Dalam dunia yang serba cepat dan beragam perbedaan, kolaborasi antar negara merupakan salah satu jembatan bagi kita untuk saling bekerja sama maupun berkolaborasi. Suasana yang menyenangkan itu hadir di Kedutaan Sri Lanka untuk Indonesia pada 1 November kemarin.
Lewat dari program Embassy Visit yang di selenggarakan oleh GNFI, para peserta tak hanya datang untuk sekedar berkunjung saja, tapi mereka banyak belajar dari mulai sejarah, kebudayaan bahkan dengan tarian khas Sri Lanka. Banyak dari peserta larut dengan keingintahuan antar dua negara yang memiliki sejarah panjang dalam maritim.
Hubungan antara Indonesia dan Sri Lanka sendiri bukanlah suatu hal baru. Dua negara ini sudah terhubung dari zaman lampau ketika Indonesia dan Sri Lanka menjadi jalur perdagangan rempah dan jalur pertukaran budaya di kawasan Samudera Hindia.
Kini hubungan itu dipertemukan kembali lewat seni tari dan musik.
Acara tersebut menyuguhkan sesuatu yang tidak biasa, perpaduan budaya hadir dalam sebuat tarian yang menggabungkan tarian tradisional Sri Lanka dengan tarian khas Indoesia, seperti tari Tor-Tor, Ratoh Jaroe, Tari Pendet, dan Tari Minang.
Hasil yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan, pertunjukannya seakan merepresentasikan bahwa perbedaan bahasa dan budaya, dapat menyatu dengan indah lewat gerak tarian dan irama.
Setiap hentakan dan gerakan yang ditampilkan bukanlah sekadar memperlihatkan keindahan tari, namun lewat gerakan tersebut membawa makna dalam, bahwa kebudayaan merupakan soft diplomacy yang mampu menyatukan dua bangsa.
Lewat tarian khas Sri Lanka yang dinamis, bersatu dengan gerakan tarian nusantara yang kaya akan ekspresi, para penonton yang melihat pun seakan sedang berada dalam perjalanan panjang dan menakjubkan dari Colombo di Sri Lanka sampai ke Bali di Indonesia.
Workshop tari yang diadakan di hari yang sama pun tak kalah seru malah memperkuat kolaborasi antar dua negara, para peserta bisa langsung praktik untuk mencoba langsung gerakan-gerakan tarian khas Sri Lanka, sambil mengenal dan memaknai filosofi dari gerakan tarian tersebut.
Rasanya seperti tidak ada batas antar dua kebudayaan ini, semua terlihat antusias dan semangat untuk mencoba gerakan tarian khas Sri Lanka.
Apa yang dilakukan oleh Kedutaan Sri Lanka menunjukan bahwa diplomasi tidak hanya hadir dalam meja rapat perundingan dengan pembahasan yang rumit, namun diplomasi bisa hadir dalam panggung tari, aliran musik atau interaksi antarmanusia yang menciptakan kebergaman yang hangat.
Inilah sebuah bentuk cultural diplomacy, muncul dengan hal sederhana yang memunculkan sikap saling menghargai dan menghormati antar budaya.
Kolaborasi yang terjadi antara Sri Lanka dan Indonesia menjdai pengingat bahwa kedua bangsa ini pernah menjadi bagian dari sejarah maritim Samudera Hindia, dua negara ini sama sama menjadi tempat untuk bertukar budaya, ide pikiran dan spiritualitas.
Para peserta banyak mendapat pelajaran baru dalam kegiatan ini, dikemas menggunakan seni Tari dan aliran musik, rasanya seperti menghidupkan kembali sejarah yang dulu ada.
Dengan dibawakan melalui kreatifitas dan modern sama sekali tidak menghilangkan nilai dan kebudayaan yang asli, malah sangat menarik perhatian.
Pertunjukan tersebut meninggalkan kesan yang bermakna bagi siapapun yang hadir, bukan hanya lewat tarian yang ditampilkan saja, tapi dari kesan persahabatan yang kuat antaran Indonesia dan Sri Lanka.
Tampak dari gerakan serta alunan musik yang mengalun, memperlihatkan sebuah harapan bagi dua bangsa tersebut untuk selalu menari bersama untuk saling menghargai.
Lewat irama yang sama, menunjukan bahwa harmoni tidak hanya menyamakan sebuah gerakan namun dapat menyatukan tujuan untuk selalu menjaga perdamaian di dunia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News