Indonesia sejak lama dikenal sebagai negeri rempah-rempah. Aroma jahe, kunyit, temulawak, dan berbagai hasil bumi Nusantara pernah menjadi rebutan bangsa-bangsa dunia. Sehingga tak sedikit dari rempah-rempah Nusantara itu telah menyumbang kebutuhan pangan dunia.
Salah satu produsen rempah-rempah Nusantara ada di kawasan Ponorogo. Warisan rempah Indonesia itu kembali bersinar melalui kerja nyata DSA Ponorogo, sebuah program pemberdayaan masyarakat yang dipersembahkan oleh PT Astra International Tbk.
Dengan pendekatan inovatif dan berkelanjutan, DSA Ponorogo berhasil membangun ekosistem bisnis rempah yang kuat, bahkan menembus pasar internasional.
Dari Tanah Ponorogo ke India: Jejak Ekspor Rempah Bernilai Tinggi
Di daerah lahirnya kesenian reog ini, mencetak sejarah penting pada 21 Maret 2022 dengan melepas ekspor perdana 50 ton kunyit dan temulawak ke India senilai Rp750 juta. Langkah monumental ini bukan hanya membanggakan petani lokal, tetapi juga membuktikan bahwa hasil bumi Ponorogo memiliki kualitas bersaing di tingkat global.
Kesuksesan ekspor perdana itu tidak berhenti di situ. Pada 8 Agustus 2022, Bupati Ponorogo secara resmi memberangkatkan 38 truk atau 300 ton kunyit kuning sebagai ekspor lanjutan ke pasar India. Volume ekspor yang melonjak drastis ini menggambarkan tingginya permintaan sekaligus keberhasilan DSA Ponorogo dalam membangun manajemen rantai pasok rempah secara profesional.
Prestasi tersebut turut menghantarkan DSA Ponorogo meraih Juara 3 KBA DSA Innovation 2021 pada kategori Pertanian, Peternakan, dan Olahan Pangan. Prestasi ini membuktikan kapasitas mereka sebagai motor penggerak ekonomi lokal berbasis rempah.
Pembangunan Ekosistem Bisnis Rempah yang Terintegrasi
Salah satu kekuatan utama DSA Ponorogo adalah kemampuannya membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan dari hulu ke hilir. Program ini tidak hanya berhenti pada budidaya, tetapi juga mencakup proses pembibitan, pengolahan, peningkatan kualitas, hingga pemasaran.
Beberapa program penting yang dijalankan mulai dari pembangunan solar dome sebagai fasilitas pengeringan modern yang menjaga kualitas simplisia, pembibitan kunyit skala besar di Kabupaten Ponorogo, yang melibatkan petani untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga penguatan kualitas simplisia melalui standar seleksi dan pengeringan yang stabil, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar internasional.
Dengan ekosistem yang tertata, petani tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga memahami nilai tambah yang tercipta dari setiap proses pengolahan. DSA Ponorogo memosisikan diri sebagai mitra strategis masyarakat, memastikan setiap tahap memberikan dampak ekonomi yang nyata.
Inovasi Produk: “Tearmeric” dan Turmeric Oil sebagai Masa Depan Rempah Lokal
Tidak hanya fokus pada ekspor bahan baku, DSA Ponorogo juga melakukan diversifikasi produk untuk mencapai pasar yang lebih luas. Dua inovasi unggulannya berupa
- Teh kunyit “Tearmeric”, minuman herbal yang memadukan manfaat kunyit dengan cita rasa yang modern. Produk ini dirancang agar praktis, higienis, dan cocok untuk pasar lokal maupun internasional.
- Minyak kunyit (turmeric oil), produk bernilai tinggi yang digunakan dalam industri kesehatan, kecantikan, hingga aromaterapi.
Keduanya menjadi bukti bahwa rempah tidak hanya bernilai sebagai produk mentah, tetapi mampu menjadi komoditas olahan bernilai premium. Selain itu, keberadaan produk-produk ini memperluas peluang pasar dan membuka ruang pemberdayaan UMKM lokal, khususnya perempuan yang terlibat dalam proses pengemasan hingga pemasaran.
Dengan seluruh pencapaian tersebut, DSA Ponorogo bergerak menuju impian besar: menjadikan Ponorogo sebagai sentral utama simplisia Indonesia. Melalui inovasi, kolaborasi, dan pemberdayaan yang berkelanjutan, DSA Ponorogo bukan hanya menghidupkan kembali kejayaan rempah Nusantara, tetapi juga menciptakan masa depan ekonomi yang lebih sejahtera bagi masyarakat lokal.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News