Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, kita terbiasa menyalakan alarm untuk banyak hal, bangun pagi, mengingatkan pekerjaan, bahkan sekadar menyiram tanaman. Namun, pernahkah kita terpikir untuk menyalakan alarm demi keselamatan ibu dan bayi? Di Kalimantan Selatan, seorang bidan bernama Susilawati menjawab pertanyaan itu lewat inovasi sederhana namun bermakna: “MAKAN APEL”, singkatan dari Mari Nyalakan Alarm Persalinan.
Program ini lahir dari kepedulian terhadap tingginya angka kematian ibu melahirkan di daerah pedesaan. Tidak jarang, banyak ibu hamil datang terlambat ke fasilitas kesehatan karena tidak menyadari tanda-tanda persalinan atau kurangnya persiapan menuju waktu melahirkan. Melihat kenyataan itu, Susilawati dari Puskesmas Uren, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, menciptakan sistem peringatan dini yang bukan hanya inovatif, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan.
Latar Belakang: Dari Keresahan Menjadi Inovasi
Susilawati menyaksikan sendiri bagaimana jarak, keterbatasan informasi, dan minimnya kesadaran menjadi penghalang utama keselamatan ibu hamil di wilayahnya. Banyak ibu melahirkan tanpa pendampingan tenaga kesehatan, atau bahkan tidak sempat dirujuk karena keterlambatan deteksi.
Dari situ, ia mencetuskan ide MAKAN APEL, yaitu sistem alarm persalinan berbasis edukasi dan kolaborasi komunitas. Melalui program ini, ibu hamil dan keluarganya diberi pemahaman tentang tanda-tanda persalinan, rencana rujukan, serta pentingnya kesiapan mental dan logistik menjelang kelahiran.
Nama “MAKAN APEL” sendiri mudah diingat dan sarat makna positif, seperti makan buah yang menyehatkan, program ini diharapkan menjadi kebiasaan baik untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi.
Cara Kerja Program “MAKAN APEL”
Konsepnya sederhana namun efektif. Setiap ibu hamil di wilayah binaan akan:
- Mendapatkan kartu alarm persalinan berisi tanggal perkiraan lahir (HPL), nomor kontak tenaga kesehatan, dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
- Diedukasi tentang pentingnya mengenali gejala persalinan dan kapan harus segera menghubungi bidan atau fasilitas kesehatan.
- Melibatkan keluarga dan kader desa untuk menjadi pengingat aktif, seolah menjadi “alarm hidup” bagi ibu hamil di sekitar mereka.
- Dilengkapi dengan sistem pencatatan sederhana di Puskesmas agar tenaga kesehatan dapat memantau kesiapan setiap calon ibu menjelang waktu melahirkan.
Dengan pendekatan ini, bukan hanya ibu hamil yang waspada, tetapi seluruh masyarakat ikut ambil peran dalam memastikan proses kelahiran berjalan aman.
Dampak Nyata di Lapangan
Sejak diterapkan, program MAKAN APEL terbukti memberikan dampak signifikan di Kalimantan Selatan. Kasus keterlambatan rujukan menurun, dan angka ibu hamil yang melakukan pemeriksaan rutin meningkat. Lebih dari itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan bayi turut meningkat.
Program ini bahkan berhasil memenangkan lomba inovasi tingkat daerah, mengalahkan berbagai inisiatif kesehatan lainnya. Namun bagi Susilawati, penghargaan bukanlah tujuan utama. Ia hanya ingin memastikan setiap ibu di pelosok Balangan dapat melahirkan dengan aman dan bahagia.
Salah satu kekuatan program ini adalah keterlibatan lintas pihak. Tidak hanya tenaga medis, tetapi juga pemerintah desa, kader posyandu, hingga suami dan keluarga dilibatkan aktif. Edukasi dilakukan dengan cara yang sederhana — melalui pertemuan warga, arisan, hingga kegiatan PKK.
Pendekatan ini membuat masyarakat merasa memiliki program tersebut. Dengan begitu, pesan kesehatan tidak berhenti di ruang klinik, tapi mengalir di antara percakapan sehari-hari.
Selain itu, inovasi ini menumbuhkan budaya gotong royong dalam menjaga kesehatan ibu hamil, sesuatu yang menjadi identitas kuat masyarakat Kalimantan Selatan.
Menginspirasi Indonesia
Inovasi MAKAN APEL menjadi contoh bahwa perubahan besar bisa lahir dari ide sederhana yang dijalankan dengan hati. Program ini kini menjadi inspirasi bagi berbagai daerah lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa — terutama dalam memastikan keamanan ibu dan bayi di wilayah terpencil.
Susilawati berhasil membuktikan bahwa inovasi di bidang kesehatan tidak selalu membutuhkan teknologi canggih, tetapi cukup dengan empati, komitmen, dan komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan dan masyarakat.
Di tengah gempuran berita negatif dan tantangan dunia kesehatan, kisah Susilawati dan program MAKAN APEL menghadirkan cahaya optimisme. Alarm yang ia nyalakan bukan sekadar pengingat waktu persalinan, melainkan simbol kepedulian dan kesiapsiagaan yang menyelamatkan nyawa.
Melalui tangan-tangan kecil yang bekerja dengan tulus di desa, harapan besar untuk masa depan ibu dan anak Indonesia terus menyala — karena setiap detik dalam proses kelahiran adalah momen yang tak ternilai.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News