Di tengah hiruk pikuk berita perkotaan, kabar segar datang dari lereng pegunungan di Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, sepetak tanah subur menyimpan emas kuning yang semakin menjanjikan yaitu nanas madu. Komoditas ini semakin mendapat perhatian sebagai penggerak ekonomi lokal sekaligus ikon desa, dan komoditas ini bukan sekadar hasil panen biasa, melainkan pendorong utama roda perekonomian desa, bahkan disebut-sebut sebagai kunci menuju desa wisata yang berbasis agrobisnis.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Belik berprofesi sebagai petani terutama petani nanas. Nanas menjadi buah-buahan yang paling banyak ditanam di Kecamatan Belik. Produksi nanas ini sudah sangat terkenal di berbagai daerah di Jawa Tengah. Usaha tani nanas menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat Kecamatan Belik terutama di Desa Bulakan sendiri, pendapatan yang diperoleh dari usaha tani tersebut digunakan sebagai penunjang kebutuhan sehari-hari.
Pesona si Emas Kuning yang Mengguncang Pasar
Nanas madu belik, yang identik dengan rasa manis alami dan ukurannya yang pas, telah lama menjadi ikon kebanggaan Kabupaten Pemalang. Meskipun sentra utama nanas berada di wilayah Kecamatan Belik, Desa Bulakan adalah salah satu desa penting yang turut menyumbang limpahan hasil panen unggulan ini.
Budidaya nanas madu di Kecamatan Belik yang mencakup desa-desa seperti Bulakan, Beluk, dan Sikasur memiliki luas lahan yang sangat besar, mencapai ribuan hektare. Kontribusi dari wilayah ini terhadap total produksi nanas Pemalang bahkan dilaporkan mencapai lebih dari 90%. Hal ini menunjukkan betapa berperannya Desa Bulakan dan sekitarnya dalam rantai pasok nanas madu nasional. Dengan kondisi demikian, Desa Bulakan tampak berada di persimpangan antara pertanian tradisional dan peluang baru berupa agritourism (wisata pertanian) dan pengembangan nilai tambah lokal.
Menurut data, rata-rata petani nanas di Desa Bulakan memperoleh pendapatan yang cukup menjanjikan setelah memperhitungkan biaya produksi dan perawatan. Meski demikian, mereka masih menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga, kebutuhan peningkatan teknologi budidaya, dan akses pemasaran yang lebih luas.
Desa Bulakan tercatat sebagai desa wisata rintisan melalui program dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, dengan nanas madu sebagai salah satu daya tarik utama. Model wisata petik nanas ditargetkan untuk menarik pengunjung, mengedukasi tentang budidaya, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi warga. Hal ini membuka harapan bahwa buah manis ini tidak hanya dinikmati oleh konsumen tetapi menjadi penggerak kesejahteraan warga.
Transformasi Desa: Dari Kebun ke Destinasi Wisata
Kabar baiknya, potensi besar ini tidak berhenti di ladang saja. Pemerintah desa bersama masyarakat, didukung oleh berbagai pihak, kini aktif bertransformasi. Desa Bulakan tengah dipersiapkan menjadi bagian dari Desa Wisata Nanas Madu Pemalang (Dewi Nadulang). Selain itu, Desa Bulakan yang memiliki jalur akses provinsi, meski tergolong desa agraris menunjukkan bahwa desa dengan kondisi geografis yang relatif strategis dapat mengembangkan potensi komoditas unggulan tanpa harus menjadi kota besar.
Bila dukungan pemerintah, swasta, dan komunitas lokal berjalan sinergis, bukan tidak mungkin desa ini akan menjadi contoh sukses transformasi desa agraris menjadi pusat komoditas unggulan yang berkelanjutan. Dengan komitmen itu menjadi kunci agar si emas kuning Pemalang dapat terus bersaing di pasar yang lebih luas.
Kata pepatah “Buah manis tak hanya tumbuh di ladang yang berpangku tangan.” Desa Bulakan menunjukkan bahwa dengan semangat, inovasi, dan keberanian untuk menggarap potensi lokal yaitu nanas madu manis tidak hanya diserap pasar, akan tetapi menjadi sebuah simbol pengembangan potensi desa.
Keberhasilan budidaya nanas madu ini adalah cerminan dari kegigihan petani lokal dalam memanfaatkan kondisi geografis yang ideal. Desa Bulakan, dengan lokasinya yang strategis dan kondisi alam yang mendukung, menjadi contoh nyata bagaimana komoditas pertanian dapat menjadi lokomotif pembangunan dan kesejahteraan desa.
Ini adalah kisah manis tentang potensi daerah, tentang komitmen untuk maju, dan tentang buah yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghidupkan harapan di kaki Gunung Slamet. Nanas Madu Bulakan membuktikan bahwa kabar baik dari sektor budidaya buah-buahan di Indonesia masih terus bersemi, secerah warna kuning buahnya.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News