ratih kartika ibu rumah tangga di bengkulu pendiri yayasan sahabat rakyat indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Ratih Kartika, Ibu Rumah Tangga di Bengkulu Pendiri Yayasan Sahabat Rakyat Indonesia

Ratih Kartika, Ibu Rumah Tangga di Bengkulu Pendiri Yayasan Sahabat Rakyat Indonesia
images info

Ratih Kartika, Ibu Rumah Tangga di Bengkulu Pendiri Yayasan Sahabat Rakyat Indonesia


Di tengah kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga, Ratih Kartika memilih jalan yang tak biasa. Ia bukan hanya mengurus keluarga, tapi juga merawat mimpi anak-anak di Bengkulu agar memiliki kesempatan belajar yang lebih baik. Sosoknya menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah, dari niat sederhana untuk berbagi ilmu dan semangat.

Sejak lama Ratih percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan. Namun, ia melihat kenyataan yang tidak mudah: masih banyak anak-anak di sekitar tempat tinggalnya yang kesulitan mengakses pendidikan berkualitas. Dari keprihatinan itu, lahirlah gerakan kecil yang kemudian tumbuh menjadi wadah besar bernama Yayasan Sahabat Rakyat Indonesia (Yasara Indonesia), yang ia dirikan pada 5 September 2015.

Yasara Indonesia hadir sebagai ruang belajar alternatif, tempat anak-anak dan masyarakat bisa tumbuh bersama melalui literasi, pelatihan karakter, dan kegiatan sosial. Bagi Ratih, setiap langkah kecil dalam pendidikan akan selalu berarti, karena setiap anak berhak bermimpi tanpa batas.

Ibu Rumah Tangga dengan 18 Judul Buku

Selain aktif di masyarakat, Ratih juga dikenal sebagai penulis produktif. Hingga kini, ia telah menulis 18 judul buku yang mengangkat tema-tema pendidikan, sosial, dan inspirasi perempuan. Tulisan-tulisannya bukan hanya cerita, tetapi cerminan pengalaman hidup dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Menulis bagi Ratih adalah bentuk pengabdian lain. Ia menggunakan kata-kata untuk menginspirasi dan mengedukasi, membagikan semangat agar lebih banyak orang ikut terlibat dalam gerakan sosial. Dalam sebuah wawancara bersama Tribun Bengkulu (Juli 2024), Ratih menyebut bahwa menulis membantunya memahami hidup dari sisi yang lebih luas, bahwa setiap peran, baik sebagai ibu, istri, maupun relawan, bisa berjalan beriringan.

“Menulis membuat saya tetap waras, tetap berpikir positif, dan terus belajar,” ujarnya. “Saya ingin membuktikan bahwa ibu rumah tangga juga bisa menjadi agen perubahan.”

Membangun Gerakan Bernama Sahabat Pendid an Indonesia

Melalui Yasara Indonesia, Ratih juga melahirkan gerakan Sahabat Pendidikan Indonesia (SPI), sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memperluas akses pendidikan di Bengkulu. SPI menjadi jembatan antara relawan muda, guru, dan anak-anak di pelosok agar proses belajar tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.

Program SPI meliputi kegiatan Rumah Baca, Kelas Inspiratif, hingga pelatihan keterampilan dasar untuk anak dan remaja. Semua dirancang dengan pendekatan kreatif, agar belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bermakna. Ratih percaya bahwa pendidikan harus menyentuh hati, bukan sekadar memenuhi kurikulum.

“Anak-anak akan belajar dengan semangat kalau mereka merasa dicintai dan didengarkan,” tuturnya. Itulah sebabnya, setiap kegiatan Yasara dan SPI selalu mengedepankan nilai empati dan kebersamaan.

Tantangan di Tengah Jalan

Membangun gerakan pendidikan berbasis komunitas tentu tidak mudah. Ratih sering menghadapi keterbatasan dana, jarak tempuh yang jauh antarwilayah, hingga kurangnya fasilitas belajar. Namun, di balik setiap rintangan, selalu ada tangan-tangan sukarelawan yang siap membantu.

Bersama timnya, Ratih mengadakan kegiatan di berbagai desa terpencil di Bengkulu. Mereka membawa buku-buku, alat tulis, dan semangat untuk mengajar. Tak jarang, kegiatan dilakukan di balai desa, rumah warga, bahkan di teras rumah penduduk. Semua dilakukan dengan sukarela, tanpa pamrih.

Dedikasi itu kemudian mendapat pengakuan nasional. Pada tahun 2023, Ratih Kartika terpilih sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 untuk kategori Pendidikan di tingkat provinsi Bengkulu. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa kiprahnya di dunia pendidikan benar-benar membawa dampak nyata bagi masyarakat.

Menghidupkan Literasi, Menyebarkan Harapan

Salah satu kontribusi terbesar Ratih adalah membangun budaya literasi di kalangan anak-anak Bengkulu. Ia percaya, membaca adalah awal dari segalanya, dari buku, lahir pengetahuan, imajinasi, dan keberanian untuk bermimpi. Melalui program Gerakan 1000 Buku untuk Bengkulu, Yasara Indonesia berhasil mengumpulkan dan menyalurkan ribuan buku bacaan ke daerah-daerah yang belum terjangkau perpustakaan.

Kegiatan literasi ini juga melibatkan banyak pihak, mulai dari mahasiswa, guru, hingga komunitas muda yang peduli pendidikan. Tak jarang, Ratih turun langsung membacakan buku untuk anak-anak, berbagi cerita, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan.

“Pendidikan bukan hanya soal nilai ujian, tapi juga bagaimana membentuk manusia yang berempati,” ujarnya.

Dari Bengkulu, Untuk Indonesia

Kini, Yasara Indonesia telah menjadi simbol gerakan sosial yang lahir dari hati. Melalui lembaga ini, Ratih tidak hanya membantu anak-anak belajar, tetapi juga memberdayakan perempuan dan masyarakat sekitar untuk ikut aktif di bidang sosial. Ia membuka ruang bagi siapa saja yang ingin berkontribusi, karena baginya, setiap orang memiliki potensi untuk membawa perubahan.

Ratih sering mengatakan bahwa perjuangannya bukan tentang popularitas, melainkan keberlanjutan. Ia ingin memastikan bahwa semangat belajar ini terus hidup, bahkan tanpa dirinya nanti. “Saya hanya memulai, tapi saya ingin banyak orang melanjutkan,” katanya lembut.

Kini, Yasara Indonesia memiliki puluhan relawan yang tersebar di berbagai daerah di Bengkulu. Mereka mengajar, mendampingi anak-anak, dan mengembangkan program pendidikan berbasis kebutuhan lokal. Dari satu langkah kecil, gerakan ini berkembang menjadi jaringan harapan yang menginspirasi banyak orang.

Harapan yang Tak Pernah Padam

Ratih Kartika percaya bahwa pendidikan adalah jalan menuju perubahan sosial. Ia membuktikan bahwa seorang ibu rumah tangga pun bisa menjadi pionir gerakan pendidikan di daerahnya. Dengan semangat dan ketulusan, Ratih mengubah keterbatasan menjadi peluang, dan menjadikan Bengkulu sebagai pusat inspirasi baru di bidang pendidikan komunitas.

Perjalanannya mengajarkan satu hal penting: bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan, selama ada kemauan untuk berbagi dan mencintai. Dari ruang kecil di rumahnya, Ratih menyalakan api perubahan yang kini menerangi masa depan banyak anak di Bengkulu, bahkan mungkin, suatu hari nanti, Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.