dan bahasa asing ketimbang dengan bahasa Bali. Dari situ, Gede berinisiatif menciptakan ruang belajar alternatif yang menggabungkan pembelajaran bahasa, budaya, dan kesadaran lingkungan.
Melalui metode kreatif seperti dongeng, permainan tradisional, hingga kegiatan menanam pohon, KREDIBALI menjadi wadah di mana anak-anak belajar tanpa merasa digurui. Mereka bermain sambil memahami arti mencintai bahasa dan menjaga alam dengan membayar
Dari Desa Pemuteran ke Panggung Nasional

Perjuangan Gede tidak mudah. Di awal perjalanan, ia harus menghadapi keterbatasan fasilitas dan sumber daya. Namun, semangatnya tidak padam. Ia terus mengajak teman-teman muda lainnya untuk bergabung, membentuk komunitas kecil yang akhirnya mendapat perhatian luas.
Peserta yang ingin mengikuti kursus diminta untuk membayar menggunakan sampah plastik yang mereka kumpulkan dari limbah rumah tangga. Inisiatif ini lahir sebagai upaya menanggapi situasi pandemi COVID-19, ketika para siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran secara tatap muka di sekolah.
Tahun 2021, kerja keras Gede berbuah manis. Ia menjadi penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards kategori Pendidikan tingkat nasional. Penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas dedikasinya, tetapi juga pengingat bahwa perubahan besar sering dimulai dari langkah-langkah kecil di desa.
KREDIBALI: Lebih dari Sekadar Komunitas
Kini, KREDIBALI telah berkembang menjadi gerakan edukatif yang menyentuh banyak aspek kehidupan masyarakat desa. Tidak hanya mengajarkan bahasa Bali, mereka juga:
- Mengadakan kelas literasi lingkungan bagi anak-anak dan remaja.
- Menginisiasi program daur ulang sampah organik dan plastik.
- Melatih guru dan relawan muda untuk menerapkan metode belajar berbasis budaya lokal.
Semua kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, di mana masyarakat menjadi bagian aktif dari setiap kegiatan.
Menghidupkan Semangat “Saling Bantu”
Filosofi hidup masyarakat Bali, menyama braya, yang berarti hidup dalam kebersamaan dan saling bantu menjadi dasar gerakan KREDIBALI. Gede percaya bahwa perubahan tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada gotong royong, empati, dan keberanian untuk terus belajar dari alam serta sesama manusia.
Ketika pandemi melanda, semangat ini justru semakin menyala. Gede bersama KREDIBALI berinisiatif mengadakan kegiatan #SalingBantu, berupa pembagian sembako dan pelatihan ekonomi kreatif bagi warga terdampak. Aksi nyata yang menggambarkan bahwa solidaritas sosial adalah kunci ketahanan komunitas.
Pemuda, Bahasa, dan Alam: Pilar Masa Depan
Kisah Gede Andika mengingatkan kita bahwa pendidikan sejati tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi di setiap tempat yang menumbuhkan nilai dan rasa. Ia adalah bukti bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga jembatan menuju kesadaran ekologis dan sosial.
Dalam era yang penuh distraksi, gerakan seperti KREDIBALI menjadi napas segar: sebuah ajakan untuk kembali mencintai bahasa ibu, menghormati alam, dan menyatukan keduanya dalam harmoni yang lestari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News