Pidato dan sambutan merupakan hal lumrah yang bisa Kawan jumpai pada peringatan Hari Pahlawan Nasional. Biasanya pemimpin di sebuah wilayah yang memimpin upacara peringatan ini akan memberikan pidato yang berkaitan dengan momentum tersebut.
Hal yang sama juga pernah terjadi pada saat peringatan Hari Pahlawan Nasional di Yogyakarta pada 1959 silam. Sri Sultan Hamengkubuwana IX yang pada waktu itu menjadi Gubernur Yogyakarta juga turut memberikan pidato terkait momen peringatan ini.
Namun pidato yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX pada waktu itu tidak disampaikan secara langsung di hadapan peserta upacara pada umumnya. Akan tetapi, pidato yang disampaikan tersebut disiarkan di radio lewat Radio Republik Indonesia atau RRI.
Dalam pidatonya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX sempat membahas tentang sosok pahlawan yang sebenarnya. Lantas apa isi pidato radio yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX yang disiarkan secara langsung oleh RRI pada waktu itu?
Pidato Sri Sultan Hamengkubuwana IX di RRI pada Peringatan Hari Pahlawan Nasional 1959
Dinukil dari artikel "Pidato Radio Sri Sultan Menjongsong Hari Pahlawan" yang terbit di surat kabar Nasional edisi 10 November 1959, pidato radio ini disampaikan oleh Sri Sultan beberapa hari sebelum peringatan Hari Pahlawan Nasional pada 1959. Pidato ini tepatnya disampaikan pada 6 November 1959.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, pidato Sri Sultan ini disiarkan secara luas lewat RRI pada waktu itu. Siaran pidato radio ini sendiri mulai diputar pada 21.10 WIB.
Dalam pidatonya, Sri Sultan menghimbau agar semua masyarakat bisa merayakan Hari Pahlawan Nasional dengan baik dan khidmat. Selain itu, masyarakat juga diharapkan bisa memahami dan menerapkan nilai yang diwariskan oleh para pahlawan untuk menjadi bekal di kehidupan yang akan datang.
Singgung Soal Sosok Pahlawan
Sri Sultan juga menyinggung sosok pahlawan yang sebenarnya dalam pidato radio tersebut. Sri Sultan menyebutkan bahwa sosok pahlawan merupakan orang yang tulus dan ikhlas.
Seseorang bisa disebut sebagai pahlawan jika dia tidak mendahulukan kehendak dan keinginan pribadinya. Alih-alih berbuat seperti itu, sosok pahlawan justru lebih mementingkan keperluan umum dan orang banyak.
Tidak jarang, seorang pahlawan rela mengorbankan apa yang dia miliki agar bisa mencapai hal tersebut. Sri Sultan mencontohkan sosok pahlawan lewat para pejuang yang rela mengorbankan nyawanya untuk mencapai tujuan bersama.
Semangat inilah yang membuat seseorang menjadi sosok pahlawan yang sebenarnya. Dirinya rela berkorban mati-matian tanpa berharap dibalas dengan pujian di kemudian harinya.
Harapan Sri Sultan Hamengkubuwana IX
Meskipun para pahlawan tidak mengharapkan pujian, Sri Sultan menyebutkan bahwa sudah selayaknya bagi masyarakat untuk tetap menghargai jasa para pejuang tersebut. Sebab bangsa yang menghargai para pahlawannya merupakan contoh bangsa yang besar dan berjaya.
Lewat peringatan Hari Pahlawan Nasional, semua bangsa Indonesia bisa melihat kembali apa yang sudah dilalui sebelumnya. Apa yang sudah terjadi sebelumnya tersebut justru menjadi pondasi agar Indonesia bisa dapat bergerak maju.
Di akhir, Sri Sultan menutup pidato radionya lewat harapan yang disampaikan ke seluruh masyarakat Yogyakarta. Sri Sultan berharap bahwa peringatan Hari Pahlawan Nasional bisa berlangsung dengan khidmat, terlebih perayaan momentum ini pada tahun tersebut dipusatkan di daerah Yogyakarta.
Sri Sultan juga berharap agar semua orang bisa memiliki semangat dan jiwa pahlawan sebagai bekal menuju arah kejayaan bangsa sepanjang masa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News