menyapa surabaya menelusuri sungai kalimas lewat berkawan regional jawa timur - News | Good News From Indonesia 2025

Menyapa Surabaya, Menelusuri Sungai Kalimas lewat BerKawan Regional Jawa Timur

Menyapa Surabaya, Menelusuri Sungai Kalimas lewat BerKawan Regional Jawa Timur
images info

Menyapa Surabaya, Menelusuri Sungai Kalimas lewat BerKawan Regional Jawa Timur


Surabaya dikenal sebagai kota yang tumbuh bersama cerita. Dari bangunan bersejarah, kuliner legendaris, hingga semangat warganya yang tanpa henti bergerak maju, selalu ada sisi baik yang layak dirayakan.

Melalui kegiatan BerKawan Surabaya bertema “Melangkah Sambil Menyapa Surabaya, Rek!”, Kawan GNFI diajak berjalan santai sambil menelusuri wajah kota dari dekat, mengenal kembali berbagai ruang yang membentuk karakter Surabaya hari ini. 

Kegiatan ini merupakan kolaborasi Kawan GNFI Regional Jawa Timur x Let’s Walk, yang diselenggarakan pada Minggu, 9 November 2025. Dengan rute Surabaya Plaza → Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya → World Trade Center (WTC) → Jembatan Kalimas → Rumah Dinas Wali Kota Surabaya → Balai Kota Surabaya → Gereja Maranatha → Patung Jendral Soedirman → Zangrandi → Balai Pemuda → Alun-alun Kota Surabaya, perjalanan ini bukan sekadar jalan-jalan, tetapi kesempatan untuk membaca ulang jejak kota.

Dari berbagai tempat yang disinggahi, ada satu kawasan yang selalu menjadi pembahasan hangat: Sungai Kalimas, nadi kota yang sudah berabad-abad menjadi bagian penting kehidupan Surabaya.

baca juga

Jejak Panjang dari Majapahit hingga Kota Modern

Sungai Kalimas bukan hanya aliran air yang membelah kota; sungai ini telah menjadi saksi perjalanan Surabaya sejak masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-13. Mengutip informasi dari Vokasi Unair, Sungai Kalimas sudah digunakan sebagai jalur transportasi penting sejak jauh sebelum masa kolonial. Ketika VOC memasuki Surabaya pada tahun 1617, kawasan sekitar sungai menjadi pusat aktivitas ekonomi dan perdagangan.

Hubungan erat Sungai Kalimas dengan perkembangan kota tidak terlepas dari peran penduduk Arab dan Cina yang menggerakkan roda perdagangan di kawasan timur sungai. Sementara itu, Belanda membangun pemukiman Eropa di sisi barat, menjadikan Sungai Kalimas sebagai poros interaksi berbagai budaya.

Tidak heran jika banyak jembatan bersejarah seperti Jembatan Merah, Jembatan Peneleh, dan Jembatan Petekan muncul sebagai bagian dari infrastruktur penting masa itu.

Sungai Kalimas bahkan sering disebut sebagai “sungai emas”, karena menjadi jalur lalu lintas barang berharga dari pedalaman, termasuk rempah-rempah yang menjadi komoditas dunia. Bukti perkembangan kota di sekitar Sungai Kalimas dapat dilihat dari gedung-gedung era kolonial yang masih berdiri hingga kini, seperti Gedung Grahadi, Rumah Sakit Simpang, Taman Budaya (Cak Durasim), dan Gedung DPRD Kota Surabaya.

baca juga

Ketika Sungai menjadi Ruang Wisata dan Kreativitas

Bergeser ke era modern, Sungai Kalimas tidak lagi sekadar jalur transportasi, tetapi berkembang menjadi destinasi wisata air yang digemari masyarakat. Dilansir dari Unair, revitalisasi besar-besaran dilakukan dengan mempercantik kawasan tepi sungai melalui taman tematik, jalur pedestrian, hingga dermaga wisata.

Kini, pengunjung bisa menikmati wisata perahu yang menawarkan panorama kota dari perspektif berbeda. Wisata ini tersedia di dua titik utama:

1. Taman Prestasi – dengan rute menuju Taman Ekspresi

2. Monumen Kapal Selam (Monkasel) – dengan rute hingga Siola dan kembali

Jadwalnya beragam, mulai dari sore hingga malam hari, dengan harga tiket yang terjangkau. Pada malam hari, sungai dipenuhi lampu-lampu kota dan lampion warna-warni yang menciptakan suasana romantis dan hangat, sebuah pengalaman yang membuat siapa pun ingin kembali.

Selain wisata air, area sekitar sungai diperkaya dengan ruang publik seperti Taman Prestasi dan Taman Ekspresi, dua taman yang sering dimanfaatkan untuk piknik, bersantai, hingga berburu foto. Revitalisasi ini juga melibatkan komunitas lokal dan kolaborasi dengan pihak swasta, sehingga Sungai Kalimas menjadi ruang kreativitas yang hidup, bukan hanya tempat untuk berwisata.

Menyapa Sungai Kalimas lewat Langkah Kecil BerKawan Surabaya

Dalam rute BerKawan Surabaya, meski fokus perjalanan berada di titik-titik kota seperti Balai Kota, Zangrandi, dan Patung Jendral Soedirman, Sungai Kalimas menjadi lanskap yang terus menemani langkah para peserta. Dari jembatan ke jembatan, dari tepian taman hingga area publik, sungai ini menjadi pengingat bahwa Surabaya bertumbuh dengan memadukan masa lalu dan masa kini.

Di sekitar Monkasel, Kawan GNFI dapat melihat langsung salah satu titik wisata Sungai Kalimas yang paling ramai. Kapal selam bersejarah itu berdiri berdampingan dengan aliran sungai yang dulu menjadi jalur penting perdagangan Nusantara. Di sinilah terlihat kuatnya hubungan antara sejarah maritim Indonesia dan identitas Surabaya sebagai kota pelabuhan.

Sementara di kawasan Balai Pemuda dan sekitarnya, revitalisasi pedestrian menuju Sungai Kalimas menampilkan wajah kota yang lebih ramah, rapi, dan hidup. Kehadiran ruang publik yang inklusif menjadi cerminan komitmen Surabaya untuk menghadirkan kota yang tidak hanya produktif, tetapi juga manusiawi.

baca juga

Surabaya yang Terus Bergerak dan Bertumbuh

Sungai Kalimas menjadi gambaran bagaimana Surabaya terus beradaptasi dan bergerak maju. Dari jalur perdagangan masa kolonial, kawasan multikultur, hingga kini menjadi ruang wisata air dan ruang kreativitas, sungai ini membuktikan bahwa kota dapat tumbuh tanpa kehilangan jati dirinya.

Pemerintah kota masih terus mengembangkan kawasan Kalimas melalui perbaikan fasilitas publik, area ramah disabilitas, hingga pengembangan acara tematik dan edukasi sejarah. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas seni, dan masyarakat menjadi kunci agar kawasan ini tetap hidup dan relevan.

Perjalanan BerKawan Surabaya mengingatkan bahwa mengenal kota bukan hanya melihat bangunan atau monumen, tetapi memahami cerita di baliknya, termasuk sungai yang telah menghidupi kota selama berabad-abad.

Sungai Kalimas adalah harmoni antara sejarah dan modernitas. Ia menyimpan kisah pelayaran Majapahit, masa kolonial, geliat perdagangan etnis Arab dan Cina, hingga wajah baru Surabaya yang penuh kreativitas. Melalui langkah-langkah kecil BerKawan Surabaya, Kawan GNFI diajak menyapa kembali keberadaan sungai ini, bukan sekadar sebagai aliran air, tetapi sebagai memori kolektif kota.

Semoga Sungai Kalimas terus menjadi ruang belajar, ruang rekreasi, dan ruang tumbuh bagi siapa pun yang melintasinya. Yuk, Kawan GNFI, terus merawat cerita baik Surabaya dan melangkah menyapa kotamu dengan hati yang lebih terbuka!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.