Stigma lekatnya sebagai bahan pangan yang merakyat, membuat tempe kerap dianggap sebagai makanan kelas bawah ditambah lagi ungkapan ‘mental tempe’ yang kerap jadi istilah satire membuat tempe bak kudapan lemah yang sulit untuk berkembang.
Tempe dikembangkan di Jawa sebelum abad ke-16. Awalnya, tempe berasal dari kata Jawa kuno 'tumpi' yang berarti makanan berwarna putih padahal tempe awalnya dibuat dari kedelai hitam. Tempe juga ditemukan dalam manuskrip Serat Centhini jilid 3 yang menceritakan perjalanan Mas Cebolang dari Candi Prambanan ke Panjang dan singgah di dusun Tembayat, Kabupaten Klaten, yang dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat dengan salah satu lauknya adalah Brambang Jae Santen Tempe.
Kaya akan protein dan dibuat dari kedelai yang difermentasi dengan cara disesuaikan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan kapang atau jamur, tempe menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae dalam proses pertumbuhannya. Karena hal ini pula, tempe pernah menjadi penyelamat rakyat Indonesia pada masa perang di bawah penjajahan Jepang dan Belanda.
Begitu banyak sejarah dan stigma yang melekat pada tempe, ditangan Benny Santoso, tempe menjadi inspirasi tugas akhir kuliahnya saat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, jurusan Manajemen Tata Boga.
Benny melakukan eksperimen hingga berhasil membuat inovasi yang mengangkat kualitas tempe jadi lebih naik kelas. Sederhana dan murah, tempe adalah warisan dari nenek moyang menjadi kunci bagi Benny Santoso untuk mengembangkan tempe, tanpa menghilangkan makna aslinya.
Meski sering dikatakan camilan dan tempe bisa jadi lauk sehari-hari yang merakyat, di tangan Benny tempe bahkan bisa naik kelas menjadi produk makanan dengan branding 'Tempe Man' yang dikenal hingga saat ini.
Dari Tugas Akhir jadi Motivasi Usaha
Berbagai eksperimen yang Benny lakukan demi memberikan inovasi berbahan dasar tempe, Benny menemukan ide kreatif pertamanya yakni mengolah tempe dengan ditambahkan rasa yaitu tempe keju, yang menariknya tempe keju ini cocok di lidah dosen penguji Tugas Akhir dan teman-teman kampusnya.
Hasilnya membuat Benny semakin termotivasi untuk terus mengembangkan inovasi yang ia ciptakan dan dari sini pula Benny mulai mencoba memasarkan produknya meski mengalami fluktuasi penjualan.
Pertama, Benny menggunakan 25 kilogram kedelai sebagai bahan dasar tempe, percobaan awal hasilnya gagal total. Tak menyerah, ia terus mencoba berulang kali hingga berhasil menemukan formulasi yang tepat.
Dengan harga Rp10.000, Benny mulai menawarkan produknya kepada tetangga berkebangsaan Eropa di Bali. Dari sini, dia menerima saran dan masukkan lain untuk mengkreasikan tempe menjadi produk makanan lain seperti kue kering. Benny sangat bangga dengan masukan yang diberikan hingga dari situ pula Benny terus mengembangkan berbagai varian tempe inovatifnya.

Tempe Man Chips | Foto: Instagram/@tempeman.id
Tempe bukan sekadar makanan biasa, bisnis tempe Benny makin berkembang hingga diberi nama IniTempe (Innovate New Idea with Tempe) yang digagas pertama kali pada tahun 2016 dan kini dikenal dengan produk ‘Tempe Man’. Nama Ini sangat bermakna dan sederhana hingga mengisyaratkan bahwa tempe bisa jadi makanan kebanggaan dari Indonesia.
Modal awal yang Benny gunakan sebesar Rp3,5 juta. Dari jumlah itu, dia menyisihkan Rp3 juta untuk membeli mesin pengolah tempe dan Rp500.000 untuk bahan makanan harian. Dengan begitu, dia bisa terus memproses tempe dan akhirnya lambat laun tempenya mulai dikenal hingga memperoleh omset sampai Rp100 juta per bulan sampai saat ini.
Berbagai jenis olahan tempe dengan berbagai rasa, seperti pedas gurih, manis gurih, gurih rendah natrium, serta rasa khas yang membuat produknya kini semakin diminati oleh konsumen.
Benny mulai dikenal karena inovasinya dan mendapat julukan ‘Tempe Man’. Bukan hanya sebagai julukan, tetapi ‘Tempe Man’ juga menjadi misinya sebagai pahlawan super dalam bidang gastrodiplomasi.
Baca juga: Biskuit Nike: Dari Ikan Lokal Gorontalo Jadi Camilan Praktis, Bergizi, dan Anti-Stunting
Pandemi Membawa Berkah
Meski awalnya mengalami naik turunnya omset selama pandemi karena jauh dari pemasok offline, Benny kemudian mencari peluang baru melalui toko online. Hal ini ternyata memberikan dampak signifikan terhadap penjualan produknya.
Pandemi justru memberikan berkah bagi usaha Benny. Karena adanya pembatasan mobilitas dan masyarakat yang mulai beralih ke gaya hidup sehat, keinginan orang untuk mencoba makanan real food semakin meningkat, terutama pada produk olahan tempe Benny dengan ragam camilan modern seperti kue kering (cookies), keripik (chips), dan coklat bar (energy bar),ice cream, dan Gym Powder yang dapat dicampur pada smoothies.

Tempe Man Healthy Products | Foto: Instagram/@tempeman.id
Benny terus mengembangkan inovasinya sebagai upaya untuk memperkenalkan makanan tradisional Nusantara sebagai bagian dari warisan budaya. Tujuannya adalah mempromosikan Indonesia secara global dengan menyajikan tempe sebagai senjata utamanya.
Benny juga menginisiasi workshop khusus untuk pembuatan tempe baik untuk warga lokal maupun warga asing saat berkunjung ke Bali. Hal ini juga membantu menyebarluaskan tempe sebagai alat diplomasi budaya sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap makanan Indonesia secara global.
Atas karya inovatif dan dedikasinya, Benny Santoso mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards 2021 dalam kategori kewirausahaan oleh PT Astra International, Tbk, karena kontribusinya dalam gastrodiplomasi dan pemberdayaan masyarakat melalui makanan yaitu tempe.
Selain itu, Benny juga bekerja sama dengan petani lokal sebagai pemasok utama bahan baku kedelai. Hal ini membuat produk tempe Benny turut mendukung pemberdayaan petani lokal sekaligus memberikan bahan baku yang berkualitas.
Dalam proses produksinya, Benny kini memulai kerjasama dengan mitra produksi sehingga efisiensi logistik dan biaya operasional meningkat. Produk ‘Tempe Man’ yang dihasilkan juga tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional tempe meski diubah menjadi produk yang lebih modern.
Dengan bekerja sama bersama petani lokal, produsen rumahan, penjualan online, dan mitra industri pariwisata, kini Benny berhasil membangun jaringan bisnis yang kuat dan dinamis untuk usahanya dan hal ini juga secara tidak langsung membantu mempromosikan budaya Indonesia melalui makanan yang menarik perhatian banyak orang untuk mengetahui asal usul makanan tersebut atau dikenal dengan gastrodiplomasi.
Memiliki usaha dan tempat edukasi (workshop) bisa menjadi sarana promosi budaya bagi negara. Banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Bali, lalu jatuh cinta pada tempe yang dibuat oleh Benny.
Dari sini, popularitas tempe terus meningkat, ditambah lagi Indonesia telah berhasil mendaftarkan tempe sebagai warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO, berdasarkan sejarah dan popularitasnya di masyarakat yang terkait erat dengan citra nenek moyang Indonesia.
#kabarbaiksatuindonesia
Baca juga: Warteg Gratis By Edho Zell Berbagi Untuk Sesama Nan Bermakna
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News