merawat wayang merawat jati diri bangsa - News | Good News From Indonesia 2025

Merawat Wayang, Merawat Jati Diri Bangsa

Merawat Wayang, Merawat Jati Diri Bangsa
images info

Merawat Wayang, Merawat Jati Diri Bangsa


Hari Wayang Dunia XI yang digelar dalam rangka memperingati Hari Wayang Dunia pada tanggal 7 November 2025 telah diperingati terlebih dahulu oleh Program Studi Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukkan (FSP), Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada 1 November 2025.

HIMADALISKA (Himpunan Mahasiswa Pedalangan Institut Seni Indonesia Surakarta) bersama mahasiswa Program Studi Pedalangan berhasil melancarkan acara tersebut. Setiap divisi berperan penting dalam menyukseskan kegiatan ini.

Kegiatan tersebut bersifat umum karena bertujuan menjadi wadah pengetahuan dan pelestarian wayang yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.

Pertunjukkan Wayang dan Acara Ruwatan Massal

Pengetahuan dan pelestarian wayang sangatlah penting. Oleh karena itu, Institut Seni Indonesia Surakarta menyelenggarakan acara khusus untuk memperingati Hari Wayang Dunia. Pada tahun ini, acara menampilkan berbagai pertunjukkan wayang yang sangat menarik dan memukau. Kegiatan tersebut diadakan di tiga tempat di lingkungan ISI Surakarta, yaitu Pendhapa Ageng, Teater Besar, dan Teater Kecil.

Sebelum pertunjukkan wayang dimulai, diselenggarakan acara Ruwatan Massal oleh Ki H. Sukron Suwondo, seorang dalang dari Ngesthi Budaya Blitar. Dilansir dari indonesiakaya.com, Ruwatan Massal merupakan tradisi pembebasan atau penyucian diri manusia dari dosa dan kesalahannya yang diyakini dapat membawa kesialan dalam hidupnya.

Pameran Wayang dan Edukasi

Selain Ruwatan Massal dan pertunjukkan wayang, acara tersebut juga menghadirkan pameran wayang. Pameran ini menampilkan hasil karya para mahasiswa serta para dalang yang turut tampil dalam acara tersebut. Dalam pameran, pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan dan keestetikan wayang, tetapi juga memperoleh pengetahuan tentang dunia wayang dan pedalangan yang dijelaskan oleh panitia penyelenggara.

“Tujuan diadakannya pameran wayang ialah untuk memperkenalkan wayang yang tidak hanya berasal dari Solo, tetapi juga dari daerah lain seperti Cirebon, Banyumas, Yogyakarta, dan lainnya”, ujar Galih Wisnu Permadi, perwakilan panitia penyelenggara.

Dalam pameran tersebut dijelaskan pula bahwa wayang dinilai berdasarkan tiga aspek utama, yaitu Tatah (teknik memahat), Sunggingan (teknik pewarnaan), dan Wanda (ekspresi wajah wayang yang menggambarkan karakternya).

Kelestarian Wayang

Wayang merupakan seni pertunjukkan budaya yang berasal dari Indonesia, khususnya Jawa. Wayang adalah aset bangsa yang harus dilestarikan karena berfungsi sebagai media edukasi, hiburan, sekaligus mengandung nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, diperlukan generasi penerus yang mampu menjadi pengrajin wayang maupun dalang.

“Hambatan dalam pelestarian wayang di Indonesia disebabkan oleh sedikitnya jumlah pengrajin wayang, dan hanya beberapa daerah yang memiliki banyak pengrajin wayang”, ujar Galih Wisnu Permadi, perwakilan panitia penyelenggara.

Untuk melestarikan wayang, perlu diadakan kegiatan seperti pameran maupun pertunjukkan. Menurut Galih Wisnu Permadi, perwakilan panitia penyelenggara, “Mahasiswa Pedalangan ISI Surakarta mengadakan acara peringatan Hari Wayang Dunia sebagai bentuk pelestarian wayang di Indonesia, karena pada zaman modern saat ini banyak anak muda yang kurang berminat terhadap wayang. Tujuannya agar wayang tidak terkikis oleh perkembangan zaman”.

Penutup

Melalui peringatan Hari Wayang Dunia XI ini, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan melestarikan seni wayang sebagai warisan budaya bangsa. Berbagai kegiatan seperti pertunjukkan, Ruwatan Massal, dan pameran wayang tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, tetapi juga sarana edukasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal nilai-nilai luhur di balik wayang.

Dengan semangat generasi muda dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan seni wayang tetap lestari, dicintai, dan mampu beradaptasi di tengah arus modernisasi tanpa kehilangan jati dirinya sebagai identitas budaya Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MI
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.