menelusuri sejak kapan film amerika masuk ke indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Menelusuri Sejak Kapan Film Amerika Masuk ke Indonesia

Menelusuri Sejak Kapan Film Amerika Masuk ke Indonesia
images info

Menelusuri Sejak Kapan Film Amerika Masuk ke Indonesia


Perfilman Indonesia punya sejarah dari era kolonial. Ada pula jejak sejarah mengenai sejak kapan film Amerika masuk ke Indonesia.

Kawan tentu tahu bahwa Amerika adalah salah satu raja film dunia. Di sana, ada pula sentra industri perfilman terbesar sejagad yang dikenal dengan Hollywood.

Sejak dulu, Amerika masif memproduksi film yang menyebarkannya ke berbagai penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun, sebenarnya sejak kapan film Amerika masuk ke Indonesia?

baca juga

1950-an, Mulainya Film Amerika Masuk ke Indonesia

Film Amerika masuk ke Indonesia sejak era 1950-an. Meski demikian, film sudah dikenal di negeri ini sejak masa kolonialisme Belanda.

Penduduk di Hindia Belanda pertama kali merasakan pertunjukan film atau yang kala itu disebut dengan gambar hidup di daerah Tanah Abang, Batavia, tepatnya di rumah Tuan Schwarz pada 5 Desember 1900. Di tempat itu pula kemudian berdiri bioskop pertama yang bernama The Rojal Bioscope.

Dari Batavia, film beserta gedung bioskop menyebar ke kota-kota lainnya. Mulanya filmnya hanya berupa film dokumenter yang menceritakan kehidupan di Hindia Belanda. Seiring waktu, hadirlah film cerita pertama yang dibuat di Indonesia dengan judul Loetoeng Kasaroeng hasil produksi Java Film Company dan disutradarai oleh L. Heuveldorp dan G. Kruger.

Setelah kolonialisme Belanda digantikan oleh Jepang, pemerintah membentuk lembaga produksi film bernama Nippon Eigasha. Kemudian setelah Indonesia merdeka pada 1945 dan dua jilid agresi militer Belanda berakhir pada 1949 dan datangnya dekade 1950-an, dimulailah era masuknya film-film Amerika secara masif.

Seperti ditulis M. Fajar Yulia Fahmi dan Rojil Nugroho Bayu Aji dalam AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, pada periode 1950an pula serbuan film impor dari Amerika yang membuat industri film Indonesia menjadi tersaingi. Bukan tanpa sebab, film Amerika memang punya kualitas yang lebih ciamik. Dibandingkan film Indonesia, film Amerika gambarnya lebih bagus dan penyajian ceritanya pun lebih menarik. 

Sebagai gambaran, pada tahun 1950 terdapat 23 film Indonesia yang tayang di bioskop. Angkanya bertambah menjadi 40 dan 37 pada 1951 dan 1952. Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, ada 660, 660, dan 844 film Amerika.

Perlu diketahui, sebetulnya bukan film Amerika saja yang menekan film dalam negeri. Film impor dari negara-negara lain seperti India pun turut membanjiri Indonesia meski tak semasif film Amerika. Bahkan, ada pula film Malaysia bergenre komedi yang dibintangi oleh superstar komedi bernama P. Ramlee yang laku keras di Indonesia.

Saat itu, urusan perfilman ditangani oleh beberapa lembaga, yakni Kementerian Perdagangan yang
menangani pengimporan bahan baku dan peralatan film, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bertugas mengurusi masalah sensor film, Menteri Dalam Negeri menangani bioskop, Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan bertugas menangani film impor, sedangkan Menteri Penerangan bertugas menangani masalah produksi film nasional. Karena banyaknya tangan yang mengurus film itu pula tokoh perfilman Indonesia bingung harus mengadu kepada siapa perihal film impor Amerika ini.

Di tengah kepungan film impor yang membuat film nasional menjadi terdesak, para tokoh perfilman akhirnya menghadap langsung ke Presiden Soekarno untuk membahas masalah yang terjadi. Akhirnya, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menekan dan membatasi film impor yang masuk ke Indonesia setelah adanya acaman dari Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI).

Kini, film impor dari Amerika dan negara-negara lainnya masih membanjiri Indonesia. Meski demikian, situasinya lebih baik karena film Indonesia sendiri juga semakin berkualitas, bahkan mampu tampil di pentas internasional.

baca juga

 

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aulli Atmam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aulli Atmam.

AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.