umr indonesia vs malaysia siapa yang lebih sejahtera - News | Good News From Indonesia 2025

UMR Indonesia vs Malaysia: Siapa yang Lebih Sejahtera?

UMR Indonesia vs Malaysia: Siapa yang Lebih Sejahtera?
images info

UMR Indonesia vs Malaysia: Siapa yang Lebih Sejahtera?


Kawan GNFI, setiap kali UMR (Upah Minimum Regional) diumumkan, media sosial langsung ramai. Banyak yang membandingkan Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia. Namun, benarkah UMR tinggi otomatis berarti hidup lebih sejahtera?

Dilansir dari Aksamedia, per 2025, upah minimum nasional Malaysia ditetapkan sebesar RM1.700 per bulan, atau sekitar Rp6,3 juta jika dikonversi ke rupiah. Sementara itu, di Indonesia, UMK tertinggi berada di Kota Bekasi sebesar Rp5,69 juta, diikuti DKI Jakarta Rp5,39 juta

Sekilas, Malaysia memang unggul dalam nominal gaji minimum. Namun tunggu dulu—angka itu belum tentu mencerminkan kesejahteraan secara utuh.

Kalau Gajinya Lebih Besar, Apakah Hidup di Malaysia Lebih Enak?

Tidak selalu. Mari kita bedah faktor paling penting: biaya hidup.

Menurut Numbeo (2025), rata-rata biaya hidup di Kuala Lumpur tanpa sewa tempat tinggal mencapai sekitar Rp8,2 juta per bulan, sementara di Jakarta sekitar Rp6,3 juta per bulan. Jika ditambah sewa, total pengeluaran bulanan bisa menembus Rp11–12 juta di Kuala Lumpur dan Rp8–9 juta di Jakarta.

Artinya, selisih UMR Rp1 juta antara Indonesia dan Malaysia belum tentu berarti pekerja Malaysia lebih makmur.

Faktanya, proporsi pengeluaran terhadap pendapatan di Malaysia bisa lebih besar karena harga makanan, transportasi, dan akomodasi cenderung lebih tinggi.

baca juga

Struktur Ekonomi: Produktivitas Menentukan Nilai Gaji

Dilansir dari Republika, perbedaan utama antara Indonesia dan Malaysia bukan hanya pada nominal gaji, tetapi juga pada produktivitas tenaga kerja dan efisiensi industri.

Malaysia memiliki proporsi tenaga kerja di sektor industri dan jasa yang lebih tinggi, dengan nilai tambah per pekerja yang lebih besar.

Sementara di Indonesia, masih banyak tenaga kerja terserap di sektor informal dengan produktivitas yang rendah.

Ini menjelaskan kenapa Malaysia bisa menetapkan upah minimum lebih tinggi — karena basis ekonominya lebih padat modal dan berorientasi teknologi. Namun, Indonesia sedang mengejar lewat peningkatan investasi dan pelatihan tenaga kerja berbasis skill.

Perbandingan Daya Beli dan Kualitas Hidup

Kalau bicara “sejahtera”, jangan hanya lihat nominal gaji. Menurut WorldData.info (2025), daya beli masyarakat Malaysia masih lebih tinggi 20–25% dibanding Indonesia, tetapi kesenjangannya makin menurun setiap tahun.

Sementara itu, Indonesia menunjukkan peningkatan indeks kebahagiaan dan kepemilikan rumah tangga muda yang lebih baik dibanding satu dekade lalu.

Selain itu, di Malaysia, pekerja migran yang berjumlah jutaan orang sering kali menerima upah di bawah standar nasional, sedangkan di Indonesia sistem pengawasan UMR semakin diperketat lewat peraturan Kementerian Ketenagakerjaan.

Jadi, Siapa yang Lebih Sejahtera?

Kalau dilihat dari angka nominal, Malaysia memang unggul. Namun, jika bicara rasio pendapatan terhadap biaya hidup, Indonesia mulai menyaingi. Gaji di Malaysia lebih besar, tetapi biaya hidup juga jauh lebih tinggi.

Sedangkan di Indonesia, meski gaji relatif lebih kecil, beberapa kota masih memungkinkan hidup lebih hemat dan nyaman—terutama di luar Jabodetabek.

Dalam hal peluang peningkatan kesejahteraan, Indonesia bahkan punya potensi lebih besar berkat pasar domestik yang luas dan pertumbuhan ekonomi stabil di atas 5%.

Selama Kawan GNFI terus meningkatkan keterampilan dan daya saing, peluang hidup layak di tanah air juga semakin terbuka lebar.

baca juga

Sejahtera Itu Soal Keseimbangan

Kawan GNFI, kesejahteraan bukan semata-mata soal angka gaji, tapi soal seimbangnya antara penghasilan, biaya hidup, dan kualitas hidup.

Pekerja di Malaysia mungkin mendapat nominal lebih besar. Namun, di Indonesia kita punya keunggulan sosial: biaya hidup lebih rendah, jaringan keluarga kuat, dan peluang usaha yang terus tumbuh.

Jadi, daripada iri pada angka, lebih baik kita fokus pada cara menaikkan nilai diri, agar di mana pun bekerja — baik di Bekasi atau Kuala Lumpur — kita tetap bisa hidup layak dan bermartabat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.